10 Oleh-oleh Khas Lamongan yang Bisa Dibeli di Shopee, Laris dan Rating Tinggi
Lamongan punya banyak oleh-oleh khas. Ada yang cepat basi dan cuma tahan 1 hari, misalnya legen dan jumbrek. Ada yang tahan beberapa hari, misalnya wingko. Ada juga yang tahan sampai beberapa bulan, misalnya keripik ikan.
Sekarang oleh-oleh khas Lamongan juga banyak dijual di Shopee. Ini cocok buat kita yang tidak sempat membeli oleh-oleh langsung. Atau buat kita yang ingin praktis dan tidak direpotkan oleh tetek bengek. Tinggal klik klik bayar. Barang diantar ke rumah.
Rekomendasi di bawah ini didasarkan pada kualitas barang, tingkat kelarisan, dan rating dari pembeli. Jadi, jangan khawatir, semua oleh-oleh ini sudah teruji, laris, dan memuaskan.
- Wingko Babat Loe Lan Ing mini
Wingko Babat perlu disebut di nomor atas karena ini adalah oleh-oleh khas Lamongan yang paling serba bisa. Bisa untuk oleh-oleh buat teman, bisa juga untuk calon mertua. Dijamin tidak mengecewakan. Di Babat ada banyak merek wingko. Sejauh ini Loe Lan Ing tetap yang terbaik. Teksturnya kesat, rasanya legit gurih. Memang harganya lebih mahal dibandingkan dengan wingko merek lain tapi mutunya sepadan.
Loe Lan Ing punya beberapa varian ukuran, mulai dari mini, medium, sampai jumbo. Yang mini ukurannya hanya selingkar biskuit karena ditujukan untuk sekali emplok. Cocok buat yang punya teman banyak. Kelebihannya, wingko ini tersedia dalam aneka rasa kekinian seperti keju, cokelat, kopi, nangka, taro, pandan, tiramisu, hingga durian. Cocok buat kawan sebaya milenial generasi jasjus.
Harga : Rp60.000 isi 10 wingko
Link Shopee : Klik di sini.
- Wingko Babat Loe Lan Ing medium
Buat sebagian orang, wingko mini ukurannya terlalu kecil. Terutama jika oleh-olehnya ditujukan buat keluarga atau orang yang suka berkomentar “Kok cilik-cilik ngene?” Jangan khawatir, Loe Lan Ing punya varian medium yang ukurannya lebih besar. Seukuran lapik (lepek) cangkir kopi. Lebih mengenyangkan. Perlu diketahui, wingko dibuat dari ketan, kelapa, dan gula. Tiga bahan ini sama-sama mengenyangkan. Jadi makan satu wingko medium kenyangnya seperti makan nasi.
Harga : Rp30.000 per biji
Link Shopee : Klik di sini
- Wingko Babat Loe Lan Ing jumbo
Yang ini adalah wingko spesial. Cocoknya digunakan untuk oleh-oleh serius, misalnya calon mertua yang mengharapkan menantu sempurna. Di Lamongan sendiri, wingko ukuran jumbo selebar piring biasa digunakan sebagai oleh-oleh dalam proses lamaran. Wingko ini kemudian diiris kecil-kecil kemudian dihidangkan buat tamu.
Harga : Rp 70.000
Link Shopee : Klik di sini
- Wingko Babat Putra Agung
Ini alternatif yang lebih murah jika Loe Lan Ing dirasa mahal. Satu tas berisi 20 wingko mini. Cocok buat yang punya banyak teman gragas dan njalukan.
Harga : Rp23.000
Link Shopee : Klik di sini
- Aneka keripik ikan
Tersedia keripik berbahan aneka ikan, baik ikan laut maupun ikan air tawar. Kebetulan Lamongan memiliki wilayah pesisir dan wilayah tambak air tawar.
Harga : Rp4.500
LInk Shopee : Klik di sini
- Keripik ikan sunduk
Bentuknya seperti keripik usus karena memang dibuat dari ikan sunduk yang ukurannya kecil memanjang seperti pensil. Dibumbui dengan tepung serupa tepung kentaki. Kriuk-kriuk, cocok dinikmati dengan nasi hangat dan sambal terasi, atau dimakan sebagai cemilan.
Harga : Rp37.500/kemasan ini 250 gram
LinkShopee : Klik di sini
- Gula merah siwalan
Gula merah ini terbuat dari nira pohon siwalan khas Paciran Lamongan. Harganya lebih mahal daripada gula merah yang banyak beredar di pasar. Sekitar tiga kali lipatnya. Baunya harum, cocok dibuat untuk kolak atau sambal rujak. Gula siwalan mudah menyerap air. Itu sebabnya selama pengiriman gula ini teksturnya seperti meleleh. Itu bukan karena mutunya tidak bagus tetapi karena sifat bawaannya yang higroskopis.
Harga : Rp40.000
Link Shopee : Klik di sini
- Sambal rujak Paciran
Sambal ini dibuat dari gula merah siwalan, untuk rujak buah. Sambalnya sengaja dibuat sangat kental, tidak begitu cair, supaya awet. Saat mau dinikmati, tinggal ditambah sedikit air matang sesuai selera. Dihidangkan dengan irisan mangga muda, bengkuang, nanas, timun, kerai, kedondong, atau lainnya. Tersedia 4 varian sesuai tingkat kepedasannya.
