SOTO LAMONGAN DI KOTA ASALNYA, UENAK POL!

Mungkin Anda sudah sering makan soto Lamongan, tapi bukan di kota asalnya. Wajar memang, saat ini di kota-kota besar, mencari penjual soto Lamongan tidaklah sulit. Namun jika Anda benar-benar ingin soto Lamongan yang asli Lamongan, sudah saatnya Anda datang kota asalnya.

Tentu, sebelum menikmati semangkuk soto Lamongan, kita harus mencari dulu tempat penjualnya. Ada dua jurus ampuh untuk tahu tempat makan paling enak di suatu daerah. Pertama, dengan bertanya ke orang-orang di daerah tersebut. Kedua, mencari tempat makan yang paling ramai. Jika Anda mencoba kedua “jurus” tersebut untuk mencari soto di Lamongan, bisa jadi Anda akan dibawa menuju ke Depot Asih Jaya.

Terletak di pinggir Jalan Raya Lamongan – Surabaya, membuat depot yang dikelola oleh H. Sofwan Hadi Sulistyo ini sangat mudah ditemukan. Saat memasuki depot, Anda bisa melihat tempat makan yang cukup mewah, lengkap dengan gerobak sotonya. Mengingat depot ini sangat ramai, ada seratusan kursi yang disediakan bagi pembeli, jadi jangan takut tidak kebagian tempat duduk.

Ada dua menu soto di depot yang buka pukul 06.00-23.00 ini, yakni soto ayam kampung biasa (nasi campur atau pisah) dan soto ayam kampung spesial (nasi campur atau pisah). Tak perlu bingung memilih yang mana, karena yang membedakan hanya tambahan isian jeroan untuk menu soto ayam kampung spesial. Sementara istilah ”nasi campur” berarti nasinya dicampurkan ke dalam mangkuk soto, sedangkan kalau “pisah” berarti nasinya dipisah dalam mangkuk sendiri.

Jika Anda terbiasa makan soto medan atau soto betawi yang mengunakan santan, Anda akan mendapati soto yang berbeda di depot ini. Meski sedikit keruh, soto Lamongan tidak mengunakan santan. Di Depot Asih Jaya ini warna keruhnya didapat dari bandeng dan udang yang dicampurkan dalam rebusan ayam. Seperti halnya soto jawa timuran lainnya, soto Lamongan merupakan soto  yang berminyak.

Dalam satu mangkuk soto ayam kampung biasa dengan nasi dicampur, Anda akan dibuat kenyang dengan porsi wajar. Soto ayam di sini memang mengunakan ayam kampung. Alasannya ayam kampung memiliki rasa lebih gurih daripada ayam jenis lainnya. Selain nasi dan suwiran ayam, dalam kuah kuning keruh soto ini, Anda akan menemukan suun, irisan daun seledri, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong.

Sebelum dimakan, jangan lupa untuk menambahkan koya yang disediakan dalam stoples di meja. Koya yang berupa serbuk berwarna putih kecoklatan ini berasal dari kerupuk udang yang ditumbuk bersama ebi dan bawang goreng. Bisa dibayangkan bukan gurihnya? Koya ini tidak akan Anda temui di hampir semua soto selain soto Lamongan.

Untuk minumnya, di depot yang dirintis oleh H. Ali Mahfudz (mertua H. Sowan) ini Anda dapat memesan jus aneka buah mulai dari  buah jeruk, mangga, alpokat dan sebagainya. Sementara agar tidak bosan, Anda bisa menonton TV di layar LCD ukuran besar yang disediakan, atau Anda bisa nunut salat, karena dalam depot ini juga ada musala. Di depot ini satu porsi soto ayam sedikit lebih mahal memang jika dibandingkan dengan soto Lamongan lainnya.

Jika Anda ingin soto lebih murah, tentu ada. Anda bisa datang  ke warung soto Cak Mardi. Meski lebih murah tapi jangan salah, untuk urusan rasa, soto di warung ini tidak kalah enaknya.

Jangan berharap di warung yang buka setiap hari sekitar pukul 06.00 dan tutup sekitar pukul 17.00 ini Anda bisa menonton TV, karena warung Cak Mardi ini cukup sederhana, di tempat yang terbuka dengan tiang tarup beratapkan terpal saja. Fasilitasnya hanya tempat duduk dan meja. Namun selain duduk di kursi, Anda juga bisa makan sambil lesehan di bawah pohon mangga besar. Asik bukan?

Untuk sotonya, meski tidak sekeruh soto di Depot Asih Jaya, soto di warung ini tidak kalah gurih dan segar. Isiannya juga tidak jauh berbeda, hanya saja koyanya sudah tercampur saat soto dihidangkan. Mungkin yang spesial di soto Cak Mardi, Anda bisa meminta tambahan ceker (Rp 1.000 per buah) dan sayap ayam (2.000 per buah). Harga  sotonya juga cukup murah, hanya Rp 5.000 saja semangkuknya.

Meski soto di Depot Asih Jaya dan soto Cak Mardi memiliki kelebihan sendiri-sendiri, keduanya dijamin sama-sama uenak. Jika di ibaratkan naik kendaraan umum, makan soto di Depot Asih Jaya ibarat naik  taksi. Harganya sedikit mahal namun Anda bisa makan soto dengan nyaman dengan fasilitas yang ada. Sendangkan makan soto di warung Cak Mardi ibarat naik angkutan umum. Lebih murah,  namun jika Anda datang telat di jam-jam makan siang, dijamin Anda tidak akan kebagian tempat duduk.

Depot Asih Jaya
Kompleks Pertokoan Lamongan Indah A-4
Jalan Panglima Sudirman nomor 75.

Warung Soto Cak Mardi
Sebelah timur Perempatan yang mempertemukan Jalan Suwoko dan Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan.
50 meter sebelah selatan kantor Dinas Pendidikan Lamongan.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

MENGGUGAH SELERA MAKAN DENGAN KARE RAJUNGAN

Kare Rajungan Seafood merupakan salah satu makanan yang digemari oleh banyak orang. Pelbagai macam ikan dan binatang hasil laut bisa diolah menjadi makanan yang tak hanya lezat, namun juga memiliki nilai gizi yang cukup tinggi.

Saat Anda melintas di daerah pesisir Paciran, Kabupaten Lamongan, atau setelah berwisata di WBL atau Mazola, mampirlah sejenak di rumah makan Tohjoyo. Rumah makan yang berdiri sejak tahun 2000 ini menyediakan pelbagai menu yang sebagian besar adalah olahan seafood. Salah satu yang menjadi andalan yakni kare rajungan.

Lupa daratan, begitulah yang akan kita rasakan saat menyeruput kuah kare dan melahap lembutnya daging rajungan. Kuah kare yang tidak begitu pedas, terlihat keruh dan sedikit berminyak ini begitu terasa rempahnya. Bumbu yang dipakai dalam kare sebenarnya tak jauh berbeda dengan bumbu kare pada umumnya, yakni bawang merah, bawang putih, cabe, kemiri, ketumbar, dan bumbu-bumbu lain. Hanya saja agar rasa karenya lebih enak, ada tambahan bumbu yang oleh Ibu Barida, pemilik rumah makan Tohjoyo, disebut bumbu rahasia.

