JAMULA, JANGAN JANJI MULUK LAGI
Sudah lebih dari satu periode bupati, program JAMULA sampai sekarang masih di bawah harapan. Jalan lamongan yang gronjal-gronjal masih biasa menjadi bahan ledekan.
Oke, mari kita bersikap objektif: pada era Bupati Yuhronur, ruas jalan Lamongan yang diperbaiki jauh lebih panjang daripada di era Fadeli.
Tapi apakah itu berarti program JAMULA sukses?
Jawabannya gampang, kita mengukurnya dari janji. Seandainya Bupati Yuhronur tidak berjanji memuluskan jalan, maka pencapaian ini kategorinya sangat bagus. Tapi Yuhronur saat pilbup pertama sudah berjanji memuluskan jalan lamongan, itu artinya program ini harus tuntas dalam satu periode bupati.
Kita tahu, target ini tidak tercapai. Bahkan banyak ruas jalan vital baru diperbaiki pada saat ia mau ikut pilbup kedua. Bahkan slogan kampanyenya jelas sekali, “Menuntaskan yang tertunda.” Itu artinya, dia sendiri menyadari janji JAMULA belum terealisasi sesuai target.
Contoh konkretnya adalah jalan raya Blimbing-Laren-Pucuk. Ini termasuk salah satu ruas jalan vital.
Menjelang akhir periode pertama Yuhronur, perbaikan ruas jalan ini dikebut. Beberapa ruas jalan yang rusak parah, tidak cuma ditambal tapi dicor. Ini harus diacungi jempol. Jalan jadi mulus. Benar-benar jamula.
Sayangnya, ternyata bagian ruas jalan yang lainnya dibiarkan saja. Ini menciptakan kondisi yang kontras. Setelah beberapa kilometer lewat JAMULA di tengah hutan Gampangsejati, kita tiba-tiba lewat jalan yang JAMPUT LAH di depan SMP Negeri Gampangsejati.
Seandainya bupati tidak pernah berjanji, mungkin persoalannya lain. Tapi janji sudah diumumkan. Para pemilih mencoblos cabup dengan harapan janji itu diwujudkan sesuai target.
Sekarang Yuhronur sudah periode kedua. Tentu saja kami berharap JAMULA diprioritaskan karena “Menuntaskan yang tertunda”. Apalagi wabupnya orang Sedayulawas yang seharusnya tahu kondisi jalan Blimbing-Pucuk.
Tentu saja kami bukan pendukung para lawan politik Yuhronur yang sering menjadikan jalan jelek sebagai alat serang kampanye. Kami hanya warga biasa yang ingin naik Supra pelan-pelan sambil membaca sholawat tanpa takut skok motor rusak.
Kabar Gembira, Pemerintah Akan Beri Subsidi Guru Honorer dan Pekerja dengan Gaji di Bawah Rp3,5 Juta
Rencana Subsidi Pemerintah untuk Pekerja Bergaji di Bawah Rp 3,5 Juta pada Juni-Juli 2025
Pemerintah Indonesia kembali menghadirkan angin segar bagi pekerja bergaji rendah dan guru honorer melalui program Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang akan mulai disalurkan pada 5 Juni 2025. Program ini menyasar pekerja dengan gaji di bawah Rp 3,5 juta per bulan atau setara dengan Upah Minimum Provinsi (UMP), termasuk guru honorer, sebagai bagian dari upaya menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai rencana subsidi ini, termasuk tujuan, besaran, syarat, dan mekanisme penyalurannya.
Apa Itu Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2025?
Bantuan Subsidi Upah (BSU) adalah program pemerintah untuk memberikan bantuan tunai kepada pekerja dengan gaji rendah guna mendukung daya beli mereka di tengah tantangan ekonomi. Program ini sebelumnya pernah diterapkan pada masa pandemi Covid-19, dengan nilai bantuan mencapai Rp 600.000 hingga Rp 1 juta per penerima. Untuk tahun 2025, BSU kembali digulirkan sebagai salah satu dari enam paket stimulus ekonomi yang dirancang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di kuartal II tetap berada di kisaran 5 persen.
Tujuan BSU 2025
Pemerintah, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menargetkan BSU untuk:
- Meningkatkan daya beli masyarakat: Membantu pekerja bergaji rendah menghadapi tekanan ekonomi global.
- Mendorong pertumbuhan ekonomi: Menjaga konsumsi rumah tangga, terutama pada periode Juni-Juli 2025, yang bertepatan dengan libur sekolah dan pemberian gaji ke-13.
- Memberikan perlindungan sosial: Mendukung pekerja di sektor padat karya dan guru honorer yang sering kali luput dari bantuan sosial lainnya.
Besaran dan Jadwal Penyaluran BSU 2025
Besaran Bantuan
Meskipun besaran pasti BSU 2025 masih dalam tahap finalisasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa nominalnya akan lebih kecil dibandingkan BSU 2022 yang sebesar Rp 600.000 per penerima dalam sekali pencairan. Sebagai perbandingan:
- Pada 2021, BSU sebesar Rp 1 juta diberikan untuk dua bulan (Rp 500.000 per bulan).
- Pada 2022, BSU sebesar Rp 600.000 diberikan sekali.
Pemerintah memastikan anggaran untuk BSU telah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun detail nominal dan jumlah penerima masih disusun oleh kementerian terkait.
Jadwal Penyaluran
Penyaluran BSU dijadwalkan mulai 5 Juni 2025 dan akan berlangsung selama periode Juni hingga Juli 2025. Momentum ini dipilih untuk memanfaatkan libur sekolah dan pemberian gaji ke-13, yang diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.
Syarat Penerima BSU 2025
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, berikut adalah kriteria umum untuk menjadi penerima BSU 2025:
- Warga Negara Indonesia (WNI): Penerima harus memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK).
- Terdaftar sebagai peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan: Data kepesertaan akan diambil dari BPJS Ketenagakerjaan hingga Mei 2025.
- Gaji maksimal Rp 3,5 juta per bulan: Atau sesuai Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota (UMP/UMK) di wilayah masing-masing.
- Bukan ASN, TNI, atau Polri: Program ini menyasar pekerja swasta dan guru honorer.
- Tidak menerima bantuan sosial lain: Seperti Kartu Prakerja, Program Keluarga Harapan (PKH), atau Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).
Pemerintah akan menggunakan data BPJS Ketenagakerjaan sebagai acuan utama untuk memastikan bantuan tepat sasaran. Pekerja diimbau untuk memastikan nomor rekening mereka terdaftar dan aktif di BPJS Ketenagakerjaan.
Mekanisme Penyaluran BSU
Skema penyaluran BSU 2025 akan mengadopsi pola yang mirip dengan program pada masa pandemi Covid-19. Berikut adalah langkah-langkahnya:
- Validasi data: Pemerintah akan memverifikasi data penerima melalui BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan kriteria gaji dan kepesertaan aktif.
- Transfer langsung: Bantuan akan ditransfer langsung ke rekening bank penerima yang telah terdaftar.
- Pengawasan dan koordinasi: Kementerian Ketenagakerjaan dan kementerian terkait lainnya akan mengawasi proses penyaluran untuk memastikan akuntabilitas dan ketepatan sasaran.
Pemerintah juga mendorong perusahaan untuk secara proaktif menyampaikan data nomor rekening pekerja kepada BPJS Ketenagakerjaan guna mempercepat proses pencairan.