Harga : Rp16.500/kemasan cup isi 200 gram
Link Shopee : Klik di sini
- Kecap Cap Laron
Kecap ini sebetulnya produksi Tuban tetapi biasa menjadi oleh-oleh khas Lamongan karena memang merupakan bumbu dapur kebanyakan orang Lamongan yang bertetangga dengan Tuban. Ini kecap legendaris karena usianya sudah hampir seabad. Warnanya cenderung cokelat, tidak begitu hitam. Jadi kalau ditambahkan dalam jumlah banyak ke dalam masakan tidak membuat masakan jadi hitam. Rasanya manis gurih, tidak begitu asin. Lebih enak daripada kecap-kecap buatan pabrik.
Harga : Rp31.000/kemasan isi ulang 620 ml
Link Shopee : Klik di sini
- Jenang ketan Paciran
Jenang Lamongan berbahan ketan dengan taburan wijen di atasnya. Bahan dasarnya ketan hitam, ketan putih, gula, dan santan. Di Lamongan pesisir, sebagaimana wingko jumbo, jenang ketan biasa dijadikan sebagai oleh-oleh untuk istimewa.
Harga : Rp16.000/kemasan 200 gram
Link Shopee : Klik di sini
JANGAN TAKUT PEDAS DI RUJAK MAK TAS
Anda pasti tahu rujak, bukan? Makanan yang terbuat dari berbagai buah dan sayur ini selain menyehatkan juga memiliki banyak penggemar. Bahkan banyak ibu hamil yang ngidam makanan ini.
Jika Anda berwisata ke WBL, Mazola, Gua Maharani, atau ke makam Sunan Drajat, Anda akan banyak menjumpai pedagang rujak dan dawet yang berderet-deret di pinggir jalan raya Paciran. Di antara puluhan penjual rujak itu, ada satu warung yang cukup terkenal, yaitu Rujak Mak Tas. Jika Anda bertanya kepada warga setempat tentang warung rujak yang enak, kemungkinan besar ia akan mengarahkan Anda ke warung ini. Warung Mak Tas berada di Desa Paciran, tepatnya di sebelah barat jembatan. Ini jembatan satu-satunya di jalan raya Paciran.
Warung yang sangat sederhana ini berada di tempat terbuka, tepat bersebelahan dengan kali (sungai) yang langsung berhubungan dengan laut. Sayang, sungai ini tidak begitu bersih. Tapi jangan salah, meskipun tempatnya tidak begitu meyakinkan, warung ini adalah penjual rujak paling ramai di Paciran.
Dari puluhan penjual rujak di paciran, kenapa rujak Mak Tas yang paling ramai? Mungkin ada dua jawaban yang pas untuk pertanyaan tersebut.
Pertama, mungkin karena rujak Mak Tas ini lebih murah dari rujak-rujak lainnya di paciran. Mak tas menjual rujaknya Rp 3.000 per porsi. Sedangkan di tempat-tempat lain umumnya dijual Rp 4.000 atau lebih.
Kedua, rasanya. Mak Tas yang sudah sekitar 15 tahun berjualan rujak ini memang tahu benar bagaimana rujak yang enak. Bagaimana komposisinya, bagaimana cara ngulek-nya, dan lain sebagainya.
Mak Tas sendiri yang membuat rujak untuk para pembeli. Jadi dari buka sampai tutup, yaitu sekitar pukul 09.00 sampai dengan 16.00, Mak Tas yang meracik dan membuat ratusan bungkus rujak. Rujak Mak Tas sangat unik. dari tampilannya saja bisa dilihat betapa sederhananya rujak Mak Tas. Kalau di tempat lain umumnya rujak ditempatkan di piring plastik, Mak Tas memakai daun pisang sebagai tempat rujaknya. Unik, bukan? Selain unik, daun pisang ini juga memberikan aroma khas. Jadi, jangan heran apabila melihat banyak tumpukan daun pisang di warung Mak Tas.
Oh iya, warung Mak Tas buka setiap hari. Jadi kapan pun Anda datang, asal tidak kepagian atau kesorean, Anda bisa mencicipi rujak Mak Tas yang enak ini.
Bumbu-bumbu yang dipakai Mak Tas pun umumnya sama dengan rujak-rujak lainnya di Paciran. Kenapa saya katakan di Paciran? Karena setiap daerah di Lamongan memiliki kekhasan tersendiri untuk urusan rujak. Seperti rujak dengan pisang kluthuk yang bisa Anda temui di sekitar Sekaran, yang dibuat dengan tambahan irisan pisang kluthuk yang diulek bersama bumbu-bumbunya. Atau rujak petis hitam di daerah Maduran dan sekitarnya, yang memakai petis hitam cukup banyak pada bumbunya. Ini juga yang membuat rujak petis hitam warnanya lebih hitam daripada rujak-rujak lainnya.
Bumbu yang dipakai Mak Tas antara lain: gula merah, petis, garam, asam jawa, sedikit penyedap rasa, sedikit air, dan cabai tentunya. Gula merah yang dipakai Mak Tas bukan gula merah padat seperti yang banyak kita jumpai. Mak Tas menggunakan gula merah siwalan yang agak berair, jadi teksturnya sedikit lembek. Selain itu, petis yang Mak Tas gunakan adalah petis dari saripati ikan pindang yang rasanya asin, tidak gurih seperti petis hitam biasanya.