Untuk rajungannya, Ibu Barida tidak mau setengah-setengah, hanya rajungan kualitas baik yang masuk dalam dapurnya. Binatang laut yang memiliki nama latin Portunus pelagicus ini didatangkan langsung dari nelayan dengan keadaan masih hidup. “Kami sudah punya langganan nelayan. Hanya rajungan yang baik yang dibawa ke sini,” ujar istri dari Pak Arifin ini.

Satu porsi kare rajungan berisi dua ekor rajungan yang dihidangkan dengan siraman bumbu kare. Sebelumnya, rajungan ini terlebih dahulu dibersihkan dan direbus sampai matang. Baru kemudian dimasak lagi bersama bumbu kare. Dalam proses pemasakan ini, kerapas rajungan sengaja dibelah, tujuannya agar bumbu kare meresap rata ke dalam daging. Selain itu, pembelahan kerapas ini juga memudahkan saat kita menyantapnya nanti.Rajungan

Untuk menikmati seporsi kare rajungan, Anda harus membayar Rp 36.000, jika ditambah nasi harganya menjadi Rp. 39.500. Untuk minumnya, di rumah makan yang dirintis dari kegemaran pemiliknya dalam dunia masak-memasak ini, Anda bisa memilih minuman khas Paciran, yakni es legen atau es dawet siwalan.

Rajungan bukan kepiting

Rajungan mungkin sudah tidak asing lagi bagi penggemar seafood. Tapi buat Anda yang belum tahu, rajungan berbeda dengan kepiting. Meski wujudnya mirip, rajungan dan kepiting memiliki beberapa perbedaan.

Secara fisik, yang paling mudah dilihat ada pada sepasang kaki belakang dua binatang ini. Kaki belakang rajungan bagian ujungnya berbentuk pipih. Secara anatomi, bentuk ini memudahkan rajungan untuk berenang di dalam air. Sedangkan kaki belakang kepiting berbentuk hampir sama dengan empat pasang kaki lainnya.

Saat masih hidup, jika kepiting warnanya itu-itu saja, rajungan lebih variatif,  ada yang kehijau-hijauan, ada juga yang kebiru-biruan. Namun saat sudah dimasak, keduanya berwarna sama, oranye. Daging rajungan juga lebih gurih, kerapasnya lebih lunak, jadi untuk mengambil daging dalamnya lebih mudah.

Kaya akan gizi

Habitat dua binatang serupa ini juga tak sama. Kepiting bisa hidup di darat dan di laut, sedangkan rajungan tidak bisa bertahan lama jika berada di darat. Urusan gizi, rajungan lebih unggul. Menurut data Badan Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BPPMHP), nilai  kandungan protein rajungan mencapai 16,85%, kepiting berada di bawahnya, 11,9%.

Rajungan juga memiliki jumlah kolesterol yang lebih rendah daripada udang dan lobster, sekitar 78 mg per 100 gram. Gizi lain yang ada dalam daging rajungan adalah kabohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, dan vitamin B1.

Makan rajungan tidak bisa disamakan dengan makan ikan. Rumah makan Tohjoyo memang menghidangkan rajungan bersama sendok dan garpu, namun Anda yang ingin menyantap dagingnya sampai habis, harus rela menyisingkan lengan baju panjang Anda, alias makan pakai tangan.

Daging rajungan yang tersembunyi di dalam kerapas, di bagian dalam capit, dan kaki-kakinya, mengharuskan Anda berhati-hati. Jangan sampai saking tak sabarnya, malah kaki atau capitnya yang justru masuk ke perut Anda. 🙂

RM TohjoyoBuat yang kurang suka kare, tenang saja. Rumah makan yang buka mulai pukul 7 pagi  sampai 9 malam ini juga menyediakan menu rajungan goreng dan rajungan asam-manis yang tentu tak kalah enaknya. Beberapa masakan lain seperti ayam goreng, pelbagai olahan udang, dorang, cumi, dan lain-lain menjadi pelengkap menu rumah makan Tohjoyo.

RM Tohjoyo

Jalan Raya Paciran, sekitar 50 meter sebelah barat depan POM Bensin.

Buka: Setiap hari, pukul 07.00 – 21.00.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

WARUNG MBAK YATI SURGANYA PENGGEMAR TAHU CAMPUR

Surya 2Tahu Campur 2Kota Lamongan memang memberikan banyak pilihan kuliner, sebut saja soto Lamongan dan nasi boranan. Kedua makanan tersebut sangat populer di kota ini. Tentu bukan cuma itu, makanan lain yang tak kalah menggoda adalah tahu campur.

Seperti halnya soto Lamongan, tahu campur bisa kita jumpai dengan mudah di kota-kota besar. Namun makan tahu campur di sana jelas berbeda dengan makan di kota asalnya.

Jika Anda sedang melintas di Jalan Raya Surabaya – Lamongan, sempatkan mampir di warung tahu campur Mbak Yati. Warung yang sudah ada sejak sepuluhan tahun yang lalu ini terletak di jajaran warung depan Stadion Surajaya Lamongan, sebelah timur gerbang utama. Warung Mbak Yati berupa dua kios yang dijadikan satu dengan ukuran sekitar 3×6 meter, cukup sempit memang untuk sebuah warung makan. Sebagai tanda, warung ini memiliki papan nama besar di bagian atas.

Selain warung Mbak Yati, banyak penjual tahu campur lainnya di depan stadion dan di sebrang jalan yang dijadikan sebagai rest area. Namun tidak semua bisa menjanjikan Anda tahu campur yang enak.

Tahu campur di warung Mbak Yati dibuat dengan mencampurkan petis udang dan sambal pada sebuah piring. Sekali lagi petis yang digunakan adalah petis udang, bukan petis dari rebusan sari ikan pidang. Maka dari itu, tahu campur memiliki rasa yang gurih, bukan asin.

Sebelumnya, petis udang sudah dimasak dan dicampur dengan gula merah, bawang merah, dan bawang putih yang sudah digiling. Sama seperti petis di tahu campur lainnya, namun yang membedakan adalah kualitas petis udangnya. Mbak Yati mengklaim petis udang yang ia gunakan adalah petis udang yang berkualitas. “Petis yang bagus aroma udangnya terasa dan padat. Kalau encer dan nggak beraroma, itu berarti kurang bagus,”  terang mbak yang memiliki nama asli Idayati ini.

Petis udang merupakan bahan pokok dalam tahu campur. Kalau Anda pernah dengar lagu Inul Daratista yang liriknya “dangdut tak goyang, bagai sayur tanpa garam, kurang enak, kurang segar.” Nah, petis yang berkualitas memiliki peran seperti garam dalam lirik lagu tersebut. Kalau petisnya tidak berkualitas, tahu campurnya juga kurang enak dan kurang segar.

Kuah Tahu CampurSaat petis dan sambal sudah tercampur, kemudian irisan tahu, lontong, perkedel singkong, selada, dan taoge ditambahkan ke dalam piring. Setelah itu baru disiram dengan kuah.

Kuah yang disiramkan merupakan campuran bumbu komplit berupa bawang putih, bawang merah, daun bawang, kemiri, ketumbar, jinten, kunyit, jahe, laos, daun jeruk, dan serai yang telah diblender dan direbus bersama irisan tetelan. Tetelan merupakan bagian otot sapi, teksturnya kenyal mirip seperti kikil namun sedikit berlemak.

