Wisata Sambil Belajar Membatik di Sendangagung Paciran
Belajar tidak harus di dalam kelas. Di luar kelas, kegiatan belajar sebetulnya jauh lebih menyenangkan.
Contohnya ini: wisata edukasi membatik di Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran.
Di sini siswa bisa mengenal batik, praktek membatik, belajar sains mengenai zat warna, kelarutan zat di dalam air, dan sebagainya.
Setelah membatik, anak-anak belajar biologi mengenai reptil, aves, dan sebagainya lewat interaksi dengan aneka satwa koleksi komunitas Pencinta Satwa Sendangagung.
Sebelum pulang, mereka bisa menikmati hidangan khas Sendang nasi muduk, sejenis nasi kuning/punar. Lengkap.
Biayanya, satu siswa antara Rp30.000 sampai 50.000. Sudah termasuk semua keperluan membatik, hasil batik dibawa pulang, piagam, dan suvenir.
Tak hanya tema batik, di sini ada juga wisata dengan tema kerajinan emas-perak, bordir, dan siwalan. Lengkap. Kalau cuma wisata batik, tak harus jauh-jauh ke Jogja atau Solo. Di Lamongan sudah ada.
WISATA EDUKASI MEMBATIK | Desa Sendangagung, Kec. Paciran |
Telp/WA | 082230409990 (Mas Agus) |
Wisataedukasi Sendangagung | |
wisataedukasisendangagung |
Melon Hidroponik Prayoga, Tidak Manis Uang Kembali
Beli melon di pasar pada umumnya untung-untungan. Kadang dapat yang manis, kadang sepoh. Harga melon, rasa timun.
Tapi di Dusun Penanjan, Desa Paciran, Anda bisa membeli melon bergaransi. Dijamin manis pol. Kalau tidak manis, jaminan uang kembali. Matoh tenan!
Pada musim kemarau, kemanisannya sekitar 17 briks. Briks adalah skala kemanisan. Angka 17 briks ini dalam ungkapan orang Lamongan adalah “legi nyer“. Pada musim hujan, briks agak turun tapi tetap manis, sekitar 14-15. Kemanisan sebesar ini masih kategori melon premium.
Pemilik kebun, Gigih Prayoga, berani memberi garansi karena melon ini ditanam di dalam rumah kaca (greenhouse) yang kondisinya benar-benar terkontrol. Nutrisi dialirkan lewat selang-selang hidroponik sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara.
Serangga sulit masuk sehingga tanaman tidak mudah penyakitan seperti melon pada umumnya yang ditanam di lahan terbuka. Sekadar diketahui, penyebab utama melon hambar adalah kondisi tanaman yang kena penyakit.
Ada beberapa jenis melon yang tersedia di sini. Melon hijau dan melon kuning, atau yang biasa disebut melon Apollo. Satu buah melon bobotnya sekitar 1-2 kg.
Melon ini dijual dengan sistem pesan dulu. Pembeli datang dengan janji lebih dulu. Harganya Rp 20 ribu sekilo. Cukup mahal jika dibandingkan dengan melon pada umumnya. Selain karena bergaransi, biaya produksi sistem hidroponik rumah kaca memang cukup tinggi.
Sebagai gambaran, untuk membuat rumah kaca dengan luas 15×10 meter saja butuh dana Rp 40 juta.
Kelebihan lain melon Prayoga adalah lebih sehat karena penggunaan pestisidanya sangat minimal. Tidak seperti di lahan terbuka yang harus sering disemprot pestisida karena tanaman mudah kena penyakit.
Namun, karena di sini hanya ada satu lahan rumah kaca, melon hanya tersedia pada saat panen. Sekali siklus tanam butuh waktu sekitar tiga bulan. Panen terakhir kemarin bulan Maret. Saat ini sedang tahap awal menanam lagi dan baru tersedia bulan Juni nanti.