Untuk buahnya, ada mentimun, kerahi, nanas, bengkuang, semangka, dan kadang mangga muda. Semua diiris-iris dengan potongan besar khas Mak Tas. Meskipun pada umumnya rujak yang dibuat rasanya pedas manis (dengan gula merah lebih banyak daripada bumbu-bumbu lainya), namun pembeli bisa meminta rasa lain, asin misalnya, atau dengan tambahan kacang tanah.
Rujak asin dibuat Mak Tas dengan komposisi petis yang lebih banyak daripada gula merahnya. Sedangkan rujak dengan tambahan kacang harganya ditambah Rp 500 per bungkus. Tentu saja ini akan menambah pilihan bagi pencinta rujak untuk menyesuaikan dengan rasa favoritnya.
Apabila Anda selesai berkunjung dari WBL, Maharani Zoo, dan Gua Maharani, tak akan rugi Anda mampir ke warung Mak Tas untuk merasakan rujak khas Paciran yang enak. Jika Anda pencinta makanan tradisional ini, mampir di warung Mak Tas hukumnya adalah “wajib kudu harus”. Fardlu ‘ain, kata orang-orang Paciran.
Sekadar saran dari saya, rujak Mak Tas ini rasanya jauh lebih pedas dari rujak petis hitam atau rujak pisang kluthuk. Jadi, apabila Anda bukan orang yang suka pedas, pesan rujak cukup dengan 1 atau 2 cabai saja. Sementara jika Anda ‘gila’ pedas, mungkin Anda bisa mencoba 8, 9 cabai atau bahkan lebih.
Jangan takut kepedasan, karena dengan Rp 3.000 lagi Anda bisa meredam pedasnya rujak Mak Tas dengan es dawet ental yang dijual juga di sini. Selain itu, sebagai pelengkap rujak, Mak Tas juga menyediakan kerupuk rambak yang dijual Rp 500 tiap bungkus.
LEGEN, PELEPAS LELAH DAN DAHAGA
Wilayah Paciran, selain potensial sebagai tempat wisata, juga menyuguhkan makanan dan minuman khas, yang mungkin tidak banyak ditemui di tempat lain. Salah satunya minuman unik yang disebut legen.
Legen merupakan nira hasil sadapan pohon siwalan (lontar). Pohon siwalan merupakan jenis tanaman palem-paleman yang hanya tumbuh di daerah kering. Maka jangan heran saat melintas di daerah pesisir Lamongan ini Anda akan banyak menjumpai pohon-pohon siwalan di sepanjang kanan-kiri jalan. Karena memang karakteristik udara dan iklim Paciran cocok dengan habitat pohon siwalan.
Pohon-pohon siwalan di sepanjang jalan ini biasanya dipanen oleh para penyadap dua kali sehari, yakni di pagi dan sore hari. Setiap pagi sekitar pukul 07.00, para petani berangkat mengambil nira hasil sadapannya. Mereka harus memanjat pohon siwalan yang tingginya kira-kira 9 meter tanpa pengaman apa pun. Di ujung pohon telah dipasang bumbung bambu yang digunakan sebagai tempat menampung nira. Bumbung-bumbung ini dipasang sore hari sebelumnya, untuk menampung tetes nira mayang siwalan yang telah dipotong ujungnya.
Setelah hasil sadapan dipindah ke jeriken yang diikat di pinggang penyadap, tabung bambu kembali dipasang untuk menampung kembali nira yang akan diambil sore harinya. Begitu seterusnya. Dari satu buah pohon siwalan biasanya dihasilkan sekitar 6 liter nira sekali panen.
Legen atau nira yang baru disadap inilah yang kemudian dijual oleh penyadap kepada pedagang-pedagang legen di pinggir jalan. Anda bisa menemui banyak sekali penjual legen ini di sepanjang jalan pantura (pantai utara) Paciran. Ada puluhan pedagang yang berjualan di warung berupa gubuk-gubuk dengan atap daun lontar atau genting tanah liat.
Legen mempunyai rasa yang khas. Berbeda dari air kelapa tua atau kelapa muda yang rasanya sudah tidak asing lagi di lidah kita. Legen juga mempunyai rasa yang manis, namun dengan sedikit getir yang menambah kekhasan dan kesegarannya. Warna legen juga lebih keruh daripada air kelapa yang cenderung bening.
Asal tahu saja, legen bukan merupakan minuman yang tahan lama. Legen bahkan mempunyai tenggang waktu fermentasi yang lebih cepat daripada air kelapa. Minuman ini tidak bisa bertahan sampai satu hari. Jadi sebelum meminum legen, sebaiknya Anda memastikan dulu bahwa legen yang Anda minum masih baru dan belum basi. Karena apabila sudah basi, legen ini akan menjadi tuak yang memabukkan.
Untuk membedakannya, legen yang sudah basi (tuak) rasanya akan menjadi asam dan panas di tenggorokan. Warnanya juga berubah menjadi lebih keruh atau putih kekuning-kuningan. Apabila tuak masih di dalam botol, saat dibuka akan menimbulkan suara letusan dan mengeluarkan busa. Ini merupakan efek fermentasi dari kandungan gula di dalam legen.