Tahu campur Mbak Yati hanya mengunakan tetelan sebagai lauk wajib. Tanpa tambahan lemak dan daging seperti di kebanyakan tahu campur lainnya.

Ketika disajikan, aroma tajam dari asap kuah yang mengepul langsung tercium. Pada sendokan pertama, rasa gurih petis udang dijamin tidak keluar jika belum diaduk terlebih dahulu. Untuk itu, sebelum dimakan tahu campur perlu diaduk hingga warna keruh dari petis udangnya keluar.

Jika Anda belum pernah makan tahu campur sebelumnya, sekilas Anda akan mendapati makanan mirip dengan lontong kikil namun dengan tambahan banyak sayuran. Secara rasa, kedua makanan ini jelas berbeda. Selain karena isian tahu campur lebih komplit, rasa kuahnya juga lebih gurih.

Pembeli di warung Mbak Yati kebanyakan berasal dari luar kota. Jadi jangan heran jika saat hari-hari libur warung ini selalu ramai. Selain tahu campur, warung Mbak Yati juga menjual soto, nasi boranan, dan lontong kikil. “Sebenarnya menu lainnya cuma pelengkap saja,” terang Mbak Yati sambil tersenyum.

Warung Mbak YatiOh iya, jika Anda mendapati warung Mbak Yati ini tutup, tidak perlu khawatir. Anda bisa datang ke PKL di rest area yang sebelah barat. Kebetulan rest area di depan stadion dibagi menjadi dua, yakni sebelah timur dan sebelah barat Patung Bandeng Lele. Warung tenda milik Mbak Yati terletak di ujung paling barat. Warung ini biasanya dikelola oleh suami Mbak Yati, menu yang disajikan juga sama. Meski bukan Mbak Yati sendiri yang menjual, urusan rasa dijamin tetap sama.

  Seporsi tahu campur di kedua warung Mbak Yati dibanderol seharga Rp 10.000. Memang sedikit lebih mahal dari tahu campur kebanyakan, namun cukup sebanding jika patokannya urusan lidah.

Menyantap sepiring tahu campur cukup mengenyangkan, cocok untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Dari itu, warung Mbak Yati buka dari pagi sampai malam mulai Pukul 07.00 sampai 21.00. Bagaimana? Tertarik mencicipi tahu campur asli Lamongan ini?

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

DAWET SIWALAN KHAS PACIRAN

Es Dawet SiwalanKita tentu tahu es dawet hijau. Minuman yang berbahan dasar tepung beras ini memang telah dikenal secara luas. Di daerah Lamongan tepatnya di pesisir Paciran, ada juga es dawet yang cukup terkenal. Namun bukan es dawet hijau, melainkan es dawet siwalan.

Es dawet siwalan jelas berbeda dengan es dawet hijau. Seperti namanya, es  dawet ini menggunakan buah dari pohon siwalan sebagai  isiannya. Bagi Anda yang masih asing dengan pohon siwalan, pohon ini juga disebut dengan nama lontar. Apakah Anda pernah mendengar tentang lontar? Di zaman dahulu, daun dari pohon lontar ini digunakan sebagai “kertas” untuk menulisa naskah-naskah penting.

Es dawet siwalan jarang bisa kita jumpai di daerah lain, apalagi di daerah yang memiliki cuaca dingin. Karena pohon siwalan hanya hidup di daerah kering saja. Selain itu juga ada daerah yang lebih senang menjual buah lontar berupa buah saja, bukan diolah menjadi es dawet.

Buah siwalan atau di Paciran lumrah disebut ental ini dibungkus dalam kulit keras berwarna coklat berbentuk bola. Buah ini mirip seperti kolang kaling, warna isi buahnya juga putih bening. Namun buah siwalan mempunyai ukuran yang lebih besar. Apabila kolang kaling berbentuk oval kecil-kecil, daging buah siwalan berbentuk bulat pipih dengan tekstur yang mengembung menjadi dua di bagian atasnya. Besarnya bisa dua puluh kali jika dibandingkan dengan buah kolang kaling. Karena ukurannya yang cukup besar, buah siwalan dalam es dawet biasanya dipotong dadu agar mudah dimakan dalam gelas.

Cara mendapatkan buah siwalan juga lebih simpel, tidak perlu dibakar kulit buahnya seperti kolang kaling. Cukup buah yang sudah matang diambil dari pohonnya dan dipotong sampai kelihatan daging buahnya. Daging buah ini bisa langsung dimakan, tanpa perlu direbus dan direndam di air kapur. Jika dibandingkan dengan kolang kaling, rasa buah siwalan lebih enak. Teksturnya lebih lembut dan kenyal, berbeda dengan kolang kaling yang agak padat.

Es dawet siwalan mengunakan santan dan sirup gula merah, hampir sama dengan es dawet hijau. Namun di pesisir Paciran sirup gula merah yang digunakan untuk es dawet ini yaitu sirup yang berasal dari gula siwalan, bukan  gula aren.

SiwalanRasa es dawet siwalan selain segar, juga manis, gurih, dan enak. Gurih di sini bukan hanya dari rasa santan kelapa saja, tapi juga dari sirup gula merah siwalan. Sirup ini memiliki kecenderungan rasa lebih gurih daripada sirup gula aren.

Kombinasi es batu, santan, sirup gula siwalan, dan buah siwalan menjadikan rasa es dawet siwalan cukup enak. Cukup enak dan segar diminum di daerah pesisir Paciran yang memang memiliki cuaca yang panas.

Jika Anda sedang berada di sekitar Paciran setelah berwisata dari Wisata Bahari Lamongan  (WBL), Mazola, atau setelah ziarah ke makam Sunan Drajat, makam Sunan Sendang Duwur, dan berkunjung ke tempat-tempat wisata lainnya. Atau Anda yang kebetulan saja dalam perjalanan dari Surabaya menuju Tuban atau sebaliknya lewat jalur pantura (pantai utara), sempatkan diri untuk mampir menikmati segelas es dawet siwalan. Es dawet ini hampir selalu disediakan di warung-warung pinggir jalan yang akan banyak kita temui di sepanjang jalan raya Paciran.

Warung-warung yang berupa bangunan kayu terbuka ini buka setiap hari. Buka mulai pukul 09.00 sampai pukul 17.00 WIB. Jam-jam yang pas untuk menikmati es dawet siwalan yang merupakan minuman wajib saat Anda berada di Paciran selain legen.

Di warung-warung tersebut biasanya es dawet siwalan diberi harganya sekitar Rp 5.000 per gelas. Anda juga bisa mecicipi gorengan, keripik, atau sejenisnya untuk teman es dawet siwalan. Sebagai bonus, Anda bisa menikmati pemandangan pohon-pohon lontar dan laut. Mengingat banyak dari warung tersebut berada di pinggir laut dan pinggir kebun siwalan.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

NASI PECEL STASIUN 24 JAM

Surya 2Warung Nasi Pecel Stasiun BabatNasi pecel bukanlah makanan khas Lamongan. Bila berbicara tentang pecel di kabupaten ini, kitamungkin akan ingat pecel lele. Itupun sebenarnya bukan pecel, melainkan lele goreng yang dihidangkan dengan sambal tomat. Kalau kita ingin mencari nasi pecel yang sebenarnya, mungkin nasi pecel stasiun Babat adalah jawabannya. Ini merupakan nasi pecel yang terkenal di Kota Wingko ini.