Paket Stimulus Ekonomi Lainnya
Selain BSU, pemerintah menyiapkan lima paket stimulus ekonomi lainnya yang akan diluncurkan serentak pada 5 Juni 2025, yaitu:
- Diskon transportasi: Mencakup tiket pesawat, kereta api, dan angkutan laut untuk mendorong mobilitas selama libur sekolah.
- Diskon tarif tol: Menargetkan sekitar 110 juta pengguna kendaraan pribadi selama Juni-Juli 2025.
- Diskon tarif listrik 50 persen: Untuk 79,3 juta rumah tangga dengan daya listrik di bawah 1.300 VA selama dua bulan.
- Bantuan sosial pangan: Kartu sembako dan bantuan pangan untuk 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
- Diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK): Diperpanjang untuk pekerja di sektor padat karya.
Keenam stimulus ini dirancang untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama setelah momen konsumsi besar seperti Ramadan dan Lebaran berlalu.
Mengapa BSU 2025 Penting?
BSU 2025 menjadi krusial karena beberapa alasan:
- Tantangan ekonomi global: Tekanan inflasi dan perlambatan konsumsi domestik memerlukan intervensi pemerintah untuk menjaga daya beli.
- Momentum libur sekolah: Juni-Juli 2025 dianggap sebagai periode strategis untuk mendorong aktivitas ekonomi, terutama di sektor pariwisata dan hiburan lokal.
- Dukungan untuk pekerja informal dan guru honorer: Program ini memberikan perhatian khusus kepada kelompok yang sering terabaikan, seperti guru honorer dan pekerja di sektor padat karya.
Pemerintah juga mengajak pemerintah daerah untuk aktif menciptakan kegiatan pariwisata dan hiburan lokal guna mendukung pergerakan masyarakat selama libur sekolah. Hal ini diharapkan dapat memperkuat efek stimulus terhadap perekonomian nasional.
Tantangan dan Harapan
Meskipun BSU 2025 menjanjikan manfaat besar, beberapa tantangan yang perlu diperhatikan meliputi:
- Finalisasi regulasi: Pemerintah masih menyusun regulasi teknis untuk memastikan penyaluran bantuan berjalan lancar.
- Validasi data penerima: Akurasi data dari BPJS Ketenagakerjaan menjadi kunci untuk menghindari penyaluran yang tidak tepat sasaran.
- Besaran bantuan: Nominal yang lebih kecil dari sebelumnya mungkin memengaruhi efektivitas program dalam mendukung daya beli.
Namun, dengan pengalaman penyaluran BSU pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah optimistis program ini dapat berjalan efektif. Masyarakat diharapkan memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendukung perekonomian lokal.
Kesimpulan
Bantuan Subsidi Upah (BSU) 2025 menjadi salah satu pilar utama dalam strategi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2025. Dengan menyasar pekerja bergaji di bawah Rp 3,5 juta dan guru honorer, program ini diharapkan dapat memberikan bantalan ekonomi bagi kelompok rentan. Meskipun besaran bantuan lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, BSU tetap menjadi langkah strategis untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Pekerja yang memenuhi syarat diimbau untuk memastikan data mereka terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan agar dapat menerima bantuan mulai 5 Juni 2025.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai BSU dan stimulus ekonomi lainnya, pantau pengumuman resmi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atau kunjungi situs resmi pemerintah.
Kabar Buruk, Pemerintah Membatalkan Diskon Listrik 50% PLN Juni-Juli 2025
UPDATE: Yang masih bisa husnuzon kepada pemerintah, mungkin perlu periksa ke dokter jiwa.
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kembali menghadirkan program spesial berupa diskon tarif listrik 50% untuk pelanggan rumah tangga. Program ini berlangsung sepanjang Juni hingga Juli 2025 dan dirancang untuk membantu masyarakat mengurangi beban pengeluaran listrik. Baik Anda pelanggan prabayar maupun pascabayar, inisiatif ini menawarkan kesempatan besar untuk berhemat.
Apa yang Dimaksud dengan Diskon 50% PLN?
Program diskon 50% PLN adalah kebijakan pemerintah melalui PLN untuk memberikan keringanan biaya listrik kepada pelanggan rumah tangga. Selama dua bulan, yaitu 1 Juni hingga 31 Juli 2025, Anda bisa menikmati potongan harga 50% pada pembelian token (bagi pelanggan prabayar) atau tagihan listrik (bagi pelanggan pascabayar). Kabar baiknya, diskon ini diberikan secara otomatis tanpa perlu registrasi tambahan.
Waktu Berlaku Diskon
- Tanggal Mulai: 1 Juni 2025
- Tanggal Berakhir: 31 Juli 2025
Pelanggan prabayar bisa membeli token dengan harga lebih murah, sedangkan pelanggan pascabayar akan melihat tagihan mereka berkurang setengah untuk pemakaian selama periode ini.
Siapa yang Bisa Menikmati Diskon Listrik 50% PLN?
Program ini ditujukan khusus untuk pelanggan rumah tangga dengan kapasitas daya tertentu, yaitu:
- 450 VA
- 900 VA
- 1.300 VA
- 2.200 VA
Jika daya listrik Anda lebih dari 2.200 VA atau digunakan untuk keperluan bisnis/industri, Anda tidak memenuhi syarat. Program ini berlaku di seluruh Indonesia tanpa terkecuali.
Syarat dan Ketentuan
- Pelanggan Lama dan Baru: Baik pelanggan lama maupun yang baru terdaftar sebelum Juni 2025 bisa ikut serta.
- Tunggakan: Pelanggan pascabayar dengan tunggakan tetap bisa mendapatkan diskon, asalkan tunggakan dilunasi saat membayar tagihan yang sudah didiskon.
Cara Mudah Memanfaatkan Diskon 50% PLN
Tergantung pada jenis layanan Anda (prabayar atau pascabayar), berikut panduan praktis untuk memanfaatkan program ini:
1. Pelanggan Prabayar: Beli Token dengan Harga Spesial
Pelanggan prabayar bisa menikmati diskon 50% saat membeli token listrik. Dengan kata lain, Anda bisa mendapatkan kWh dua kali lebih banyak untuk nominal yang sama atau membayar separuh harga untuk jumlah kWh biasa.
Langkah Membeli Token Listrik Diskon
- Via PLN Mobile:
- Unduh aplikasi PLN Mobile di ponsel Anda.
- Pilih opsi “Token & Pembayaran”.
- Masukkan ID Pelanggan atau Nomor Meter.
- Tentukan nominal pembelian (contoh: Rp 50.000 atau Rp 100.000).
- Bayar, dan diskon 50% akan langsung diterapkan.
- Masukkan kode token ke meteran Anda.
- Alternatif Lain: Beli melalui minimarket, aplikasi perbankan, atau e-commerce—diskon akan tetap berlaku otomatis.
Contoh Hemat dengan Diskon
- Normal: Token Rp 100.000 (daya 900 VA) = 73,96 kWh (tarif Rp 1.352/kWh).
- Diskon 50%:
- Rp 100.000 = 147,92 kWh (dua kali lipat kWh).
- Rp 50.000 = 73,96 kWh (setengah harga).