Namun meski begitu, apabila diolah dengan baik, legen yang telah basi sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat cuka atau alkohol.
Penjual-penjual di sepanjang jalan pun tidak semua jujur dalam menjual legen. Apabila pesanan legen sedang tinggi, tidak jarang para penjual mencampur legen dengan air kelapa tua. Ini dilakukan untuk memenuhi semua permintaan legen. Tentu, hal tersebut akan mengurangi rasa getir pada legen yang menjadi kekhasannya.
Hal ini biasanya banyak terjadi saat bulan puasa. Karena pada saat seperti itu, legen akan diminati oleh banyak orang sebagai minuman pelengkap berbuka. Kekhasan ninuman yang satu ini memang membuat banyak orang tertarik, selain karena rasanya yang enak tentunya.
Satu gelas legen biasanya dihargai Rp 2.000. Cukup murah, bukan? Warung-warung di pinggir jalan juga buka tiap hari dari pagi sampai sore. Jadi Anda tidak akan susah mencarinya.
Tertarik untuk mencicipi? Minuman ini akan sangat cocok sebagai pelepas dahaga setelah seharian berwisata ke WBL, Maharani Zoo & Goa, makam Sunan Drajat, atau makam Sunan Sendang Duwur. Atau kalau Anda sedang melintas dari arah Tuban ke Surabaya atau sebaliknya lewat jalur pantura, Anda bisa melepas lelah dan bersantai di warung-warung ini sambil menikmati segelas legen dan jajanan khas Paciran lainnya.
SEGAR DAN KENYANG DENGAN ES BATIL
Kalau mendengar kata batil, mungkin pikiran kita akan langsung mengarah kepada konotasi negatif, yakni batil (kebatilan) lawan kata dari haq (kebenaran). Tapi tunggu dulu, di Lamongan, Anda akan menjumpai batil yang sama sekali berbeda. Apabila dicampur dengan es dan bahan-bahan lain, batil akan menjadi minuman yang enak, segar, dan mengenyangkan.
Ya, batil yang enak ini adalah makanan mirip roti yang terbuat dari tepung beras dan ragi. Rasanya mirip kue apem tapi sedikit asam. Batil sebetulnya cukup enak dimakan langsung. Tapi biasanya makanan ini dihidangkan dengan cara diris-iris lalu dicampur dengan es dan sirup gula. Minuman ini biasa disebut dawet batil atau es batil.
Tidak banyak penjual minuman khas ini di Lamongan. Kalau Anda penasaran dengan minuman ini, Anda bisa datang ke warung Bu Bayinah di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren.
Lokasi desa ini cukup jauh dari jalan utama pantura maupun jalan raya Lamongan-Babat. Untuk mengetahui lokasi Desa Bulubrangsi, silakan lihat di Google Maps.
Sekalipun letaknya di pelosok, warung Bu Bayinah ini setiap hari selalu ramai pembeli. Dalam sehari, Bu Bayinah bisa menjual ratusan mangkuk es batil. Ya, es batil ini memang memakai mangkuk sebagai tempatnya. Kenapa memakai mangkuk, bukan gelas? Karena es ini berisi banyak irisan batil yang tentunya lebih mudah dinikmati dengan sendok. Karena isinya banyak, es batil ini tidak hanya menyegarkan tenggorokan, tapi juga mengenyangkan perut.
Yang lebih menyenangkan lagi, lokasi warung yang dikelola oleh Bu Ifa (anak Bu Bayinah) ini berada di sekitar sawah, di bawah naungan rumpun bambu yang teduh. Selain menambah kuat suasana pedesaannya, rumpun bambu juga membuat warung ini terasa teduh meskipun di siang bolong, mengingat warung ini hanya mempunyai atap tanpa dinding di sekelilingnya.
Dalam satu mangkuk es batil, terdapat aneka macam makanan yang membuat es batil batil ini mengenyangkan. Isinya mulai dari buah siwalan yang dipotong dadu, kacang hijau, dawet hijau, agar-agar yang diparut, serta tidak lupa batil itu sendiri. Selanjutnya semua makanan ini dicampur dengan gula merah aren cair, santan, serta es batu.
Jika dibandingkan dengan es dawet khas Jepara yang hanya memakai dawet hijau, sirup gula merah, santan, dan es batu, tentu es batil ini lebih bervariasi isinya.
Sayangnya, warung Bu Bayinah ini terletak agak jauh dari jalan raya besar. Berada sekitar 5 km dari Petiyin (pertigaan Desa Drajat arah selatan) dan sekitar 8 km dari Gampang Sejati (pertigaan Desa Blimbing ke arah selatan). Meskipun begitu, saat sudah sampai di warung ini, kita dijamin tidak rugi setelah menikmati es batil.
Tertarik untuk mencoba? Warung yang sudah ada sejak 1990 ini buka setiap hari dari pukul 09.00 sampai 17.00. Tapi saran saya, akan lebih baik apabila Anda datang tidak lebih dari pukul 14.00. Karena, biasanya warung ini telah kehabisan batil saat sudah sore, dan hanya menyisakan es dawet siwalan atau kacang hijau saja.
Sebagai pelengkap es batil, Bu Ifa juga menyediakan gorengan. Jadi, Anda bisa bersantai lebih lama sambil makan gorengan dan menghabiskan semangkuk es batil.