Seperti namanya, nasi pecel stasiun Babat berada di sekitar stasiun kota Babat. Jika Anda orang Lamongan yang sering berpergian naik kereta api, stasiun ini tentu bukan tempat yang asing buat Anda. Karena dulu stasiun ini merupakan satu-satunya stasiun yang menempuh perjalanan jarak jauh, sebelum stasiun di kota Lamongan digunakan untuk fungsi yang sama.

Buat Anda yang belum pernah ke stasiun Babat, stasiun ini terletak di pusat kota Babat kira-kira 500 meter sebelah tenggara pasar Babat. Tepat di depan stasiun terdapat warung-warung makan berpetak. Semua warung tersebut memberikan menu yang sama, yakni nasi pecel. Suasana hiruk pikuk penumpang kereta akan menemani Anda apabila datang sore sekitar pukul 17.00 atau pagi sekitar pukul 06.00 WIB saat jam berangkat dan jam datangnya kereta api.

Sekilas tidak ada yang istimewa dengan nasi pecel stasiun ini. Bahan-bahan dasar untuk membuat pecelnya pun sama saja seperti pecel-pecel yang lain, yakni gula merah, kacang tanah, bawang merah, bawang putih, kencur, dan cabe, dan ada tambahan sedikit gula pasir. Sebagian warung di sini memasak pecelnya tanpa menggunakan minyak, jadi pecelnya tidak berminyak. Sebagian lagi memasak pecelnya dengan minyak, mirip seperti pecel khas daerah Blitar yang terkenal dengan bumbu pecel yang berminyak. “Di sini salah satu warung yang memasak pecel tanpa minyak,” ucap pemilik warung Indah.

Nasi pecel stasiun ini menggunakan daun pisang sebagai alas nasi, namun sebagai alas utamanya tetap mengunakan piring. Sayuran yang dipakai juga cukup variatif, seperti sayur kangkung, taoge, kacang panjang, kemangi, mentimun, dan biji lamtoro. Kemudian nasi dan sayur disiram dengan bumbu pecel dan diberi rempeyek kacang di atasnya.

Sebegai pelengkap pecel, disediakan juga lauk bagi Anda yang lebih suka makan pecel plus lauk. Ada jeroan, telur asin, telur dadar, perkedel dan lauk-lauk lainnya. Anda tinggal memilih saja lauk apa yang Anda mau.

Saat dikecap di lidah, bumbu pecel stasiun Babat cukup lembut. Nasi pecel stasiun ini juga cukup pedas. Buat Anda yang tidak betah dengan pedas, jangan lupa memesan minuman terlebih dahulu jika tidak mau kepedasan.

Nasi pecel di stasiun ini sebenarnya sudah ada kurang lebih sejak setengah abad yang lalu. Namun, dulu bukan berupa warung seperti sekarang. Penjual nasi pecel hanya menggelar dagangannya di depan stasiun. Karena sejak sekitar lima tahun yang lalu warung-warung dibangun dan disewakan oleh koperasi setempat, penjual “gelaran” mulai tidak berjualan lagi. “Dulu waktu belum dibangun gini penjualnya itu turun-temurun. Tapi sekarang di warung-warung sudah tidak ada lagi penerus penjual pecel yang dulu,” kata Ibu penjual tadi.

Meskipun bukan penerus dari nasi pecel stasiun “gelaran”, nasi pecel stasiun saat ini tak kalah enaknya. Buat Anda yang sedang berada di Babat, apalagi saat akan berangkat atau pulang dari perjalanan menggunakan kereta api, sempatkan waktu sejenak untuk mencoba nasi pecel stasiun Babat.

Seporsi nasi pecel harganya Rp 4.000. Namun jika ditambah lauk, harganya bertambah sesuai lauk apa dan berapa banyak yang Anda pilih.

Warung penjual nasi pecel stasiun Babat sebagian buka setengah hari dari pagi sampai sore, atau dari sore sampai malam, dan ada juga yang 24 jam. Jadi Anda tak perlu khawatir, jam berapa pun Anda datang, nasi pecel stasiun selalu tersedia buat Anda.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

MANIS KENYAL JUMBREK IBU KARMINI

JumbrekWilayah pesisir pantai utara (pantura) Kecamatan Paciran memang menjadi “kiblat” wisata Lamongan. Selain tempat-tempat wisata modern dan wisata religi, daerah yang udaranya terik ini juga memberikan suguhan wisata kuliner. Salah satu kuliner khasnya yang unik dan enak adalah jumbrek.

Terdengar aneh memang ketika kita pertama kali mendengar kata jumbrek, tapi percayalah makanan yang terbuat dari campuran tepung beras, santan, dan sirup gula siwalan ini sangat enak di lidah. Salah satu pembuat jumbrek yang sudah sangat terkenal di daerah ini adalah Bu Karmini.

Meski saat ini sudah bukan Bu Karmini sendiri yang membuatnya, tapi cita rasa jumbrek buatan home industry ini tidak pernah berubah dari masa ke masa. Saat ini jumbrek Bu Karmini diolah oleh anak dan menantunya yang bernama Mbak Izzah dan Mbak Sulis. Mereka merupakan generasi kedua pembuat jumbrek kondang ini.

Di dalam sebuah dapur sederhana yang cukup luas, Mbak Izzah dan Mbak Sulis membuat jumbreknya dengan cara yang masih sederhana. Proses pembuatan ini dimulai saat kebanyakan orang masih tertidur pulas, yakni pukul 01.00 WIB.  Awalnya tepung beras diaduk bersama dengan santan, proses pengadukan ini kurang lebih memakan waktu 25 menit. Pada saat yang sama, sirup gula siwalan direbus dengan sedikit air di dalam tungku kayu bakar. Sekali lagi proses pembuatan jumbrek ini masih sangat sederhana. Ini merupakan proses paling lama dalam tahapan membuat jumbrek, kira-kira memakan waktu satu jam hingga sirup ini mendidih.

Mbak SulisSirup yang digunakan di sini sepenuhnya sirup gula merah siwalan. Ini  yang membedakan jumbrek Bu Karmini dengan jumbrek-jumbrek lain. Kebanyakan dari jumbrek-jumbrek yang lain memakai sirup gula aren, kadang dicampur gula pasir. Tentu rasanya jadi berbeda dengan jumbrek yang asli. Tingkat keawetannya juga berbeda.

Setelah mendidih, sirup gula merah siawalan dituangkan pada adonan tepung beras dan santan yang sudah tercampur tadi. Lalu ditambah sedikit tepung tapioka untuk menambah teksur kenyal, kemudian semua adonan di aduk hingga rata. Inilah adonan jumbrek yang siap dimasukkan ke cetakan. Biasanya saat musim nangka, Mbak Izzah dan Mbak Sulis menambahkan potongan kecil-kecil nangka ke dalam adonan ini sebagai penambah rasa.