2. Pelanggan Pascabayar: Tagihan Otomatis Lebih Murah
Bagi pelanggan pascabayar, diskon 50% akan langsung terlihat pada tagihan untuk pemakaian Juni (dibayar Juli) dan Juli (dibayar Agustus). Anda cukup membayar jumlah yang sudah dipotong tanpa langkah tambahan.
Batas Maksimal Pembelian Token Listrik Diskon
Untuk pelanggan prabayar, ada batas maksimum pembelian token dengan diskon 50% per bulan, berdasarkan 720 jam nyala. Berikut rinciannya:
Daya | Batas kWh/Bulan | Tarif (Rp/kWh) | Harga Normal (Rp) | Harga Diskon (Rp) |
---|---|---|---|---|
450 VA | 324 kWh | 415 | 134.460 | 67.230 |
900 VA | 648 kWh | 1.352 | 876.096 | 438.048 |
1.300 VA | 936 kWh | 1.444,70 | 1.352.000 | 676.000 |
2.200 VA | 1.584 kWh | 1.444,70 | 2.288.000 | 1.144.000 |
Pembelian melebihi batas ini tidak akan mendapatkan diskon, jadi pastikan Anda menghitung kebutuhan dengan cermat.
Tips Cerdas Memaksimalkan Diskon Listrik PLN
Agar Anda bisa menghemat lebih banyak, terapkan strategi berikut:
1. Pahami Batas Maksimal Token
- Sesuaikan pembelian dengan batas daya Anda. Misalnya:
- 450 VA: Maksimal Rp 67.230 (setelah diskon).
- 900 VA: Maksimal Rp 438.048 (setelah diskon).
2. Beli Token Sesuai Kebutuhan
- Jika penggunaan bulanan Anda di bawah batas maksimal, beli token sesuai kebiasaan. Contoh untuk 900 VA:
- Normal Rp 270.400 = 200 kWh → Diskon Rp 135.200 = 200 kWh.
3. Alokasikan Penghematan
- Manfaatkan uang yang dihemat untuk kebutuhan lain. Dengan Rp 438.048 (900 VA), Anda dapatkan 648 kWh dan hemat Rp 438.048 dari harga normal.
4. Beli Bertahap
- Anda bisa membeli token beberapa kali dalam sebulan, asal tidak melebihi batas. Misalnya, dua kali Rp 200.000 untuk 900 VA = 592 kWh.
5. Gunakan PLN Mobile
- Pantau penggunaan dan beli token dengan mudah melalui aplikasi ini untuk memastikan Anda tidak kelewatan diskon.
Paket Internet Unlimited Paling Murah di Lamongan, Cuma Rp100.000 Per Bulan
Beberapa tahun lalu, warga Lamongan cuma punya pilihan Indihome Telkom. Karena satu-satunya penyedia internet, Telkom saat itu jual mahal. Paket paling murah dipatok Rp350.000 sebulan.
Kemudian datanglah ICONNET ,jaringan internet yang juga berbasis fiber optic milik PLN. Harganya jauh lebih murah. Paket paling rendah hanya seharga Rp200.000 ribu. Banyak sekali pelanggan Indihome yang pindah ke ICONNET.
Sejak kehadiran ICONNET, tidak ada lagi monopoli. Indihome kemudian ikut-ikutan banting harga. Yang semula Rp350.000 diturunkan menjadi Rp250.000. Tapi perang tarif sudah telanjur dimenangkan oleh ICONNET.
Satu-satunya kelebihan Indihome adalah jaringannya yang lebih stabil dibandingkan ICONNET. Tapi kalau kebutuhan kita hanya internet rumahan atau warkop, ICONNET saja sudah lebih dari cukup. Kita perlu Indihome jika membutuhkan internet untuk bisnis, kantor, atau sekolahan.
Sebetulnya masih banyak orang yang ingin memasang internet unlimited tapi masih keberatan dengan harga Rp250.000. Padahal ada cara murah dan mudah, yaitu patungan. Caranya, 5 rumah patungan berlangganan ICONNET kecepatan 50 Mbps seharga Rp350.000. Paket ini kemudian dibagi untuk 5 rumah, masing-masing kecepatan 10 Mbps dengan alat Mikrotik dan router tambahan sendiri..
Dengan begitu masing-masing rumah cukup membayar Rp70.000.
Memang ada tambahan biaya untuk membeli alat-alat ini. Namun, masing-masing rumah hanya perlu patungan sebesar Rp300.000.
Tetap jauh lebih murah daripada berlangganan sendiri-sendiri.
Breaking News: Lagu Kebangsaan Terbaru Pengganti “Indonesia Raya” Sudah Dirilis
Ini adalah lagu yang paling menggambarkan kondisi Tanah Air kita hari ini. Lagu berbahasa Jawa halus. Yang unik, lagu Jawa ini dibawakan oleh penyanyi balada alm. Franky Sahilatua dan diciptakan oleh Johnny Sahilatua, dua musisi kakak beradik dari Maluku.
Bahkan sebagai orang Jawa pun, saya hanya bisa meraba-raba maknanya. Sesambating Manah. Ratapan Batin.
Dengan iringan musik tradisional Jawa dan Sunda yang lembut, lagu ini menciptakan suasana lagu maskumambang yang sedih tapi tegar. Kesedihan karena mengalami kenyataan yang pahit, tetapi pada saat yang sama tidak kehilangan daya juang.
Sinten-sinten kang kerso mirengaken Lelakoning tanah Nuswantoro Tumindak olo manunggil rogo Kabecikan sami pun sela’i Duh Pengeran, nyuwun gung pangaksami Dumateng poro pamong negari Kathah pitutur iso ing lamis Tumindak lan polah aji mumpung Kok mekaten lelakone Jejamu ing pelataran Mboten kerso mirengaken Sesambat manahing bongso Sami ngaku inggil budayane Nanging tumindak ing damel pasulayan | Mari-mari dengarkan Kisah tanah Nusantara Perilaku buruk sudah membudaya Perilaku baik malah jadi langka Wahai Tuhan, mohon sebesar ampunan Buat para pejabat negara Yang pandai bermulut manis Perilakunya aji mumpung Kenapa begitu kelakuannya Hidup bermewah-mewahan Tidak mau mendengarkan Keluh kesah dari rakyat Katanya mengaku berbudaya tinggi Tapi perilakunya suka ingkar janji (Terima kasih jika ada ahli bahasa Jawa yang berkenan membantu koreksi) |
Video asli bisa dilihat di kanal Youtube Johnny Sahilatua.
https://www.youtube.com/watch?v=PXW8n5jgHCg
Di blantika musik Indonesia, nama Franky Sahilatua kalau jauh tenar daripada Iwan Fals atau Ebiet G Ade. Padahal Franky adalah juga seorang maestro musik yang bisa disejajarkan dengan dua nama besar itu.
Tak ada yang bisa menandinginya dalam hal lagu-lagu balada. Lagu-lagunya menciptakan suasana tenang dan damai seperti ketika kita berada di tengah-tengah orang tercinta. Tapi tak hanya itu, Franky juga banyak membawakan lagu-lagu kritik sosial yang sangat tajam dan berani. Bahkan lebih terang-terangan daripada Iwan Fals. Di masa pemerintahan Presiden SBY, dilatarbelakangi oleh kekecewaannya kepada Susilo yang sibuk tebar pesona, Franky membuat lagu “Aku Mau Presiden Baru”.