GULA MERAH SIWALAN ASLI, JANGAN ASAL BELI
Aren dan kelapa merupakan dua bahan yang paling banyak digunakan untuk membuat gula merah, Anda tentu sering menemuinya di pasar. Tapi apakah Anda tahu, selain dua bahan tersebut, gula merah dapat juga dibuat dengan bahan lain?
Di Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di daerah Paciran, gula merah yang terkenal adalah gula merah siwalan. Siwalan merupakan pohon palm yang mirip dengan aren dan kelapa namun memiliki buah yang berbeda. Buah siwalan berbentuk bulat pipih dengan daging buah yang lembut. Pohon siwalan biasa tumbuh di daerah pesisir yang kering, seperti di daerah pantai utara Lamongan.
Gula merah siwalan terbuat dari sadapan air mayang (nira) pohon siwalan. Dalam bahasa setempat, nira siwalan ini disebut “legen”. Legen segar biasa diminum langsung atau dinikmati dengan tambahan es batu. Rasanya manis menyegarkan.
Akan tetapi, legen cepat sekali basi. Kesegarannya hanya bisa bertahan satu hari. Lebih dari itu, legen mengalami fermentasi, menjadi lebih kecut. Kandungan gula pada legen berubah menjadi cuka dan alkohol. Makin lama terfermentasi, makin tinggi kandungan alkoholnya. Dalam bahasa setempat, legen yang telah basi disebut “tuak”. Karena mengandung banyak alkohol, tuak bisa memabukkan.
Yang dipakai sebagai bahan baku gula merah hanya legen yang masih segar. Jika yang digunakan adalah legen basi, mutu gula yang dihasilkan tidak akan bagus.
Proses pembuatan gula merah siwalan tidak berbeda jauh dari pembuatan gula merah aren maupun gula merah kelapa. Nira siwalan (legen) direbus di dalam panci sampai kental dan warnanya menjadi kecokelatan. Untuk mengukur kekentalannya, biasanya legen direbus hingga volumenya tersisa seperempatnya saja.
Cairan kental ini bisa langsung dijual sebagai sirup gula siwalan. Biasanya dijual dalam kemasan air mineral. Untuk dijadikan sebagai gula merah, cairan kental ini masih harus direbus lagi sambil terus diaduk-aduk sampai menjadi sangat kental. Butuh waktu sekitar satu jam sampai cairan sirup siwalan siap masuk cetakan.
Cetakan yang dipakai bisa terbuat dari bambu, logam, plastik, atau bahan lainnya. Kalau dikehendaki bentuk yang unik, bisa digunakan cetakan agar-agar. Setelah masuk cetakan, cairan gula merah siwalan dibiarkan beberapa jam sampai padat dan bisa dilepas.
Harga gula merah siwalan Rp 20.000 perkilonya, memang sedikit lebih mahal daripada gula merah jenis lain dan juga gula pasir. Namun, untuk rasa, gula merah siwalan lebih harum dan gurih.
Ada baiknya Anda berhati-hati saat membeli gula merah siwalan. Soalnya, tidak jarang pembuat gula merah ini memproduksinya dengan curang, yakni dengan cara menambahkan gula pasir pada saat perebusan. Tujuannya agar diperoleh gula merah yang lebih banyak. Dengan begitu keuntungannya menjadi lebih banyak juga.
Untuk membedakan gula merah siwalan asli dengan yang sudah dicampur gula pasir, tidaklah sulit. Warna cokelat gula merah siwalan asli pada umumnya agak cerah, tidak begitu gelap. Teksturnya juga lebih lembut sehingga mudah rompal di pinggir-pinggirnya, juga mudah dicuil dengan ujung jari. Rasa manisnya tidak begitu kuat tapi harum. Sementara gula campuran sebaliknya, tidak begitu harum tapi rasanya gula pasirnya sangat manis.
Bagi Anda penderita diabetes, gula merah, khususnya gula merah siwalan bisa jadi alternatif untuk mengantikan gula pasir. Anda bisa mencampurkannya bersama teh, kopi, dawet, atau minuman manis lainnya. Selain karena rasa harum-manisnya yang khas, indeks glikemik gula merah adalah 35 (tergolong indeks glikemik rendah), lebih rendah dibanding gula pasir yang memiliki indeks glikemik 58 (tergolong indeks glikemik sedang).
Selain itu, gula merah juga memiliki kadar gula rendah yang berpengaruh pada lambatnya penyerapan glukosa. Logikanya, semakin lambat penyerapan kandungan gulanya, energi yang keluar akan semakin sedikit. Tubuh pun jadi tidak mudah lemas.
Terlebih lagi gula merah memiliki kandungan zat makro dan mikronutrien seperti garam mineral, vitamin B1, B2, B3, B6, B12, dan vitamin C lebih banyak daripada gula pasir.
Gula merah siwalan cocok jadikan sebagai oleh-oleh kalau Anda berwisata ke Wisata Bahari Lamongan (WBL), Mazola, Makam Sunan Drajat, dan sekitarnya. Penjualnya bisa dengan mudah kita temukan di kanan-kiri jalan raya sepanjang Paciran.