Adonan ini kemudian dituang ke dalam daun lontar (siwalan) yang telah dibentuk menjadi kerucut, menyerupai terompet kecil, panjangnya kira-kira 25 cm. Unik memang, mungkin kita akan sulit menemui yang seperti ini di makanan lain. Saat dimasukkan ke dalam bungkus daun lontar tadi, adonan jumbrek Bu Karmini masih cukup encer. Jika “terompet” daun lontar tadi tidak dibuat dengan benar, maka adonan ini akan bocor. Ini juga yang membedakan jumbrek Bu Karmini dengan jumbrek-jumbrek lain, yang biasanya saat dimasukan ke dalam bungkus daun lontar sudah berupa adonan yang kental. Ini nantinya akan berpengaruh pada tekstur dan kekenyalan jumbrek saat sudah jadi.

Proses Pembuatan JumbrekProses Pembuatan JumbrekSaat semua adonan sudah dimasukkan ke daun lontar, jumbrek kemudian dikukus dalam sebuah kukusaan kuno yang ditaruh di dandang yang juga kuno. Kukusan dan dandang kuno ini sama seperti yang digunakan untuk menanak nasi zaman dulu. Kurang lebih butuh waktu 30 menit hingga jumbrek benar-benar matang. Dalam 30 menit tersebut dandang harus dibuka-tutup agar adonannya tidak  menggelembung.

Jumbrek Bu Karmini rasanya manis dan harum, berbeda dengan jumbrek yang memakai gula aren atau dengan campuran gula pasir yang aroma harumnya kurang terasa. Selain itu Jumbrek yang memakai gula aren dan gula pasir kurang tahan lama. Jumbrek gula siwalan mampu bertahan hingga dua hari, sementara jumbrek gula campuran hanya mampu bertahan tidak lebih dari satu hari.

Karena adonan jumbrek Bu Karmini dituang saat masih encer, teksturnya juga kenyal dan lembut, serta tidak nempel di gigi saat dimakan. Ini berbeda dengan jumbrek lain yang adonannya dituang saat sudah kental. Saat matang, jumbrek ini umumnya lebih keras dan lengket di gigi saat dimakan.

Mbak Izzah Membuat Adonan JumbrekAroma jumbrek juga harum, yang berasal dari aroma daun lontar yang digunakan sebagai bungkusnya.  Karena jumbrek Bu Karmini bisa tahan hingga dua hari, makanan yang satu ini cocok untuk oleh-oleh setelah berwisata ke WBL, Mazola, Goa Maharani, makam Sunan Drajat, atau makam Sunan Sendang Duwur. Harganya Rp 2.000 saja per biji dan biasanya dijual dalam bungkusan berisi sepuluh buah. Jadi satu bungkus harganya Rp 20.000,-. Ini memang sedikit lebih mahal daripada jumbrek-jumbrek gula campuran. Tapi, seperti kata sebuah iklan, “lidah memang tak bisa bohong.”

Jumbrek banyak sekali di jual di area WBL dan Mazola, juga di warung-warung yang berderet-deret sepanjang jalan pantai utara (pantura). Tapi di sana tidak ada jaminan jumbrek itu dibuat dari gula siwalan asli dengan kualitas baik. Sekadar saran, apabila Anda ingin membawa pulang jumbrek asli yang enak dan awet, Anda bisa datang dan membeli langsung di rumah Bu Karmini kapan saja, karena Mbak Izzah dan Mbak Sulis tiap hari membuat jumbrek.

Pembuat Bungkus JumbrekLetak rumah di Jalan Daendels, Desa Paciran, sekitar 2,5 km sebelah barat WBL. Di sana ada gang kecil yang disebut dengan Sorasem (dari bahasa Jawa “Ngisor Asem” yang artinya “Di Bawah Pohon Asam” meski kini pohon asamnya sudah tidak ada). Dari gang sempit tersebut, masuk kira-kira 100 m ke utara. Tanya saja warga setempat, mereka pasti tahu yang Anda cari.

Tapi jika Anda tidak mau repot-repot mencari gang kecil tersebut, Anda bisa langsung datang ke satu warung pinggir jalan, kira-kira 3 km sebelah barat WBL (0,5 km sebelah barat Gang Sorasem). Letaknya tepat di seberang Apotek Karang Asem. Ini merupakan warung milik Bu Karmini, jadi jumbrek-jumbrek di sini lansung didatangkan dari rumah Bu Karmini.

ANEKA

Penginapan Murah Dekat WBL, Tanjung Kodok, dan Makam Sunan Drajat Lamongan

Kendil WesiDi Paciran terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi, seperti Wisata Bahari Lamongan (WBL), Maharani Zoo and Goa (Mazola), makam Sunan Drajat, makam Sunan Sendang Duwur, Batik Sendang, home industry gula merah, wisata kuliner jumbrek, Rujak Mak Tas, legen, dan lain sebagainya. Tidak cukup sehari untuk bisa menjelajahi dan mencicipi semuanya.

Penduduk Lamongan asli tentu bisa pulang – pergi kapanpun mau. Tapi untuk yang berasal dari luar kota tak harus berkecil hati, Anda bisa memilih bermalam di beberapa tempat di Paciran.

Sebenarnya WBL sudah menyediakan Tanjung Kodok Beach Resort yang terletak di sebelah barat WBL. Tapi resort yang menghadap langsung ke laut ini sungguh menguras isi kantong. Untuk menginap satu malam saja, kita harus merogoh kocek mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 3,5 juta. Bayangkan bila harus menginap beberapa malam atau bahkan beberapa minggu.

Tapi tenang, ibarat pepatah, “Tiada rotan, akar pun jadi,” Anda pun bisa bermalam tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.  Tak sanggup bayar hotel, penginapan pun okelah. Ya, di sekitar Paciran ada beberapa penginapan yang bisa kita pilih. Tentunya dengan fasilitas cukup dengan harga miring.

Salah satu yang bisa dicoba adalah Penginapan Mayang Madu. Penginapan yang terletak di Desa Drajat ini mematok harga yang sangat murah, mulai dari Rp 75.000, 100.000,  dan 150.000 per malam. Tentu, tarif tersebut sesuai dengan fasilitas kamar yang akan kita dapat. Untuk tarif yang termurah, yakni Rp 75.000, kita akan mendapat sebuah kamar dengan ukuran 3×4 meter dengan satu kasur di atas dipan dan satu kasur lagi di lantai. Tersedia empat kamar untuk tarif ini.

Sementara dengan tarif Rp 100.000, kita akan mendapat kamar berukuran hampir sama, dengan satu springbed yang cukup untuk dua orang dewasa. Untuk tarif ini hanya disediakan satu kamar. Sedangkan untuk yang Rp 150.000, kita akan mendapat kamar yang lebih besar dengan dua srpingbed. Disediakan dua kamar untuk tarif tertinggi di penginapan ini.

Semua kamar dilengkapi dengan kipas angin. Khusus untuk kamar dengan tarif termurah, tidak disediakan kamar mandi di dalam kamar. Jadi untuk mandi dan semua kegiatan yang berhubungan dengan kamar mandi, penghuni harus berbagi bersama penghuni kamar lain dengan harga yang sama.