Yang unik, Gigih Prayoga bukan sarjana pertanian melainkan sarjana teknik sipil lulusan Untag Surabaya. Selepas lulus tahun 2019, ia langsung terjun ke agrobisnis ini di awal 2020. Ia belajar hidroponik secara otodidaktik dari Google dan Youtube.
Cah Lamongan memang pinter-pinter.
Jika Anda berminat mencicipi melon premium made in Penanjan ini, silakan hubungi pemilik kebun. Bisa tanya-tanya juga. Gratis.
Kalau ingin serius belajar hidroponik, Anda juga bisa magang dan belajar privat di sini sampai lulus dan bisa bikin kebun sendiri. Tentu saja tidak gratis.
Melon Prayoga | Dusun Penanjan, Desa/Kecamatan Paciran, sebelah barat Wisata Bahari Lamongan |
Google Maps | klik di sini Cari Penanjan Paciran, masuk lewat gapura, lihat video di bawah |
Telp/WA | 085730009567 |
facebook.com/yoga.avenged.37 | |
Ladang Prayoga | |
Belajar Membaca Kaligrafi di Masjid Namira
Masjid Namira di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, punya daya tarik yang tak dimiliki sebagaian besar masjid di Tanah Air.
Di dalam masjid tersebut terpajang potongan kiswah atau kain penutup kakbah. Tulisan di kiswah Namira ini terbuat dari 120 kg benang emas dan 25 kg benang perak.
Kiswah ini berukuran 6 m x 3,5 meter. Lebih besar ketimbang kiswah Masjid Istiqlal. Seperti diketahui, masjid di Jakarta itu mendapat kiswah dari Raja Salman bin Abdulaziz ketika berkunjung Maret 2017.
Banyak orang mengira bahwa nama Namira meniru nama masjid Namirah di Arafah, Arab Saudi. Ternyata tidak. Nama masjid ini sebenarnya diambil dari nama salah satu anak dari pemilik yayasan yang membangun masjid ini.
Yayasan keluarga ini jugalah yang menanggung biaya operasional bulanan masjid ini, selain hasil kotak infak. Karena masjid ini menyelenggarakan cukup banyak kegiatan pengajian rutin, biaya bulanan yang dikeluarkan pun cukup besar, sekitar Rp 300 juta.
Meski namanya tak berkaitan, masjid Namira Tikung ini memang didesain mirip Masjid Namirah Arafah tapi dengan ukuran minimalis. Awalnya, Masjid Namira dibangun hanya untuk menampung sekitar 700 jamaah.
Namun karena banyaknya pengunjung, masjid ini akhirnya tak bisa menampung jamaah. Pada 1 Oktober 2017, masjid baru dengan ukuiran yang lebih besar dibangun di sisi belakang bangunan pertama.
KUIS: Bagaimana bunyi tulisan Arab di Kiswah tersebut? Silakan balas di kolom komentar.
Kami mulai dari baris pertama: QS al-Baqarah 144.
Silakan dilanjutkan. Boleh minta bantuan teman yang bisa bahasa Arab.
Masjid Kubah Emas “Ussisa ‘Alat Taqwa” Paciran
Manusia pada dasarnya menyukai keindahan dan kemegahan. Apalagi di zaman Instagram dan ponsel tiga kamera seperti hari ini.
Belum lama kita terpesona dengan keindahan masjid Namira, sekarang ada masjid di Lamongan yang menjadi primadona baru, yaitu Masjid Taqwa Paciran. (Google Maps klik di sini)
Masjid ini menggantikan masjid lawas yang sudah dirubuhkan dan kini menjadi tempat parkir. Sampai tahun 2019, masjid lawas tampilannya masih benar-benar bangunan lawas. Ubinnya jadul, kusam, dan kasar. Tempat wudunya model bak pancuran dengan gayung. Toiletnya seperti toliet umum. Sehari-hari masjid ini sepi. Hanya ramai di jam salat jamaah.