Aku mau presiden baru
Bela rakyat yang punya ketegasan jadi pemimpin
Rakyat semakin susah
Rakyat hilang harapan
Karena salah pilih Pemilu kemarin
Aku mau presiden baru
Jangan tebar pesona
Rakyat tak butuh
Sebagai penggemar berat Franky, saya selalu merasa masygul mendengarkan lagu ini. Franky meninggal terlalu cepat, tahun 2011, beberapa tahun sebelum datangnya presiden baru.
Saya membayangkan, seandainya Franky masih hidup, mungkin dia juga akan terbawa euforia mendukung capres segar dari kalangan rakyat jelata yang tampangnya ndeso, merakyat, dan didukung oleh kalangan intelektual saat itu. Tapi setelah itu, ia, sebagaimana para intelektual lainnya, kemudian kecewa lagi. Sebagaimana juga saya, kami, dan kita semua, Franky hanya berpindah dari satu kekecewaan ke kekecewaan lain.
Di semua fase kekecewaan itu, hanya lagu ini yang bisa merangkum semuanya. “Pamong negeri” datang dan pergi, silih berganti. Tapi kebiasaan mereka tidak pernah berganti. Mulut manis dan suka ingkar janji.
Semestinya lagu kebangsaan Indonesia bukanlah Indonesia Raya gubahan WR Supratman melainkan lagi gubahan kakak beradik Sahilatua ini.
Ijazah Jokowi Asli, Kejujurannya Yang Palsu
Mari perjelas dulu, saya adalah oposan Jokowi sejak ia mulai naik mobil gaib Esemka. Logika sederhana saya, Astra yang sudah puluhan tahun memegang lisensi mobil Jepang saja masih kesulitan membuat mobil sendiri. Bagaimana mungkin tiba-tiba ada anak-anak SMK bisa membuat mobil sendiri?
Sejak kemunculannya itu, saya sudah melihat Jokowi “pintar mulitik”. Mulitik adalah istilah Jawa yang berarti “membuat tipu muslihat”.
Tapi dalam hal tuduhan ijazah palsu yang viral tak henti-henti di medsos, saya berpikir sebaliknya. Saya percaya Jokowi punya ijazah asli. Pihak UGM sudah berkali-kali membuat klarifikasi bahwa Jokowi memang lulusan UGM. Bagi saya, ini sudah cukup.
Saya melihat para penentang Jokowi seperti tantrum karena lose streak. Tiap pemilu, mereka kalah terus dari Jokowi, akhirnya marah tak berkesudahan.
Harus diakui, Jokowi adalah orang yang paling paham kelemahan demokrasi. Ia tahu bahwa di bilik pemilu, suara satu orang miskin penerima bansos itu nilainya sama dengan suara satu orang guru besar UGM seperti Amien Rais. Makanya dia berfokus menggarap segmen ini dan dia bisa melakukannya dengan sangat baik.
Kebetulan sekali dia punya modal yang tidak dimiliki oleh orang-orang pintar macam Amien Rais bahkan Anies sekalipun, yaitu tampang baik hati dan kemampuan mengendalikan diri khas kejawen. Kita semua tahu bagaimana bencinya Jokowi kepada Anies, tapi apakah kita pernah mendengar ucapan Jokowi menjelek-jelekkan Anies? Ia punya kemampuan yang sangat baik menyembunyikan isi hatinya. Kita hanya bisa melihat kebencian itu dari serangan-serangan politiknya.
Ini persis seperti karakter raja-raja Jawa zaman dulu. Mereka tetap bisa bicara dengan bahasa krama inggil kepada lawan-lawan politiknya walaupun mereka sedang berencana menghabisinya.
Jokowi adalah orang yang sangat pandai mulitik. Dalam sejarah Indonesia, tak ada satu pun presiden yang punya ide memberi konsesi tambang kepada ormas keagamaan macam NU dan Muhammadiyah. Jokowi tahu, ini adalah cara jitu untuk membeli suara pemilu dengan uang milik negara, yang artinya juga uang milik orang-orang NU dan Muhammadiyah.
Jokowi memang licik. Tapi mau bagaimana lagi? Ini memang kelemahan demokrasi. Kondisi demokrasi itu seperti ungkapan satiris Mark Twain, “Menipu orang itu lebih mudah daripada menyadarkan mereka bahwa mereka sudah ditipu.”
Saat ini kebanyakan orang Indonesia memang masih belum bisa diajak bicara kebijakan. Mereka baru bisa diajak bicara di level tutur kata yang sopan atau tidak sopan. Ini kenyataan yang, tidak bisa tidak, harus diterima.
Saya oposan Jokowi. Tapi daripada ribut soal ijazah, saya lebih tertarik menunggu Anies mendirikan partai politik untuk pembuktian bahwa Anies memang bisa menyadarkan orang-orang bahwa mereka sudah ditipu Jokowi. Memang inilah tantangan demokrasi. Kalau tiap kali kalah pemilu lantas marah-marah tanpa henti, mana mungkin kita bisa meyakinkan orang-orang bahwa mereka sudah ditipu Jokowi?
Memang Indonesia punya masalah banyaknya politikus penipu. Tapi sebetulnya ada masalah yang lebih mendasar lagi, yaitu orang-orang yang mudah ditipu. Kalau kita hanya fokus pada penipu, kalaupun besok Jokowi tumbang, hampir pasti akan muncul masalah serupa lagi. Yang paling dekat saja, orang-orang sekarang mudah sekali terpesona pada Dedi Mulyadi Gubernur “Jawa Barak” yang gaya politiknya mirip sekali dengan Jokowi.
Ijazah Jokowi mungkin punya masalah administrasi. Tetapi ijazah kehutanan UGM itu bukan sesuatu yang istimewa. IQ Jokowi sudah pasti melampaui passing grade fakultas kehutanan. Saya saja baru tahu ungkapan “wi wok de tok not onli tok de tok” dari pidato Jokowi.
Kalau cuma urusan fotonya beda, atau Jokowi tidak pernah hadir di acara alumni UGM, dan tetek bengek lainnya itu cuma soal administrasi atau preferensi saja. Saya pun tidak pernah ikut pertemuan alumni. Foto saya dulu juga jauh berbeda dari foto saya sekarang. Tapi apakah itu lantas membuat ijazah saya tidak asli?
Soal Ijazah, Jokowi Sudah Terbukti Lebih Hebat daripada Rektor dan Guru Besar UGM
Apakah Pantas Umat Islam Naik Haji Ketika Orang Palestina Dibantai?
Apakah ada urusan yang lebih mendesak bagi umat Islam hari ini selain pembantaian orang Palestina? Apakah urusan haji lebih penting daripada Palestina?
Jika ya, saya mungkin memang tidak begitu beriman.
Pembantaian orang Palestina sudah begitu terang benderang. Setiap hari. Anak-anak. Dibom. Dibakar hidup-hidup.
Tapi miliaran orang Islam tidak bisa berbuat apa-apa. Raja-raja Arab mencium kaki Donald Trump. Padahal Amerika adalah penyokong utama pembantaian orang Palestina.
Saat ini yang berani melawan Israel hanya orang-orang syiah. Iran. Hizbullah Lebanon. Houthi Yaman.