Kalau mau pilihan penginapan lain, kita bisa mencoba ke Penginapan Lestari. Penginapan ini letaknya tidak lebih dari seratus meter sebelah barat dari Penginapan Mayang Madu. Fasilitas berbeda ditawarkan oleh penginapan ini. Tersedia enam kamar dengan dua macam tarif. Dua kamar masing-masing tarifnya Rp 150.000 per hari dengan fasilitas kasur dan kipas angin. Empat kamar lainnya masing-masing tarifnya Rp 200.000 dengan fasilitas AC dan dua springbed per kamar. Ukuran kamarnya relatif sama dengan ukuran kamar Panginapan Mayang Madu yang tarifnya Rp 150.000.

Kedua penginapan ini letaknya hanya seratusan meter di sebelah barat makam Sunan Drajat.

Jika anda mengutamakan wisata religi, kedua penginapan ini merupakan pilihan yang tepat karena letaknya berdekatan dengan makam Sunan Drajat. Namun, karena letaknya yang lumayan jauh dari jalan raya besar, akan lebih baik apabila Anda membawa kendaraan pribadi sendiri, sepeda motor atau mobil, untuk memudahkan perjalanan mengunjungi tempat wisata lainnya.

Apabila Anda ingin lebih dekat dengan wisata modern seperti WBL dan Mazola, Anda bisa menginap di Penginapan Kendil Wesi. Penginapan ini hanya berjarak 800 meter sebelah barat WBL. Karena penginapan ini terletak di pinggir jalan, Anda bisa naik angkutan umum menuju ke WBL, atau kalau ingin lebih sehat, bisa berjalan kaki saja.

Penginapan ini memiliki fasilitas AC di setiap kamar. Tarifnya Rp 200.000 dan 250.000 per hari, tergantung ukuran kamar dan jumlah springbed-nya. Sedikit lebih mahal memang. Di penginapan ini juga disediakan rumah makan, dengan menu di antaranya berbagai olahan hasil laut. Jadi, Anda tidak perlu jauh-jauh mencari tempat makan lagi.  Selain itu, penginapan ini juga menghadap langsung ke laut dengan pemandangan indah. Anda tinggal menyeberang jalan untuk bermain ke pantai.

Ketiga penginapan tersebut sama-sama bisa dihuni sekitar 2-5 orang tiap kamarnya. Jadi, jika Anda berwisata bersama teman-teman akan lebih baik, karena bisa patungan untuk memangkas pengeluaran.

Selain Penginapan Kendil Wesi, ada satu lagi yang sangat dekat (mungkin “terlalu” dekat) dengan Mazola, yakni Rumah Kos HSN. Rumah kos ini berbentuk bangunan cukup besar, bertingkat, tepat bersebelahan dengan Mazola. Tapi Anda tidak perlu khawatir digigit ular atau macan karena semua hewan buas di Mazola berada dalam pengamanan tingkat tinggi hehehe…

Karena tempat ini merupakan sebuah kos-kosan, banyak penghuninya merupakan penghuni tetap, dan tarif yang dipatok juga per bulan, yakni sebesar Rp 300.000. Meski begitu, Anda tetap bisa menginap untuk satu atau dua malam saja, tentunya dengan bernegosiasi dulu dengan pemilik kos.

Tertarik untuk menginap?

IWAK LAUT NASI JAGUNG DE PRAH

Surya 2Iwak peyek, iwak peyek, iwak peyek nasi jagung...” Penggalan lagu Trio Macan tersebut, selain memopulerkan kembali grup vokal mereka, tampaknya juga membawa nasi jagung kembali terngiang di telinga kita. Apakah Anda sudah pernah makan nasi jagung? Jika Anda belum pernah makan nasi berwarna kuning ini, berarti Anda harus mampir di Warung De Prah.

Makanan ini dulu sangat mudah ditemui di Lamongan, karena dulu harga beras masih sangat mahal, juga karena jagung lebih mudah ditanam dan lebih cepat panen saat musim kemarau. Hal ini membuat nasi jagung menjadi alternaif pilihan sebagai makanan pokok. Jagung bisa dicampur dengan beras atau dimasak sendiri tanpa beras.

Namun saat ini, nasi jagung sudah menjadi makanan langka. Selain harga beras yang mulai  terjangkau, juga karena pembuatannya tidak semudah menanak nasi putih.

Saat berada di Lamongan, lebih tepatnya lagi di daerah pantai utara (pantura) Paciran, jangan lewatkan untuk mampir ke Warung De Prah. Warung yang berada di seberang Wisata Bahari Lamongan (WBL) sekitar 300 meter ke arah barat ini, menyajikan menu andalan nasi jagung.

Warung yang buka tiap hari mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB ini, setiap hari ramai oleh pembeli. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang ingin bernostalgia dengan makanan jadul ini, tapi tidak jarang juga pembeli yang baru ingin mencoba makan nasi jagung.

Warung yang sudah ada lebih dari setengah abad ini, menyajikan hidangan aneka ikan laut dan beberapa sayuran plus sambel terasi sebagai pelengkap nasi jagungnya. Ikan-ikan yang disediakan antara lain ikan kuningan, ikan keting, dan ikan asin. Biasanya ikan-kan ini dimasak dengan cara digoreng. Sedangkan sayuran yang tersedia yaitu sayur lodeh, sayur asam, dan sayur sop. Tidak begitu variaif memang, tapi menu tersebut sudah sangat cocok jika dipadukan dengan nasi jagung.

Jika kebanyakan warung makan kini lebih suka memasak nasi mengunakan rice cooker karena lebih praktis, nasi jagung Warung de Prah masih dimasak di atas tungku kayu bakar. Ini dilakukan untuk tetap menjaga tekstur nasi jagungnya agar terasa sama dengan nasi jagung  yang dikenal oleh orang-orang dulu.

Di warung ini, jagung dicampur dengan beras, tidak dimasak sendiri. Proses memasak nasi jagung hampir sama dengan memasak nasi putih biasa. Beras yang terlebih dahulu dibersihkan dengan air, kemudian ditanak di dalam dandang. Saat nasi  telah setengah matang, baru jagung yang sudah dihaluskan dicampurkan ke dalamnya lalu diaduk-aduk hingga matang betul. Ingat, jagung yang dicampurkan adalah jagung yang sudah dihaluskan, bukan jagung yang masih berupa  biji-bijian utuh. Ini karena jagung yang sudah dihaluskan akan lebih mudah tercampur dengan nasi dan lebih mudah untuk dimakan.

Namun, nasi jagung ini tidak bisa pulen seperti nasi putih pada umumnya. Nasi jagung memiliki tekstur cenderung lebih keras. Tapi karena itu juga nasi jagung ini membuat kita merasa kenyang lebih lama.

Warung De Prah memang cukup ramai. Kalau kita datang telat, lauk dan sayurnya mungkin tinggal sedikit. Jadi, agar lebih leluasa memilih lauk dan sayur, ada baiknya Anda datang lebih pagi, sekitar pukul 09.00 saat warung ini mulai buka. Jangan sampai kecewa gara-gara menu ikan dan sayurnya tinggal sedikit.

Makan nasi jagung di Warung De Prah juga tidak akan membuat kita kehabisan banyak uang, karena harganya juga cukup murah. Untuk seporsi nasi jagung dengan sayur dan satu ikannya, kita hanya perlu membayar Rp 5.000 saja.

