
Apakah ada urusan yang lebih mendesak bagi umat Islam hari ini selain pembantaian orang Palestina? Apakah urusan haji lebih penting daripada Palestina?
Jika ya, saya mungkin memang tidak begitu beriman.
Pembantaian orang Palestina sudah begitu terang benderang. Setiap hari. Anak-anak. Dibom. Dibakar hidup-hidup.
Tapi miliaran orang Islam tidak bisa berbuat apa-apa. Raja-raja Arab mencium kaki Donald Trump. Padahal Amerika adalah penyokong utama pembantaian orang Palestina.
Saat ini yang berani melawan Israel hanya orang-orang syiah. Iran. Hizbullah Lebanon. Houthi Yaman.
Ini membuat kita layak mempertanyakan Islam sunni yang kita peluk selama ini.
Ali Khomeini, pemimpin spiritual Iran, kemarin mengucapkan komentar yang sangat pedas menjelang haji tahun ini, ”Haji adalah seratus persen ritual politis.”
Orang-orang syiah memang punya sejarah buruk dengan penguasa Masjidil Haram yang membunuh keturunan Imam Ali. Sehingga fatwa Khomeini sudah pasti bias dan politis.
Akan tetapi,di tengah situasi politik seperti hari ini, fatwa Khomeini ini mendapatkan relevansinya. Ibadah haji sekarang memang harus politis. Untuk menggalang solidaritas kepada Palestina. Dan untuk membangunkan raja-raja Arab sunni yang bermental pecundang.
Dengan situasi seperti sekarang, apakah orang-orang Islam tidak malu berdoa minta rezeki dan ingin masuk surga sementara pintu surga tertutup oleh jenazah anak-anak Palestina.
Seharusnya semua orang Islam di dunia mengirim pesan tegas kepada Raja Saudi sebagai Tuan Rumah Haji bahwa mereka hanya akan berangkat ke Tanah Suci kalau pemegang kunci Kakbah itu secara tegas berani melawan Israel.
Ini bukan soal kalah atau menang. Ini semata-mata karena pembantaian itu sudah melewati batas peperangan.
Dulu raja-raja Arab itu memang pernah berperang melawan Israel dan mereka semua kalah karena Israel didukung persenjataan Amerika. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Rudal Iran dan Yaman buatan Rusia sudah terbukti bisa menembus Tel Aviv. Rudal Pakistan buatan Cina juga terbukti bisa mengalahkan India, sekutu Israel di Asia Selatan.
Jika pemegang kunci Tanah Suci hari ini masih menunduk ke Israel, kita patut curiga, mereka hanya “Abu Sufyan sebelum masuk Islam”.
I’m culturally sunni, but politically syiah.