Sekarang, masjid Taqwa selalu ramai, tidak hanya di jam salat jamaah. Orang-orang dari luar Paciran mungkin hanya tertarik dengan keindahan dan kemegahannya. Tapi di luar tampilan fisiknya, masjid ini sebetulnya memiliki latar belakang yang lebih patut diketahui daripada kemegahannya.
Paciran, tak diragukan lagi, adalah “Desa Pesantren”. Di sini ada Pesantren Karangasem (Muhammadiyah), Pesantren Modern (Muhammadiyah), Pesantren Mazra’atul Ulum (NU), Pesantren Manarul Quran (Muhammadiyah), dan Pesantren Karangsawo (NU). Lima pesantren di satu desa!
Meski punya pesantren sendiri-sendiri, orang Muhammadiyah dan NU di Paciran masih berjamaah di satu masjid jami, yaitu Masjid Taqwa. Demi menjaga persatuan ini, mereka berdamai dalam urusan fikih, seperti soal azan Jumat, bilangan salat taraweh, dan qunut.
Kaifiyah ini dipergilirkan di antara Muhammadiyah dan NU. Ini adalah kemegahan sejati yang lebih agung daripada kemegahan batu keramik dan lampu kristalnya yang konon diimpor dari Cina, India, dan Spanyol.
Itulah masjid yang sebenar-benarnya masjid. Masjid yang mempersatukan jamaah, bukan yang memecah belah. Masjid yang lebih mengutamakan ukhuwah daripada kaifiyah. Masjid yang “ussisa ‘alat taqwa”. Masjid yang dibangun untuk ibadah, bukan untuk bermegah-megah.
Cafe Aola Paciran, Kafe Pantai yang Instagrammable (1)
Walaupun sekarang masih pandemi, tempat-tempat nongkrong tumbuh menjamur di Lamongan, khususnya Pantura. Cafe Aola Paciran melengkapi daftar ini. Sebelumnya sudah ada Taman Kuliner Paciran (TKP) yang belum lama dibuka. Tempat nongkrong baru ini ada di Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran. Kira-kira 5 km sebelah barat Wisata Bahari Lamongan. (Google Maps klik di sini)
Sebelum cafe aola dibuka, Taman Kuliner Paciran menjadi tujuan utama warga setempat yang ingin jalan-jalan. Begitu Cafe Aola dibuka, TKP seketika punya saingan berat. Berbeda dengan TKP yang dikelola oleh Pemerintah Desa, kafe Aola ini milik Duta Group, perusahaan lokal pemilik toko besi Duta Merpati, percetakan Duta Print, toko kemasan Duta Plastik, dsb.
Mirip TKP, Aola juga menyediakan tempat bermain buat anak-anak. Tapi Aola lebih luas, meja kursinya juga lebih banyak. Bangunan utama Aola seperti aula yang tidak berdinding. Jadi walaupun hujan, pengunjung tidak kehujanan seperti di TKP.
Ini adalah kafe keluarga paling mbois di Pantura. Di kafe ini, anak-anak bisa bermain pasir sementara orangtuanya makan dan menikmati suasana pantai yang instagrammable. Sebetulnya pantainya landai, anak-anak bisa nyebur ke air. Sayangnya pasir pantainya tidak begitu bersih.
Memang bukan kotor sampah sih, hanya serasah daun tanaman laut yang terbawa ombak. Meski tidak jorok, alangkah bagusnya kalau serasah ini dibersihkan secara berkala. Kalau pantainya bersih, kafe ini punya kelebihan yang tidak bisa ditandingi tempat nongkrong mana pun, termasuk TKP.
Cafe Aola Paciran dan Co-Working Space
Orang Pantura mungkin heran, kok ada pantai berpasir putih di Paciran? Sebetulnya pasir asli di pantai sini warnanya gelap. Aola mendatangkan pasir putih ini dari pantai di Jenu, Tuban. Kebetulan salah satu lini usaha Grup Duta adalah jualan material bangunan, termasuk pasir.