Ini membuat kita layak mempertanyakan Islam sunni yang kita peluk selama ini.
Ali Khomeini, pemimpin spiritual Iran, kemarin mengucapkan komentar yang sangat pedas menjelang haji tahun ini, ”Haji adalah seratus persen ritual politis.”
Orang-orang syiah memang punya sejarah buruk dengan penguasa Masjidil Haram yang membunuh keturunan Imam Ali. Sehingga fatwa Khomeini sudah pasti bias dan politis.
Akan tetapi,di tengah situasi politik seperti hari ini, fatwa Khomeini ini mendapatkan relevansinya. Ibadah haji sekarang memang harus politis. Untuk menggalang solidaritas kepada Palestina. Dan untuk membangunkan raja-raja Arab sunni yang bermental pecundang.
Dengan situasi seperti sekarang, apakah orang-orang Islam tidak malu berdoa minta rezeki dan ingin masuk surga sementara pintu surga tertutup oleh jenazah anak-anak Palestina.
Seharusnya semua orang Islam di dunia mengirim pesan tegas kepada Raja Saudi sebagai Tuan Rumah Haji bahwa mereka hanya akan berangkat ke Tanah Suci kalau pemegang kunci Kakbah itu secara tegas berani melawan Israel.
Ini bukan soal kalah atau menang. Ini semata-mata karena pembantaian itu sudah melewati batas peperangan.
Dulu raja-raja Arab itu memang pernah berperang melawan Israel dan mereka semua kalah karena Israel didukung persenjataan Amerika. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda. Rudal Iran dan Yaman buatan Rusia sudah terbukti bisa menembus Tel Aviv. Rudal Pakistan buatan Cina juga terbukti bisa mengalahkan India, sekutu Israel di Asia Selatan.
Jika pemegang kunci Tanah Suci hari ini masih menunduk ke Israel, kita patut curiga, mereka hanya “Abu Sufyan sebelum masuk Islam”.
I’m culturally sunni, but politically syiah.
“LEMBU PETROLEUM GAS” YANG RAMAH LINGKUNGAN
Memasak dengan kayu bakar dan minyak tanah itu kuno. Memasak dengan elpiji, sudah biasa. Memasak dengan kotoran sapi, baru luar biasa. Dan itulah yang dilakukan oleh warga Desa Kedungbembem, Mantup, Lamongan.
—
Selama bertahun-tahun, warga Kedungbembem harus menghadapi masalah tahi sapi yang tak berkesudahan. Harap maklum, hampir semua warga di desa ini memelihara sapi. Ada yang memelihara sapi milik sendiri, ada juga yang memelihara sapi milik warga lain dengan sistem bagi hasil.
Satu keluarga bisa memelihara 2-5 ekor sapi. Hingga akhir 2012 kemarin, sapi di desa yang terbagi atas lima dusun ini berjumlah 857 ekor. Bisa dibayangkan, jika dalam satu hari, seekor sapi menghasilkan kotoran sebanyak 10 kg saja, maka 857 ekor sapi akan menghasilkan lebih dari 8 ton kotoran sapi! Itu baru sehari, bagaimana jika sebulan, bahkan bertahun-tahun?
Memang, kotoran ini bisa saja dimanfaatkan sebagai pupuk di sawah. Namun kotoran sebanyak itu tentu berlebih. Jika dibuat pupuk semua, bisa-bisa sawah mereka akan menjadi “lautan” kotoran sapi. Lagi pula, kotoran yang masih baru tidak optimal untuk tanaman. Sifata panas yang masih dikandungnya justru bisa merusak.
Berangkat dari keresahan itu, Pak Edi Purwanto, perwakilan dari UPKu (Unit Pengelola Keuangan dan usaha) Kedungbembem, dengan bantuan Bapemas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Lamongan, mengajukan permohonan bantuan ke pemerintah pusat agar dibangun instalasi biogas di desa tersebut. Tak disangka, Kedungbembem bersama 19 desa lain dari berbagai daerah di Indonesia terpilih untuk mengembangkan biogas. Pada 27 Desember 2012, desa ini resmi memiliki 10 unit digester – alat pengolah kotoran menjadi biogas – berbahan fiber dengan ukuran 4 dan 5 kubik. Seluruhnya disebar di lima dusun. Satu dusun dipasang dua digester.
Kehadiran unit biogas terbukti sangat bermanfaat mengurangi masalah kotoran yang oleh penduduk setempat disebut “telethong” ini. Setelah menjalani proses fermentasi di dalam digester, limbah sapi menghasilkan gas metana yang bisa digunakan sebagai pengganti elpiji. Bagi warga desa, digester biogas ini barangkali mirip sebuah atraksi sulap. Telethong kok bisa nyala? Tahi sapi kok bisa jadi api?
Biogas ini memang belum bisa sepenuhnya menggantikan gas elpiji, namun keberadaannya cukup memangkas pengeluaran. Jika dulu satu tabung elpiji habis untuk dua minggu, “Sekarang bisa lebih,” terang Bu Asmi, salah satu warga yang memanfaatkan biogas untuk memasak dan membuat kue untuk dijual. Dengan begitu, laba Bu Asmi dari kue yang ia buat juga lebih banyak. Sebab hasil penjualan tidak lagi dipangkas biaya elpiji. Apalagi harga elpiji di Kedungbembem cukup mahal, Rp 18.000 untuk tabung ukuran 3 kg karena mahalnya ongkos transportasi ke desa yang berada di tengah hutan ini.
Secara terus-menerus, “gas kentut sapi” dari digester berukuran 4 kubik dapat digunakan selama lima jam. Setelah itu, perlu waktu kembali untuk mengolah kotoran menjadi gas metana. Api yang dihasilkan juga sangat bagus, berwarna biru, tidak kalah dengan api dari kompor elpiji. Yang paling penting, bau kotoran sapi juga akan hilang begitu disulut api.
Biogas juga tidak memiliki potensi menimbulkan ledakan, jauh lebih aman daripada elpiji. Tak hanya itu, limbah akhir sisa pengolahan digester pun bisa digunakan sebagai pupuk organik dengan kualitas yang lebih bagus, sebab sifat panas kotoran sapi telah hilang selama proses fermentasi.
Ini hanya sebagian dari banyaknya manfaat unit biogas. Sebetulnya masih ada manfaat lain yang tak kalah penting dan mungkin tidak disadari oleh para warga Kedungbembem, yaitu menyelamatkan lingkungan. Menurut para ahli, kotoran sapi adalah salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca, terutama metana.
Daripada karbon dioksida, efek pemanasan bumi akibat metana 72 kali lebih kuat. Dengan teknologi biogas sederhana ini, efek buruk kotoran sapi bukan hanya bisa diminimalkan, tapi bisa diubah menjadi energi terbarukan. Energi ini bisa mengurangi penggunaan energi tak terbarukan seperti liquefied petroleum gas (LPG) maupun bahan bakar tak ramah lingkungan seperti kayu bakar yang masih lazim digunakan di pedesaan.
Belajar dari Kegagalan
Sebelum Kedungbembem, dua desa lain di Lamongan, yakni Desa Tenggulun dan Desa Payaman, Kecamatan Solokuro, sudah terlebih dahulu mengembangkan biogas. Tapi unit pengolahan biogas di dua desa itu mengalami kendala seperti yang banyak terjadi di tempat lain, yaitu digester yang tidak berfungsi.