Saat membeli, kita mungkin sulit mengecek keaslian gula merah siwalan. Paling-paling kita hanya bisa melihat warnanya dan mencium aromanya. Kalau kita berani mencuilnya lalu merasakannya, bisa-bisa kita didamprat oleh si penjual hehehe…
BU LIK DAN GULA MERAH SIWALANNYA
Di wilayah pesisir Paciran banyak kita jumpai pohon-pohon lontar di sepanjang jalan. Pohon ini sengaja ditanam karena memang memiliki banyak sekali manfaat. Salah satu manfaat pohon yang lebih umum disebut dengan nama siwalan ini, bisa dijadikan sebagai bahan masakan. Salah satunya untuk dijadikan gula merah.
Di Paciran, banyak sekali warga yang berprofesi sebagai pembuat gula merah. Di antaranya adalah Ibu Kumalik berserta suaminya. Semenjak menikah kira-kira 30 tahun lalu, mereka setiap hari bergulat dengan gula merah ini.
Proses pembuatan gula siwalan ini sudah dimulai saat matahari belum terlihat sempurna. Kira-kira pukul enam pagi. Suami Bu Lik bergegas berangkat ke kebun siwalan, yang memang tempatnya lumayan jauh. Kira-kira butuh waktu satu jam untuk sampai di sana dengan berjalan kaki. Suami Bu Lik memang hanya berjalan kaki, selain karena harus membawa gerobak untuk tempat air nira nanti, jalanannya juga hanya berupa jalan tanah.
Kebun siwalan yang luas ini bukan milik suami Bu Lik sendiri, tapi milik tetangganya. Karena itu, lelaki pekerja keras ini tidak menyadap nira siwalan ini dengan cuma-cuma. Setiap seminggu sekali, tepatnya hari Sabtu, suami Bu Lik harus menyetorkan nira yang telah disadapnya kepada pemillik kebun.
Selain menjadi sumber rezeki, pohon-pohon siwalan ini bisa saja membawa celaka jika suami Bu Lik tidak hati-hati saat memanjat. Rata-rata tinggi pohon tanpa dahan ini sekitar 8 meter. Pria yang tak muda lagi ini harus memanjatnya satu per satu tanpa pengaman apa pun. Sedetik saja kosentrasinya hilang, maka tanah merah yang keras di bawahnya sudah menantinya.
Sementara suaminya mengambil nira, Bu Lik menunggu di gubuk sambil menyiapkan kayu bakar dan empat panci yang akan dipakai untuk membuat gula merah. Kayu bakar tersebut dimasukkan ke dalam lubangan tanah yang sengaja dibuat sebagai pengganti tungku.
Sekitar pukul 09.00, suami Bu Lik datang dengan membawa 30 liter air nila siwalan yang dibawanya dalam tiga jeriken. Bu Lik menyisihkan 10 liter untuk dijual dalam bentuk legen saja. Sisanya kemudian diolah dalam empat panci tadi, untuk dijadikan gula merah.
Panas api dan kepulan asap terkadang membuat Bu Lik sesekali memejamkan matanya keperihan. Apalagi ketika nira telah mengental kecokelatan, Bu Lik harus memindahkan nira itu ke dalam kuali tanah untuk direbus lagi sembari diaduk. Kini tangan Bu Lik harus menahan panas sambil terus mengaduk-aduk agar gula merah tidak gosong.
Setelah lebih dari dua jam duduk di depan tungku, saatnya Bu Lik memindah gula merah tersebut ke dalam cetakan. Bu Lik, di usia yang sudah lima puluh tahun lebih ini, harus berkerja cepat. Apabila tidak segera dipindahkan ke cetakan, maka cairan kental tadi akan mengeras di kuali, dan apa yang dilakukan dari pagi akan sia-sia.
Setelah didiamkan beberapa jam, cairan kental nira tadi akan mengeras menjadi gula merah yang siap dilepas dari cetakan dan dijual. Bu Lik menjual gula siwalannya dengan harga Rp 15.000 per kilogram. Jelas ini tidak sebanding dengan kerja keras yang dilakukan Bu Lik dan suaminya dari pagi hingga siang, mulai dari mengambil air nira sampai memasak dan mencetaknya.
Sekalipun keuntungannya tidak banyak, Bu Lik tidak pernah tergoda untuk membuat gula merah dengan cara tidak jujur, seperti yang dilakukan sebagian pembuat gula merah. Mereka menambahkan gula pasir saat merebus nira sehingga gula merah yang dihasilkan pun lebih banyak. Ini tentu merugikan pembeli.
Karena banyaknya penjual gula oplosan, Bu Lik menyarankan agar kita berhati-hati membeli gula merah siwalan. Gula oplosan ini sekilas mirip dengan gula siwalan murni, tapi tekstur dan rasanya berbeda.
Gula siwalan oplosan rasanya lebih manis dan mirip dengan rasa gula pasir. Teksturnya sangat keras. Gula siwalan asli rasanya manis cenderung gurih. Teksturnya lebih lembut.
Karena penghasilan sebagai pembuat gula merah tak banyak, wajar jika dari ratusan penyadap air nira di Paciran, tidak lebih dari seperempatnya saja yang membuat gula merah. Namun meski begitu, Bu Lik tidak pernah berpikir untuk berhenti dari pekerjaan yang digelutinya ini. Karena dari sini, Bu Lik memperoleh sesuap nasi untuk keluarganya.