Pemiliknya menyebut kafe ini sebagai “co-working space”. Sebetulnya ini adalah konsep kafe modern. Nongkrong sambil bekerja. Masalahnya adalah saat ini masih pandemi. Nongkrong berlama-lama di sini jelas sangat beresiko, apalagi di tempat ini pengunjung berkerumun dan banyak di antaranya yang mengobrol tanpa masker.
Di malam Minggu kafe ini ramai sekali. Biasanya ada live music. Tapi, lagi-lagi, kerumunan seperti ini sebetulnya sangat beresiko di masa pandemi. Kalau Anda penasaran dengan tempat ini, silakan datang dan pastikan pakai masker. Pilih tempat duduk di pinggir atau di tempat yang terbuka.
Salah satu kekurangan kafe ini adalah kurang cepatnya pelayanan pesanan. Tidak cocok buat pengunjung yang sudah lapar. Di sini ada banyak kedai makanan tapi pesanan minuman hanya bisa dilakukan di satu tempat yang antriannya menumpuk. Jadi agak lama.
Pelayanannya memang gaya Arab. Arab maklum, ini memang tempat nongkrong, bukan warung.
Baca juga Tebing Cafe vs Cafe Aola Paciran vs Taman Kuliner Paciran.
Gamelan Sendang, dari Paciran ke Mancanegara
Desa “Dua Sendang” Kecamatan Paciran barangkali adalah desa yang paling lengkap di Lamongan. Desa Sendang Duwur dikenal sebagai destinasi wisata di Pantura. Di sini ada masjid kuno dan makam Sunan Sendang Duwur. Ada kerajinan emas dan perak. Ada juga kerajinan batik tulis dan bordir.
Di sebelahnya, Desa Sendangagung, ada pesantren Al-Ishlah yang terkenal sampai ke luar Lamongan. Dan yang tak kalah mengagumkan, desa kecil ini juga menghasilkan musisi yang karyanya terkenal se-Indonesia, bahkan sampai ke mancanegara.
Tak tanggung-tanggung, ada dua grup musik yang berasal dari desa ini, yaitu Gafarock dan Gamelawan. Kedua grup musik ini dipunggawai oleh kakak beradik. Gafarock yang memilih musik rok dipimpin oleh si kakak, Faiz Alhabib. Sementara Gamelawan, yang memilih aliran musik pop gamelan ditukangi oleh si adik, Kholis Kurniawan.
Gafarock kependekan dari Gamelan Faiz Rock. Sementara Gamelawan kependekan dari Gamelan dan Awan, panggilan Kholis Kurniawan.
Rok Jawa
Gafarock, yang berdiri tahun 2016, spesialis memparodikan lagu-lagu Barat dengan lirik bahasa Jawa. Lagu-lagu ini diunggah di akun Youtube mereka, Gafarock.P5Pro. Dengan lirik yang lucu dan tetap mempertahankan rima mirip Inggrisnya, lagu-lagu ini dengan cepat menjadi terkenal.
Karena mereka berasal dari Paciran, tak mengherankan jika video klipnya pun banyak yang berlatar Lamongan. Misalnya, lagu Yo Uwis, yang memparodikan lagu Bon Jovi, Always. Di video yang sudah ditonton hampir 4 juta kali ini tampak jelas latarnya adalah Wisata Boom Anyar, jembatan Sedayu Lawas, bekas tambang kapur, dan Wisata Waduk Gondang.
Sebetulnya mereka juga membuat lagu-lagu sendiri tapi kalah populer dibanding lagu-lagu cover. Lagu-lagu cover inilah terutama yang membuat mereka terkenal. Ini mudah dipahami karena orang Jawa yang suka lagu Always, November Rain, atau Hotel California, tentu akan ketawa geli melihat klip video parodi mereka.
Hingga hari ini kanal Yuotube mereka sudah memiliki 269 ribu penggemar. Angka yang megilan untuk ukuran musisi asal desa di pelosok Lamongan.