Tahun 2008, Pondok Pesantren Al-Islam di Tenggulun mendapat bantuan dari Pemkab Lamongan untuk membangun sebuah unit digester. Digester ini berbeda dengan digester yang ada di Desa Kedungbembem. Di desa asal Amrozi, pelaku aksi bom Bali 1, ini digester dibuat dari batu-bata dan semen.
Pengolahan biogas ini sempat berjalan 3 tahun dengan kotoran 10 ekor sapi yang sengaja dibeli untuk pengembangan biogas. Hanya saja setelah itu, digester bocor. Padahal untuk dapat mengubah kotoran sapi menjadi gas metana, digester harus kedap udara. Alhasil, pengolahan biogas pun berhenti.
Hal yang hampir sama terjadi di tetangga desanya, Payaman. Kelompok tani yang memiliki 16 ekor sapi mendapat bantuan dari sumber yang sama, berupa dua digester. Satu digester kini sudah tidak berfungsi. Penyebabnya sama, yaitu kebocoran pada dinding semen. Untung saja, satu digester lain terbuat dari bahan fiber sehingga lebih tahan lama.
Pak Habib Soleh, warga Payaman yang sampai kini masih menggunakan biogas, mengaku sangat terbantu dengan adanya instalasi ini. Jika dulu kotoran sapinya dibuang di penampungan, “Sekarang saya lebih senang membuangnya ke digester, lebih berguna,” akunya.
Sama seperti di Kedungbembem, di Payaman pun warga yang memakai biogas memang belum bisa seratus persen meninggalkan elpiji. Tapi bagaimanapun keberadaan kompor “spiritus sapi” ini tetap bisa memberi dua manfaat sekaligus: hemat dan ramah lingkungan. Paling tidak, kompor limbah sapi bisa berdampingan dengan kompor elpiji. Mirip semboyan sebuah iklan pasta gigi, “Yang terbaik adalah perpaduan kebaikan alami dan kekuatan ilmiah.”
Kegagalan progam di Solokuro dan kesuksesan progam serupa di Mantup adalah pelajaran penting bagi siapa saja yang ingin mengembangkan progam biogas rumahan. Negara kita sangat kaya sumber biogas. Tapi sumber energi ramah lingkungan ini biasanya justru menjadi masalah lingkungan. Dengan teknologi sederhana seperti yang diterapkan di Kedungbembem, warga desa bisa mengubah masalah tak berkesudahan itu menjadi energi tak terhabiskan. Pak Habib Soleh, Bu Asmi, dan warga Desa Kedungbembem lainnya sudah membuktikannya.
Memasyarakatkan Jamu Ala Desa Pajangan Sukodadi
Mungkin tak banyak kampung di Indonesia yang dihuni penjual jamu gendong sebanyak Desa Pajangan, Sukodadi, Lamongan. Bayangkan saja, sekitar separuh dari total keluarga di desa ini berprofesi sebagai penjual jamu gendong. Jumlah tersebut tidak seberapa jika dibandingkan beberapa tahun lalu yang mencapai lebih dari dua per tiga total keluarga. Mereka semua berkeliling menjajakan jamu di desa-desa lain di wilayah Lamongan.
Desa Pajangan memang sentra jamu di Lamongan. Tidak ada yang tahu pasti kapan warga di desa ini pertama kali membuat jamu. Satu yang pasti, tradisi ini sudah turun-temurun lebih dari setengah abad yang lalu. “Sejak saya belum lahir. Zaman nenek-kakek, jamu sudah dibuat di sini,” kata H. Sulianto, agen jamu di Desa Pajangan. Sulianto bahkan ingat, di tahun 1970-an, desanya pernah masuk tipi di sebuah acara di TVRI, satu-satunya stasiun televisi nasional saat itu, gara-gara jamu.
Di tengah gempuran obat-obat kimia sintetis, keberadaan kampung jamu gendong di Lamongan merupakan sebuah fakta menarik. Desa ini barangkali bisa dijadikan contoh bagi kita semua yang ingin melestarikan kekayaan Tanah Air ini. Tak diragukan lagi, jamu adalah kekayaan Indonesia yang harus dipelihara dan dilestarikan, apalagi sekarang eksistensi obat tradisional ini digempur habis-habisan oleh obat kimia sintetis.
Kita punya banyak alasan kenapa harus melestarikan jamu.
Alasan pertama dan utama, jamu adalah produk lokal. Mungkin tidak semua dari kita menyadari bahwa tiap kali minum obat kimia sintetis, kita secara tidak langsung telah mengurangi devisa negara! Pasalnya, seperti yang dilaporkan di situs Ikatan Apoteker Indonesia, 95% bahan baku obat saat ini masih diimpor. Artinya, setiap butir tablet dan setiap sendok sirup yang kita minum itu kita beli dengan devisa.
Ini berbeda dengan bahan baku jamu yang sebagian besar adalah produk lokal. Kunyit, jahe, temu ireng, temulawak, bangle, asam jawa, cabe jawa, brotowali, lempuyang, kencur, lengkuas, kayumanis, kumis kucing, dan sebagainya adalah produk pertanian yang seratus persen dihasilkan dari bumi Indonesia. Dengan kata lain, ketika kita minum jamu, secara tidak langsung kita telah ikut meningkatkan kesejahteraan para petani lokal.
Volume impor bahan baku obat kimia sintetis tidak tanggung-tanggung. Menurut laporan situs Kementerian Perindustrian Indonesia, selama tahun 2012 saja, nilai impor bahan baku obat mencapai Rp 11.400.000.000.000! Wow. Sengaja saya tulis semua angka nolnya agar kita semua bisa membayangkan betapa banyaknya devisa negara yang kita belanjakan untuk membeli bahan baku obat dari luar negeri. Angka ini naik 8,5 persen dari tahun sebelumnya. Dan bukan tidak mungkin akan terus naik di tahun berikutnya jika kita masih acuh tak acuh terhadap jamu yang notabene 100% produk dalam negeri.
Ini alasan pertama. Alasan kedua, jamu juga sudah terbukti secara empiris dan turun-temurun aman dan berkhasiat menjaga kesehatan dengan biaya murah. Buktinya sudah sangat banyak. Kumis kucing, bawang putih, seledri, dan belimbing wuluh sudah secara luas digunakan orang-orang tua kita untuk mengatasi darah tinggi, jauh sebelum para dokter masuk desa dan memberi obat-obat kimia sintetis.
Daun jambu biji sudah secara luas digunakan untuk mengatasi diare. Rimpang kunyit sudah lazim digunakan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita. Temulawak sudah biasa dimanfaatkan untuk memperbaiki fungsi hati. Daun kejibeling dan kumis kucing sudah sering dipakai sebagai obat tradisional penghancur batu kemih. Cengkeh dan cabe rawit terbukti bisa menurunkan kolesterol. Dan masih banyak lagi.
Selama ini penggunaan jamu kalah populer daripada obat modern karena dianggap kurang ilmiah. Ini memang salah satu kelemahan jamu. Penelitian ilmiah khasiat jamu memang tidak sebanyak penelitian pada obat-obat modern. Namun, kelemahan ini mestinya tidak menjadi alasan untuk menganaktirikan jamu. Justru kelemahan ini harusnya menjadi pemicu untuk mengangkat pamor jamu lebih tinggi lagi lewat saintifikasi jamu.