BERBURU IKAN SILI DI NASI BORANAN
Berkunjung ke kota Lamongan tak akan lengkap tanpa berwisata kuliner. Mungkin sebagian besar dari kita hanya tahu soto lamongan dan tahu campur saja. Padahal, sebenarnya ada juga makanan khas lain yang layak dicoba, yaitu nasi dengan bumbu pedas yang biasa disebut “nasi boranan”.
Nasi boranan, atau dalam bahasa jawanya disebut “sego boranan” ini terbilang unik. Makanan ini hanya terdapat di kota Lamongan, tidak ada di tempat lain. Ini berbeda dari soto atau tahu campur yang bisa kita temui dengan mudah di kota lain.
Nama “boranan” berasal dari kata “boran”, yaitu tempat nasi yang berbentuk seperti bakul yang terbuat dari anyaman bambu, tapi dengan ukuran yang lebih besar. Diameternya kira-kira 40 cm. Dan semua penjual nasi boranan pasti memakai ini sebagai tempat nasinya. Maka dari itu, nasi tersebut diberi nama nasi boranan.
Nasi boranan disajikan dengan bumbu pedas sebagai bumbu wajibnya. Bumbu ini terbuat dari berbagai rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, jahe, dan tentu saja cabai.
Nasi dan bumbu pedas ini disajikan dengan urap, empuk, dan rempeyek. Urap merupakan sayuran, biasanya berupa kangkung, kacang panjang, dan rebusan taoge yang dicampur dengan parutan kelapa muda yang sudah dikukus. Sedangkan empuk berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari tepung terigu yang dibumbui dan digoreng.
Nasi boranan ini bisa dinikmati dengan berbagai macam lauk. Seperti jeroan, ikan, ayam, telur dadar, telur asin, atau ikan sili. Lauk terakhir ini merupakan lauk khas andalan nasi boranan.
Ikan yang hidup di pinggiran sungai ini biasanya digoreng kering dan dibumbui sehingga terasa gurih dan lezat. Ikan yang ukurannya kurang lebih sejengkal tangan orang dewasa ini bentuknya mirip dengan belut. Tapi ikan ini memiliki sirip ditubuhnya. Beda dengan belut yang tanpa sirip sama sekali.
Karena merupakan ikan andalan, tidak heran bila ikan sili ini merupakan ikan paling diminati pengemar nasi boranan. Oleh karena itu, kalau Anda berminat mencicipi nasi boranan yang enak plus ikan sili yang gurih, Anda harus datang lebih awal. Jangan sampai Anda kecewa karena ikan silinya ternyata sudah habis.
Penjual nasi boranan ini memiliki jam buka yang berbeda-beda. Ada yang buka pagi sampai siang, siang sampai malam, bahkan ada yang dari pagi sampai malam. Namun, Anda bisa mencarinya kapan saja, karena penjual nasi boranan dapat ditemui setiap hari dengan sangat mudah, apalagi di Lamongan kota. Banyak penjual bisa kita temui seperti di Pasar Lamongan, sekitar plasa, stasiun, atau juga di sebelah selatan kantor bupati. Di sana berjejer para penjual nasi boranan yang bisa kita pilih.
Mereka biasanya berjualan di pinggir jalan, tidak memakai kursi atau meja untuk pembeli, alias lesehan. Uniknya, nasinya tidak ditempatkan di atas piring, melainkan di atas kertas koran yang dilapisi dengan daun pisang atau kertas minyak.
Untuk menikmati satu porsi nasi boranan, Anda hanya perlu membayar Rp 5.000 saja. Tentu saja apabila Anda memakai tambahan lauk, harganya pun bertambah tergantung lauk yang Anda pilih.
Mie Gacoan Lamongan: Jastip, Menu, dan Harga
Satu lagi rumah makan waralaba mie kekinian buka cabang di Lamongan.Setelah Mie Kober, kali ini giliran Mie Gacoan. Dulu mi ini terkenal gara-gara nama menunya sangar-sangar, mulai dari setan sampai iblis. Sekarang nama menunya ganti jadi imut-imut, yakni nama permainan tradisional seperti mie hompimpa, mie suit, dll.
Kelebihan utama Mie Gacoan yang membuatnya laris manis adalah harganya yang murah. Sekarang mie ayam gerobak saja sudah belasan ribu semangkuk. Mie Gacoan masih berani memasang harga mulai Rp10.000 padahal rasanya lebih enak, level pedasnya bisa diatur sesuai selera, warungnya lebih lega, dan tentu saja lebih tiktokable.
Apakah Mie Gacoan halal?
Mie Gacoan sudah memperoleh sertifikat halal. Dulu memang Mie Gacoan sempat tidak mendapat sertifikat halal gara-gara namanya yang mengandung unsur setan dan sejenisnya. Bahan-bahannya halal. Akan tetapi nama menu setan, iblis, dan sejenisnya dianggap dekat dengan keburukan.
Sekarang namanya sudah diganti dengan nama-nama imut permainan tradisional dan sudah mendapatkan sertifikat halal.
Apakah Ada Jastip di Lamongan?