Walaupun cuma lagu parodi, kualitas musik mereka lumayan. Gitar maupun vokalnya gak ngisin-ngisini. Faiz, vokalis yang merangkap gitaris, tak segan-segan menirukan lagu rok jadul, She’s Gone, yang butuh suara menjerit melengking seperti kecepit lawang. Ini adalah lagu Gafarok yang paling banyak ditonton, lebih dari 5 juta kali.
Walaupun menamakan diri grup rok, mereka juga banyak membawakan lagu-lagu religi. Tampang mereka yang “gedondong ora salak” alias gondrong ora galak membuat mereka cocok saja gonta-ganti aliran musik, rok, gamelan, dan religi. Jadi bisa diundang manggung untuk acara apa saja.
Adanya unsur Jawa yang kental di lagu-lagu Gafarock membuat mereka punya banyak penggemar dari Suriname, negara di Amerika Latin yang warganya banyak keturunan Jawa. Gafarock bahkan sudah dua kali diundang ke sana. Joss tenan.
Youtube | Gafarock.P5Pro |
@Gafarock | |
gafarock299@gmail.com | |
Manajemen | 0857 3013 7575 |
Pop Gamelan
Sementara Gafarock mengambil jalur rok, Gamelawan mengambil jalur pop dan fokus ke musik etnik gamelan.
Sama seperti sang kakak, Gamelawan juga banyak meng-cover lagu-lagu milik musisi terkenal dan memajangnya di kanal Yuotube mereka, Gamelawan.P5Pro, yang saat ini sudah memiliki 164 ribu penggemar.
Walaupun belum pernah manggung di luar negeri, Gamelawan sudah masuk kategori musisi penting di Tanah Air. Mereka pernah tampil di acara YouTube FanFest, PopconAsia, Borobudur Nite, dan banyak lagi.
Sama seperti sang kakak, Gamelawan juga menyanyikan lagu apa saja, tak hanya pop tapi juga campur sari hingga lagu religi. Jadi mereka bisa diundang untuk acara apa saja. Mulai dari festival musik, acara sekolah, sampai kongres ormas keagamaan.
Bagaimana Desa Sendang bisa menghasilkan musisi kelas nasional seperti mereka?
Di Pantura, kesenian gamelan bukan sesuatu yang asing. Di daerah Paciran dan Brondong, kesenian yang dinamai tongklek menjadi hiburan rakyat di setiap acara keramaian. Bahkan tiap tahun dilombakan. Mungkin ini masih ada hubungannya dengan cara dakwah Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur pada masa lalu yang menggunakan gamelan sebagai media.
Kebetulan, Faiz dan Awan mewarisi darah seni dari orangtua mereka yang musisi kasidah. Tapi selebihnya, mereka belajar sendiri. Faiz bahkan sempat belajar produksi musik dari Piyu, gitaris Padi, dengan membuat grup musik Monroe. Tapi eksperimen ini tidak begitu berhasil. Yang melambungkan namanya sampai ke mancanegara adalah gamelan. Tongklek Paciran.
Youtube | Gamelawan.P5Pro |
@Gamelawan | |
gamelawan@gmail.com | |
Manajemen | 0896 8566 7677 |
Berwisata ke Mazola di Masa Pandemi
Beberapa bulan lalu ada video viral di medsos yang menampilkan seekor harimau kurus di Kebun Binatang Mazola (Maharani Zoo), Wisata Bahari Lamongan. Pihak Mazola sudah memberi klarifikasi bahwa harimau kurus itu bukan karena kurang makan melainkan karena usianya sudah tua. Hewan itu diberi makan seperti biasa.
Di masa pandemi seperti sekarang, kondisi kebun binatang memang perlu perhatian. Hewan-hewan itu tentu tetap harus dirawat seperti biasa. Tapi di masa pandemi ini pemasukan dari tiket jelas turun drastis. Tim Lamongan Oke melihat sendiri kondisi Mazola tanggal 13 November. Memang sangat sepi. Hanya ada beberapa belas orang pengunjung.