Tidak bisa tidak, kalau mau berkompetisi dengan obat modern, obat tradisional harus disaintifikasi. Harus diteliti dengan standar ilmiah perguruan tinggi. Hasilnya harus layak dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah internasional. Hanya dengan cara itu, obat herbal bisa diakui keberadaannya oleh kalangan tenaga kesehatan dan dipandang setara dengan obat modern. Lewat usaha saintifikasi, jamu bisa memiliki dua kekuatan sekaligus—seperti ungkapan sebuah iklan pasta gigi—yang menggabungkan kekuatan alami dan ilmiah.
Paling tidak, saintifikasi jamu difokuskan pada penyakit-penyakit yang belum bisa disembuhkan oleh obat modern seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesterol, gangguan asam urat, kanker, dan sejenisnya. Di sini obat herbal masih punya peluang besar untuk bersaing dengan obat-obat modern. Apalagi ini juga sesuai dengan rekomendasi Komite Inovasi Nasional dan juga sejalan dengan tren “back to nature” yang terjadi di negara-negara maju seperti di Amerika, Eropa, dan Jepang.
Dalam hal pengembangan obat herbal, kita bisa belajar dari Cina. Dan seharusnya kita bisa lebih dari negeri tersebut. Sebab dalam urusan sumber daya hayati, negara kita lebih unggul dalam hal kuantitas dan keragaman. Menurut data Conservation International (2000), Indonesia tercatat sebagai negara ke-2 dengan keragaman hayati terbanyak di dunia. Sedangkan Cina berada 6 tingkat di bawahnya. Tapi nyatanya, pamor obat tradisional malah terbalik. Kita mengimpor banyak sekali produk obat tradisional dari sana sampai-sampai di Indonesia kita mengenal satu jenis kelompok obat yang dinamai “obat cina”.
Harus diakui, negeri Tiongkok ini memang sukses mengembangkan obat tradisional hingga bisa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan obat modern. Di sana, dokter-dokter tak ragu meresepkan obat tradisional. Universitas-universitas melakukan penelitian saintifikasi jamu. Maka tak heran jika banyak sekali hasil penelitian obat tradisional Cina dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah. Dan yang tak kalah penting dari semuanya, masyarakatnya pun bangga menggunakan obat tradisional. Ini sesuatu yang layak kita jadikan contoh mengingat di Indonesia jamu diidentikkan dengan masyarakat kelas bawah.
Jamu adalah kekayaan budaya Indonesia yang harus kita lestarikan dan kita perjuangkan bersama-sama demi kemajuan Indonesia. Sama seperti batik, jamu saat ini juga sudah diusulkan kepada UNESCO agar diakui sebagai warisan kebudayaan dunia hasil karsa dan karya bangsa Indonesia. Jika usaha ini berhasil, dan jika kita juga berhasil melakukan saintifikasi jamu, maka obat tradisional ini bisa menjadi komoditas ekspor penghasil devisa yang bisa diandalkan. Mungkin bisa mengurangi “ekspor pahlawan devisa” ke luar negeri, seperti yang terjadi di banyak kampung di Lamongan.
Sebagai orang awam, kita bisa mendukung semua usaha di atas dengan satu langkah kecil seperti yang dilakukan oleh warga Cina, yaitu bangga minum jamu. Dengan minum jamu, seperti jamu buatan warga Desa Pajangan, Lamongan, kita secara tidak langsung telah ikut memajukan Indonesia.
Selain itu, sebagai orang awam kita juga bisa mendukung usaha pengembangan jamu dengan cara memboikot produk-produk jamu nakal yang dicampur dengan bahan-bahan kimia sintetis. Sebagaimana kita tahu, praktik kotor ini merupakan salah satu perusak citra jamu. Dan, sayangnya, hampir setiap tahun Badan Pengawas Obat dan Makanan masih menjumpai jamu-jamu seperti ini beredar di masyarakat. Praktik kotor ini harus kita lawan bersama-sama.
Kesimpulannya, tak peduli apakah kita ini orang pintar, orang bejo, maupun orang yang tidak pintar dan tidak bejo, mari kita ikut memajukan jamu Indonesia! Mari (bangga) minum jamu!
Referensi:
- http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/34-pharmacy-news/2027-95-bahan-baku-obat-di-indonesia-masih-impor.html
- http://www.kemenperin.go.id/artikel/2808/Impor-Bahan-Obat-Tembus-Rp-11-T
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-info/501-info-jamu-as-world-cultural-heritage-2013
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/604-herbal-plants-collection-kumis-kucing
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/594-herbal-plants-collection-cabe-rawit
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/553-herbal-plants-collection-cengkeh
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/542-herbal-plants-collection-belimbing-wuluh
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-upt/brc-ukbb/bccs-collection/555-herbal-plants-collection-jambu-biji
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/phocadownloadpap/userupload/Info/2012/20121124%20-%20Material%20Presentation%20from%20Prof.%20Latifah%20K%20Darusman.pdf
- http://biofarmaka.ipb.ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbal-medicine-plants-and-traditional-medicine-2013
- http://kin.go.id/node/58
R&D HANDICRAFT, MODE TRENDI DENGAN TAS “ALAMI”
Mengenakan tas dengan bahan dasar tanaman seperti eceng gondok, daun pandan, tempurung kelapa, atau mendong memang tidak semewah menggunakan tas berbahan kulit seharga jutaan rupiah. Namun di balik itu semua, ada keeleganan dan unsur etnik yang tidak dimiliki tas-tas lain, bahkan sekelas tas Hermes pun.
—
Minat Pak Dody Arimawanto dalam berdagang sejak duduk di bangku kuliah, berbuah manis di masa kini. Sempat memasarkan barang milik orang lain keluar pulau, kini, bersama istri dan 60 karyawannya, Pak Dody telah memproduksi sendiri dan memiliki bisnis menjanjikan beromzet puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan.
R&D Handicraft, begitulah Pak Dody memberi label usahanya. Seperti namanya, usaha ini memproduksi barang-barang kerajinan. Lebih tepatnya kerajinan berupa tas dengan bahan dasar tanaman serta sandal dan sepatu dari bahan yang juga unik.
Show room R&D Handicraft yang terletak di jalan Sunan Kalijogo nomor 120, Lamongan, memang tidak terlihat sangat ramai. Bahkan di saat ramai-ramainya, tidak lebih ramai dari sebuah warung soto di jam makan siang. Lalu bagaimana bisa usaha ini mendapatkan pundi-pundi uang yang jumlahnya tidak sedikit? Bagaimana caranya?
Di ruang yang luasnya tidak lebih dari 100 meter persegi ini, puluhan tas “alami” serta aneka macam sandal dan sepatu khusus perempuan dipajang. Berbagai model, motif, dan ukuran ditata berjajar untuk dipilih oleh pembeli. “Kami tetap menyediakan stok untuk konsumen sekitar Lamongan, tapi fokus pasar kami yang sebenarnya bukan di sini,” ujar Ibu Mudah, salah satu staf R&D Handicraft.