Sejauh ini rumah makan Mie Gacoan baru tersedia di Lamongan Kota. Anda yang tidak sempat pergi sendiri ke Lamongan Kota bisa beli lewat jastip. Tentu ada ongkos titipnya.
mie.gacoan/ | |
warunkgacoankota/ | |
Website | miegacoan.com/ |
Alamat | Jl. Panglima Sudirman No.108, Banjar Anyar, Banjarmendalan, Lamongan Kota (seberang patung Kadet SuwokoGoogle Maps klik di sini |
Daftar Menu Mie Gacoan Lamongan
Daftar Harga Mie Gacoan Lamongan
Harga Menu Mie Gacoan
• Mie Suit 10K
• Mie Hompimpa Lv 1-4 10K/ Lv 6-8 10,9K
• Mie Gacoan Lv 0-4 10K/ Lv 6-8 10,9K
• Siomay 8,6K
• Udang Rambutan 8,6K
• Udang Keju 8,6K
• Lumpia Udang 8,6K
• Pangsit Goreng 9,5K
• Es Gobak Sodor 8,6K
• Es Teklek 5,9K
• Es Sluku Bathok 5,9K
• Es Petak Umpet 8,6K
• Air Mineral 4,1K
• Lemon Tea 5,9K
• Milo 7,7K
• Orange 5K
• Teh 4,1K
• Teh Tarik 6,4K
• Vanilla Latte 7,7K
• Thai Tea 7,7K
• Green Thai Tea 7,7K
• Cokelat 7,7K
Sego Muduk, Nasi Punar Khas Desa Sendang Paciran
Kalau Anda kebetulan sedang berkunjung ke Desa Sendangagung atau Sendang Duwur Kecamatan Paciran, Anda bisa mencoba makanan khas Sendang, yaitu sego muduk. Sego muduk ini sejenis nasi uduk atau nasi punar tapi dengan bumbu yang lebih banyak.
Tampilannya mirip nasi kuning karena sama-sama menggunakan santan dan bumbu kunyit. Tapi warna nasi muduk tidak kuning cerah seperti nasi punar melainkan kuning agak gelap karena bumbunya lebih banyak.
Perbedaan lain, sego muduk ini hanya pakai beras. Tidak ditambah ketan seperti umumnya nasi kuning. Biasanya dihidangkan dengan sambal bawang, bukan sambal kelapa sebagaimana umumnya nasi kuning.
Di Sendang, nasi muduk biasa dihidangkan di acara-acara mulai dari hajatan, festival budaya, sampai peringatan keagamaan. Warung yang menjual nasi muduk juga mudah dijumpai.
Sebetulnya nasi muduk saja rasanya sudah enak. Sebab sudah bersantan dan berbumbu. Tapi biasanya nasi ini dihidangkan dengan lauk-pauk seperti ikan layang goreng, tumis cumi, dadar, bakwan, atau lainnya. Bahkan di kalangan warga setempat, nasi ini kadang ditambah sambal pecel sehingga rasanya gurih dan pedas.
Warung Sego Muduk
Salah satu penjual nasi uduk yang buka siang hari dan cukup banyak direkomendasikan warga setempat adalah Warung Mbak Tun. Google Maps klik di sini. Warung ini bisa Anda kunjungi setelah berkunjung ke Tebing Cafe, atau kolam renang Acasha, atau Masjid Sendang Duwur, atau gerai batik Sendang.
Perlu diketahui, Desa Sendang Duwur ini lokasinya ada di atas bukit. Jadi jalanannya curam. Kalau Anda ke sini naik sepeda motor, sebaiknya gunakan sepeda motor yang kuat buat naik tanjakan. Kalau kita salah belok, kita harus kembali lewat tanjakan.
Lokasi warung Mbak Tun paling gampang dijangkau lewat gebang Desa Sendang Duwur. Kita bisa menyusuri gang kecil ke arah timur (kiri) yang letaknya persis sebelum gerbang.
Warung Mbak Tun ini sekilas tampak seperti toko kelontong karena memang yang dijual bukan hanya sego muduk tapi juga jajanan dan minuman sasetan.
Saat kita pesan nasi muduk, Mbak Tun akan bertanya, apakah nasinya diberi sambal pecel. Saran kami: tidak usah ditambah sambal pecel. Pertanyaan ini mungkin terasa aneh. Nasi kuning kok dicampur pecel. Ini memang tradisi warga Sendang. Mereka biasa menikmati sego muduk dengan sambal pecel.
Tapi buat kita, orang kebanyakan, kombinasi ini menyebabkan rasa sego muduk menjadi terlalu kuat. Sego muduk sudah gurih dan pedas karena mengandung santan, banyak rempah, dan sambal bawang. Kalau masih ditambah dengan sambal pecel yang pedas dan berlemak (kacang), maka rasa akhir sego muduk menjadi agak enek.
Resep Sego Muduk
Bumbu sego muduk mirip dengan nasi kuning. Minyaknya berasal dari santan, bukan kemiri. Kuningnya berasal dari kunyit. Bedanya, bumbu rempah sego muduk lebih beraneka ragam dibanding nasi kuning. Selain bawang merah dan bawang putih, ada merica, ketumbar, jahe, kunyit, lengkuas, kencur, daun jeruk, daun serai, daun salam, dan mesoyi. Mesoyi biasanya digunakan untuk bumbu rawon atau rendang.
Sambalnya dibuat dari tumisan bawang merah, bawang putih, cabai, dan bawang daun.