Pihak Mazola sudah berusaha menarik minat pengunjung dengan program promo beli tiket 1, gratis 1. Harga tiket Rp 52 ribu. Dengan harga promo, Rp 52 ribu sudah bisa untuk dua orang. Ini promo yang sangat menarik. (Promo bisa dilihat di halaman Facebook kami, Info Kabupaten Lamongan.)
Sayangnya promo ini ribet sekali. Pengunjung harus reservasi dulu lewat WA paling lambat sehari sebelum kedatangan. Juga harus follow Instagram Mazola. Ruwet, apalagi bagi orang orang yang gaptek. Tidak bisa langsung datang membawa KTP.
Padahal orang tua mengajak anak-anak berkunjung ke kebun binatang bisa saja tanpa rencana jauh hari. Tim Lamongan Oke sendiri mencoba langsung datang tanpa reservasi dan ternyata memang tidak bisa memperoleh promo.
Sesuai protokol kesehatan, semua pengunjung wajib pakai masker dan menjaga jarak. Kalau kita punya gejala demam atau batuk, tentu saja sebaiknya kita tidak mengunjungi Mazola.
Sebaiknya pengunjung juga tidak perlu masuk ke dalam Goa Maharani. Karena ruangan goa tidak terkena sinar matahari sama sekali. Kuman-kuman bisa bertahan lebih lama di sana. Ini berbeda dengan kebun binatang yang sebagian besar di ruangan terbuka dan terkena sinar matahari.
Kami sempat mengamati singa dan harimau. Kondisi hewan-hewan ini tampak normal. Tidak kurus kering seperti di video yang dulu viral. Hanya saja saat ini cuacanya masih panas sehingga hewan-hewan buas ini lebih banyak bermalas-malasan di bawah pohon rindang, jauh dari pengunjung.
———————————————————————————————-
Untuk memperoleh update info dari LamonganOke,
Istana Asal-Asalan Gunung Mas Mantup
Penulis: Auliyau Rohman, mahasiswa UNISDA Lamongan
Sebagai daerah yang memiliki banyak bukit kapur, Lamongan punya banyak lokasi tambang, tak hanya di Lamongan pesisir tapi juga di Lamongan selatan. Beberapa bekas tambang itu berubah menjadi tempat wisata. Di Lamongan pesisir kita bisa menjumpai wisata jenis ini di Danau Hijau di Bluri, Solokuro. Di Lamongan selatan kita juga bisa menjumpai tempat serupa di Istana Gunung Mas Desa Tugu, Kecamatan Mantup, sekitar 20 km sebelah selatan Lamongan Kota. Dari arah alun-alun Lamongan kota, kita hanya perlu mengikuti Jalan Sunan Drajat ke arah selatan (arah Mantup/Mojokerto).
Tempat ini diberi nama “Gunung Mas” konon karena dulu pernah ditemukan bongkahan emas di bukit ini. Tapi cerita ini sepertinya asal-asalan dan sulit dipercaya mengingat bukit ini adalah bukit kapur. Cerita versi lain mengatakan, warga memberi nama Gunung Mas karena bebatuan bekas tambang di bukit ini berwarna kekuningan.
Berbeda dengan Danau Bluri yang masih asli bekas tambang yang tidak diapa-apakan, Gunung Mas ini adalah bekas tambang yang kemudian dibangun menjadi tempat wisata. Di dalamnya ada rumah-rumah hias, tempat santai, rumah panggung, kantin, kolam ikan, bahkan kandang hewan piaraan seperti ayam, kalkun, burung dara, dan kelinci. Sekilas rumah-rumah hias dini mirip dengan kampung pecinan sebab banyak dihiasi lampion dan unsur warna merah.