Meski bertempat di Lamongan, usaha ini seakan tidak mau berkutat hanya di “kandangnya” sendiri. Pak Dody senantiasa membuka peluang-peluang untuk bisa masuk ke pasar yang lebih luas, mulai dari luar kota sampai luar negeri. Sepanjang tahun hampir selalu ada pesanan dengan jumlah ribuan hingga puluhan ribu dari sana. Kita tahu, saat ini mencari pasar lokal saja susah, apalagi untuk mencari pasar di luar itu. Tapi R&D Handicraft punya cara tersendiri untuk bisa sampai ke sana.
Selain menawarkan pada kolega Pak Dody di banyak tempat, R&D Handicraft juga aktif dalam pameran-pameran di Indonesia, mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat nasional. “Ini cara yang paling efektif,” tutur Ibu Mudah. Dengan mengikuti pameran, produk R&D Handicraft dengan cepat dikenal khalayak luas. Otomatis peluang menemukan peminat baru produk-produknya juga lebih terbuka lebar.
Bu Mudah memberikan contoh, dua tahun lalu lewat sebuah pameran di Jakarta, R&D Handicraft bertemu dengan perwakilan PT Sari Husada yang tertarik dengan produk mereka untuk dijadikan parsel lebaran dan bahan seminar. Tak tanggung-tanggung, dua tahun berturut-turut PT Sari Husada memesan 22.000 lebih tas “tanaman”.
Selain itu, produk R&D Handicraft juga dikirimkan ke hampir seluruh kota besar di tiap provinsi di Indonesia. Kebanyakan pemesan membeli secara massal untuk dijual kembali di kotanya masing-masing. Untuk pasar luar negeri, usaha R&D, yang merupakan singkatan dari rahmat & doa, ini pernah mengekspor kerajinan mereka ke Arab Saudi, Hongkong, dan Jamaika. Kebanyakan produk jenis tas lebih diminati di negara-negara tersebut daripada sandal atau sepatu.
Tas eceng gondok dan sepatu goni
Natural exclusive products, begitulah semboyan yang dipegang oleh usaha ini. Hampir semua tas yang dibuat berbahan dasar tumbuhan alami. Mulai dari tumbuhan yang memang sudah umum digunakan sebagai kerajinan seperti daun pandan, tempurung kelapa, dan mendong, juga tumbuhan yang dianggap perusak perairan atau dalam bahasa kerennya disebut gulma, seperti eceng gondok.
Eceng gondok memang bukan hal baru dalam dunia prakarya. Banyak tempat di Indonesia telah memanfaatkannya sebagai bahan dasar kerajinan. Banyak industri juga yang mengolah sendiri eceng gondoknya hingga menjadi produk jadi. R&D Handicraft pun sama, hanya saja, usaha ini berkerja sama dengan perajin asal Desa Pengumbulanadi, Kecamatan Tikung, Lamongan sebagai penyuplai anyaman eceng gondoknya. “Di sana memang sudah dari dulu menjadi pusat kerajinan anyaman eceng gondok di Lamongan,” terang Bu Mudah.
Untuk mendapatkan stok tanaman air ini juga tidak susah. Eceng gondok sangat mudah ditemui di banyak telaga, rawa, dan sungai yang tersebar di Lamongan. Bahkan, eceng gondok untuk kebutuhan R&D Handicraft bisa dipenuhi hanya dari satu sampai dua rawa saja. Pengolahannya pun mudah. Eceng gondok yang sudah diambil dari rawa tinggal dijemur sampai kadar airnya 0%. Tidak diperlukan alat khusus, paling-paling kalau ingin anyaman model pipih, eceng gondok tinggal dipipihkan dengan alat pemipih sederhana.
Masalahnya, meski bahan baku melimpah, tidak banyak orang yang ahli mengolah eceng gondok dan tanaman lain. Memang keahlian ini dapat dipelajari, tapi R&D Handicraft hanya mempercayakan bahan bakunya pada perajin-perajin yang memang sudah ahli. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas produk buatannya. Ya, kualitas memang tetap jadi yang nomor satu bagi usaha yang berdiri tahun 2002 ini, apalagi untuk pasar Internasional.
Untuk sepatu, R&D Handicraft juga menggunakan bahan yang tak kalah unik. Model yang sempat menjadi tren adalah sepatu dari bahan kain goni yang dibordir. Kain goni merupakan kain berwarna cokelat tebal yang biasa digunakan sebagai bahan karung untuk tempat gula. Karung ini juga sering dipakai dalam perlombaan lompat karung saat acara tujuh belasan.
Tas, sepatu goni, serta sepatu-sepatu lain di sini didesain sendiri oleh R&D Handicraft dengan berpatok pada tren yang sedang berkembang. Untuk itu mereka – Pak Dody dan pegawainya – tidak pernah telat update mode terbaru. “Tren sekarang lebih ke warna-warna yang bertabrakan, kuning kombinasi hijau, misalnya,” terang Ibu bernama lengkap Mahmudah ini.
Buat Anda yang gemar dengan barang-barang “berbau” alam, etnik nan unik, mungkin tas dan sepatu buatan R&D Handicraft akan cocok untuk Anda. Harganya dipatok mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 160.000, tergantung jenis, model, dan bahan barang.
Kebutuhan perempuan akan mode yang tidak ada habisnya berhasil ditangkap dengan baik oleh R&D Handicraft. Dari sana, mereka membatasi target pada konsumen perempuan saja dan tidak memproduksi barang untuk laki-laki. “Laki-laki kalau punya tas atau sepatu, baru ganti kalau sudah rusak. Nanti stok lain nggak laku-laku dong,” pungkas Ibu 40 tahun ini sambil bercanda.
Rawat secara rutin tas Anda
Banyak orang mengurungkan niatnya memiliki tas berbahan “alam” karena tingkat keawetannya yang jauh di bawah tas berbahan kulit, plastik, atau lainnya. Memang benar, namun, jika si pemilik bisa merawatnya dengan baik, tas dari bahan tanaman juga bisa bertahan lama sampai lebih dari 5 tahunan.
Berikut tips untuk Anda yang sudah memiliki atau berencana membeli tas “alam” agar lebih tahan lama:
- Usahakan tas tidak terkena air. Karena tas berbahan tanaman sangat mudah berjamur jika lembap, akan lebih baik jika dijauhkan dari tempat yang basah. Namun, jangan juga ditaruh di tempat yang terlalu panas. Jika ingin menyimpan, cukup di suhu normal saja. Bila perlu simpan di tempat kedap udara yang diberi silika gel agar lebih tahan terhadap jamur.
- Bersihkan debu dengan sikat lembut. Sapu bagian-bagian yang berdebu secara rutin, supaya tidak menumpuk menjadi noda membandel. Usahakan juga tidak terlalu kencang saat menyikat agar serat tumbuhannya tidak rusak.
- Lap dengan kain yang diberi pewangi. Sebenarnya tas “alam” tidak perlu dicuci. Namun jika telanjur kotor, Anda bisa mengusap bagian yang kotor dengan lap yang sedikit basah (ingat: jangan terlalu basah). Jika ingin wangi, Anda bisa menambahkan sedikit pewangi pada lap. Setelah itu, langsung keringkan.
R&D HANDICRAFT | |
https://www.instagram.com/yoiku.official/ | |
Telp/WA | 08123119035, 085216140180 (Valis/Dody) |
Alamat | Jl. Sunan Kalijaga No.120, Sukomulyo, Sukorejo, Kec. Lamongan |