Jika tertarik untuk mencoba makan nasi jagung, atau ingin mengenang masa lalu dengan makanan zaman dulu ini, Warung De Prah tampaknya perlu untuk dikunjungi.

sejarah soto ayam lamongan OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

Sejarah Soto Lamongan (2): Pengaruh Cina

Tulisan ini adalah bagian dari buku Soto Lamongan yang diterbitkan oleh Perpusnas. Buku bisa diperoleh di sini.

Soto ayam Lamongan yang kita kenal hari ini adalah masakan khas Lamongan. Meski demikian, sisa pengaruh kuliner Cina masih bisa kita lihat dengan jelas sekali di dalam resepnya. Setidaknya ada lima komponen yang khas peranakan Cina. Ada yang sekadar tambahan opsional, yaitu soun dan taoge. Ada juga yang termasuk kategori bumbu penting yang sangat menentukan rasanya, yaitu koya, kecap, dan kucai.

Soun 

Orang Nusantara mengenal cara membuat soun (sohun) dan mi dari orang Cina. Soun memang ciri khas soto Lamongan tetapi bukan komponen resep yang menentukan rasa soto. Fungsinya hanya sebagai tambahan. Soto dengan soun maupun tidak, rasanya tidak berbeda. 

Banyak orang salah sebut atau salah kira. Mereka menyangka mi putih di dalam soto ayam Lamongan sebagai bihun padahal ini adalah soun. Bihun dan soun memang dua jenis mi yang bentuknya sangat mirip dan penyebutannya sering tertukar. Soun untuk soto ayam Lamongan biasanya dibuat dari kacang hijau (mung bean noodle). Warnanya lebih bening, teksturnya kenyal dan licin. Sementara bihun biasanya dibuat dari beras (rice noodle) atau jagung, lebih keruh daripada soun. 

Kecap

Kecap juga jelas berasal dari Cina. Kecap yang dipakai di resep soto Lamongan adalah kecap manis yang dibuat dari kedelai. Pada awalnya, yang disebut kecap (kôechiap) adalah kecap kedelai yang rasanya asin (kecap asin). Kecap ini kemudian berevolusi menjadi kecap manis untuk menyesuaikan dengan selera Nusantara. 

Meskipun kecap kadang tidak digunakan karena soal selera, bahan ini sangat penting karena menentukan rasa akhir dari soto. Soto dengan kecap dan tanpa kecap rasanya sangat berbeda. Di warung soto, biasanya kecap disediakan terpisah seperti sambal sehingga orang yang makan soto bisa memilih pakai kecap atau tidak. Di acara-acara resepsi pernikahan, soto Lamongan biasanya sudah ditambah sedikit kecap.

Koya

Ini adalah bagian yang paling khas dari soto ayam Lamongan. Koya berasal dari dua komponen yang sama-sama gurih, yaitu kerupuk udang goreng dan bawang putih goreng. Dua bahan ini dihaluskan begitu saja dan ditambahkan ke dalam soto saat dihidangkan. Begitu koya sudah bercampur dengan kuah, maka kuah soto akan menjadi kental sebab kerupuk udang dibuat dari tepung tapioka.

Koya adalah sebutan dalam bahasa Cina untuk makanan berbentuk bubuk. Ada dua macam koya yang kita kenal dalam makanan peranakan Cina. Yang pertama kue koya, kue berupa bubuk tepung yang dicetak begitu saja, tidak dalam bentuk adonan basah. Biasanya dihidangkan saat hari Lebaran. Kedua, koya bubuk kedelai yang biasa ditambahkan pada menu lontong cap gomeh.                   https://lh5.googleusercontent.com/-WJ6H5JKMHRw0jW4WpSZbHYGoDRfjVrWi_-hy-R2S3-CytF0u1PXvwh50hdv3IpYHt93BPnRXC1O6r7tMSJ_XUzdNNIJYdvOOaEHKVsmsmLih2W04RnB3UQH5d_XM4zCwp_jCArIDYkezr_RPg

Koya soto Lamongan. 

(Sumber https://www.lamonganpos.com/)

Selain tiga macam koya di atas, ada juga koya kelapa sangrai yang biasa ditambahkan ke dalam soto. Koya jenis ini adalah alternatif koya kerupuk udang. Namun, koya kelapa ini tidak lazim digunakan di Lamongan. Kalaupun ada warung soto yang menggunakannya, itu hanya untuk menyesuaikan selera konsumen. 

Koya adalah komponen khas soto ayam Lamongan yang penting. Lebih penting daripada kecap. Tanpa koya, soto ayam Lamongan rasanya memang sudah enak. Dengan tambahan koya, rasa soto menjadi lebih gurih. Bagi sebagian penggemar soto Lamongan, koya bahkan dianggap sebagai bumbu utama. Satu mangkuk soto bisa ditambah beberapa sendok penuh koya. 

Pemakaian koya di soto Lamongan pada awalnya kemungkinan besar adalah untuk memanfaatkan adanya sisa kerupuk udang afkir. Di Lamongan dan sekitarnya, kerupuk udang umumnya berukuran lebar-lebar. Kira-kira lebarnya setengah piring. Dihidangkan dengan cara diletakkan begitu saja di atas piring yang berisi nasi dan soto. 

Fungsinya ganda. Selain sebagai lauk pendamping, kerupuk berukuran lebar juga untuk menutupi hidangan utamanya. Sehingga kalau irisan daging ayamnya hanya sedikit, hidangan itu tetap kelihatan sopan, tidak kelihatan pelit. Ini bagian dari seni menghormati tamu dengan cara hemat. Tentu tidak semua tuan rumah bisa menjamu tamunya dengan soto yang berisi irisan daging ayam dalam jumlah banyak. 

Kerupuk udang besar. (Sumber koleksi pribadi)

Kerupuk berukuran lebar sebetulnya merepotkan karena harus digoreng di dalam wajan besar dengan minyak yang sangat banyak. Saat sudah matang pun, kerupuk lebar masih merepotkan sebab kerupuk mudah patah. Karena ukurannya yang sangat lebar, kerupuk udang di acara-acara hajatan biasanya dimasukkan ke dalam plastik besar. Ukurannya sama dengan karung gula pasir. Sampai sekarang orang pedesaan Lamongan menyebut semua jenis plastik bening ukuran besar sebagai “plastik kerupuk”.

Di dapur selalu ada dua plastik kerupuk. Satu untuk kerupuk udang utuh. Satunya lagi untuk kerupuk udang afkir yang sudah cuil. Jika sudah patah, kerupuk tidak layak lagi dihidangkan kepada tamu dan hanya untuk dimakan sendiri. Kondisi inilah yang tampaknya pada awalnya melahirkan koya kerupuk udang, yang ternyata malah membuat soto menjadi lebih gurih. 

Sekarang tentu saja koya di warung soto ayam Lamongan tidak dibuat dari remah kerupuk udang melainkan dari kerupuk udang utuh. Sekarang kerupuk udang banyak yang berukuran kecil-kecil, tidak selebar piring. Untuk bahan koya, ukuran kerupuk udang menjadi tidak lagi penting. Biasanya pemilik warung soto membeli kerupuk udang curah dalam jumlah besar. 