Untuk masuk ke tempat wisata ini, pengunjung dikenakan tiket Rp 5.000 per sepeda motor. Jangan bingung, di tempat ini sepeda motor disebut kuda, singkatan asal-asalan dari “kendaraan roda dua”. Tulisan asal-asalan yang kadang kocak memang bertaburan di berbagai sudut di tempat ini. Banyak sekali papan bertuliskan kata-kata yang sepertinya belum selesai dicat atau memang disengaja ngawur.
Wisata Boom Anyar Brondong Lamongan
Selama ini wisata di Lamongan identik dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL). Kini pesisir Lamongan juga memiliki satu lagi ikon wisata yaitu WBA, singkatan dari Wisata Boom Anyar (Wisata Pelabuhan Baru). Singkatan ini bukan singkatan resmi melainkan istilah gaul di kalangan penduduk setempat untuk menyebut Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.
Pelabuhan ini disebut Boom Anyar karena tempat ini memang baru beroperasi tahun 2016 ini, sebagai perluasan dari “WBL” (Wisata Boom Lawas alias Pelabuhan Lama) yang berada di sebelah timurnya, yang sampai sekarang masih menjadi Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Pintu masuk Boom Anyar ini berada di sebelah barat Kantor Kecamatan Brondong. Untuk memasuki kawasan ini, pengunjung dikenakan tarif karcis Rp 1.000 per sepeda motor.
Walaupun tempat ini sebetulnya adalah pelabuhan perikanan, sehari-hari Boom Anyar ini penuh dengan pengunjung. Paling ramai pada hari Sabtu dan Minggu, pagi sebelum pukul 08.00 dan sore sesudah pukul 16.00.
Sebagian pengunjung ke sini datang sekadar untuk jalan-jalan, melihat panorama laut, menikmati pemandangan kapal-kapal nelayan yang bersandar, joging, atau mencari tempat berfoto selfie.
Tertarik?
WISATA PETIK PEPAYA DI LAMONGAN
Jika Anda jalan-jalan ke Wisata Bahari Lamongan (WBL) atau Lamongan pantura dan ingin merasakan pengalaman agrowisata, silakan mampir di kebun pepaya di Brondong, sekitar 7 km sebelah barat WBL. Di sini Anda bisa memetik buah pepaya Calina atau yang lebih dikenal sebagai pepaya California.
Sebetulnya lokasi ini bukan lokasi wisata melainkan kebun biasa. Karena bukan tempat wisata, tidak ada tiket masuk alias gratis. Pengunjung dipersilakan memetik sendiri buah pepaya lalu membayarnya sebagaimana pembeli biasa. Harganya pun murah, hanya Rp 6 ribu/kg dengan minimal pembelian 5 kg. Jadi, dengan uang Rp 30 ribu pengunjung sekeluarga bisa mendapat pepaya sekitar 4-5 buah. Kalau Anda membeli grosiran, harganya hanya Rp 4.500/kg. Lumayan, bisa untuk oleh-oleh buat tetangga satu RT hehehe…
Calina merupakan pepaya yang benihnya dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor yang memiliki banyak kelebihan.
- Pohonnya pendek sehingga buahnya mudah dipetik.
- Buahnya manis. Lebih manis daripada pepaya Thailand (Bangkok).
- Bobotnya sekitar 1,2 kg per buah. Cocok buat sekali konsumsi. Berbeda dengan pepaya Bangkok yang ukurannya besar-besar dengan berat mencapai 3 kg per buah.
- Daging buahnya kenyal. Walaupun dipetik dalam keadaan matang pun daging buahnya masih kenyal, tidak lembek seperti pepaya Bangkok.
- Buahnya awet. Bahkan setelah diiris dan dibiarkan di luar kulkas pun, Calina matang masih bisa bertahan sampai tiga hari. Berbeda dengan pepaya Bangkok matang yang setelah diiris harus segera dimakan hari itu juga.
- Pohon mudah berbuah. Umur 3 bulan, pohon sudah berbunga. Umur 7 bulan sudah mulai panen. Asal dirawat dengan baik, pepaya bisa terus berbuah sampai umur 2 tahun lebih.