Taoge 

Taoge tidak selalu ada di soto ayam Lamongan yang dijual di warung-warung. Akan tetapi soto ayam di desa-desa di Lamongan di acara-acara hajatan pada umumnya masih menggunakan taoge, selain irisan kubis dan soun. Sebagian besar menggunakan taoge kecil seperti yang digunakan untuk rawon. Ada juga yang menggunakan taoge panjang. Karena jumlahnya hanya sedikit, taoge tidak begitu mempengaruhi rasa akhir dari soto. 

Taoge juga merupakan komponen tradisi dapur Cina. Konon Laksamana Cheng Ho pada saat melakukan ekspedisi akbarnya selalu menanam taoge di kapal dan menjadikannya sebagai menu wajib untuk menjaga kesehatan para pelaut. Taoge memang termasuk sayuran bergizi tinggi karena berasal dari biji kacang hijau yang memang kaya gizi. 

Kucai

Hingga tahun 1980-an, daun kucai masih umum ditanam di pekarangan rumah di desa-desa Lamongan. Daunnya digunakan seperti bawang daun untuk menyedapkan masakan, termasuk soto ayam. Aromanya cukup kuat sehingga sedikit saja bisa membuat masakan jadi lebih lezat. Penggunaan daun kucai (kow choi) pada mulanya juga merupakan kebiasaan dapur peranakan Tionghoa. 

Namun, sekarang daun kucai jarang tersedia. Resep-resep soto ayam Lamongan zaman sekarang pada umumnya menggunakan bawang daun cincang. Dari bukti-bukti di atas tampak bahwa pengaruh tradisi Cina di dalam resep soto memang sangat dominan. Tidak berlebihan jika disebut bahwa soto memang berasal dari dapur peranakan Cina.

Daun kucai. (Sumber https://intisari.grid.id/)

Secara umum pengaruh budaya Cina di Lamongan sebetulnya tidak begitu dominan. Yang lebih banyak dipengaruhi budaya Cina adalah Tuban, kabupaten tetangga. Di wilayah Kabupaten Lamongan, populasi warga keturunan Cina tidak begitu banyak. Di Lamongan pesisir pun populasi mereka tidak begitu banyak. Mereka hanya terkonsentrasi di kota Kecamatan Babat.  

Warisan kuliner peranakan Cina di Lamongan adalah wingko. Sampai sekarang Wingko Babat Loe Lan Ing, yang sudah berdiri sejak seabad lalu, masih menjadi ikon oleh-oleh Babat dan Lamongan. Bahkan kota Babat dijuluki sebagai Kota Wingko. Dilihat dari sejarahnya, wingko berasal dari makanan khas dapur peranakan Cina, bibingka, yakni kue berbahan beras ketan.

https://lh5.googleusercontent.com/JyVsxsgslDQ1E7zUDU3y6L0OpS7vC6yLGIJeerNgzn32UJGnl-qcV9ZLct0aZ1gMjhknGF1J9g3j14aN35iX4RgyQXh740uu3J7jeIHFpDthb7nejvbda9S8_vOtuhn7ysB_PwowBfFaA-s0Ag

Wingko Babat Loe Lan Ing. (Sumber https://www.instagram.com/loelaning/)

Di Tuban, populasi warga keturunan Cina cukup banyak. Bahkan di alun-alun Tuban ada kelenteng berusia dua abad yang masih digunakan sembahyang hingga hari ini. Dalam hal warisan kuliner Tionghoa, Tuban lebih kaya daripada Lamongan. Di sini ada pabrik kecap legendaris Cap Laron yang sudah berdiri sejak tahun 1945 dan masih terkenal hingga sekarang. Tuban juga terkenal sebagai penghasil kerupuk udang dan terasi udang yang enak. Usaha-usaha ini banyak ditekuni oleh warga keturunan Tionghoa.

https://lh6.googleusercontent.com/QWKvXSzBXz8shB6KMRaCJV8paugJbfj-i3S2S4qpHBqQzYB2v92b_jg17lntTSG_3aWKaONQdMLzUvfYOywq0AHR9EFFnqu7nyOma_siXvIJqlsShVmJj1Npa3RAqFwA9FeHto72axRWh3RMbA

Kecap Manis Cap Laron. 

(Sumber https://www.facebook.com/kecaplaron45/)

Tuban lebih banyak dihuni warga keturunan Cina karena memang letak Tuban persis di pantai yang menjadi pelabuhan penting zaman dulu. Ekspedisi besar pelaut Cina biasanya singgah di Pelabuhan Tuban. Di sini para pelaut itu singgah dan sebagian bermukim. Tradisi dapur Lamongan tampaknya mendapat pengaruh tradisi dapur Cina secara tidak langsung lewat Tuban. 

Pengaruh India dan Belanda 

Salah satu komponen utama resep soto ayam Lamongan yang penting adalah kunyit. Kunyit inilah yang membuat warna soto ayam Lamongan kuning keemasan, baunya harum, dan rasanya melekat di lidah. Pemakaian kunyit di dalam masakan adalah tradisi lokal Jawa yang pada mulanya diperkirakan terpengaruh dari tradisi India. 

Adapun pengaruh kuliner Belanda masih bisa kita lihat dari pemakaian kubis dan seledri. Kedua bahan ini adalah komponen yang biasa digunakan orang Belanda untuk membuat sup. Irisan kubis memang khas soto Lamongan tetapi bukan komponen utama yang menentukan rasa. Fungsinya hanya sebagai tambahan seperti soun dan taoge. Pakai kubis atau tidak, rasa soto Lamongan tidak berbeda. 

Sebetulnya di resep soto juga ada tradisi khas Lamongan lain di luar koya, yaitu penambahan bandeng sebagai penyedap rasa. Kebetulan Lamongan adalah penghasil ikan bandeng. Saat musim panen, harga bandeng sangat murah dan sering dimanfaatkan sebagai penyedap soto. Ikan ini ditambahkan ke dalam soto dengan cara direbus atau digoreng lalu dihaluskan dan dicampurkan ke dalam kuah. Fungsinya mirip koya kerupuk udang, yaitu untuk menambah lezat kuah soto. 

Karena bandeng sudah dihaluskan, kita tidak bisa melihat wujud ikan ini. Kita hanya bisa merasakan citarasa gurihnya di dalam kuah. Namun, sebagian besar soto ayam Lamongan yang dijual di kota-kota besar tidak menggunakan bandeng di resepnya. Di kota, bandeng memang selalu tersedia tetapi harganya cukup mahal. Rasa soto memang jadi lebih lezat tapi biaya produksi soto jadi lebih mahal.

Dari komponen-komponen di atas, kita bisa melihat bahwa soto ayam Lamongan adalah masakan yang memadukan aneka tradisi. Di dalam semangkuk soto Lamongan ada tradisi dapur Cina, Belanda, India, hingga Lamongan sendiri. Hasil akhirnya adalah masakan yang lezatnya lengkap: gurih kaldu, harum rempah, dan menyegarkan. 

sejarah soto ayam lamongan DIREKTORI

Buku Gratis: Soto Ayam, Cara Hidup Orang Lamongan

Penulis: Mohammad Sholekhudin

Penerbit: Perpustakaan Nasional RI

Untuk membacanya, silakan klik gambar di bawah. Anda juga bisa mengunduhnya gratis dengan mendaftar lebih dulu di situs Perpusnas.

sejarah soto ayam lamongan