ALAM

Belajar Pertanian di Besur Agro Wisata

Pertanian selalu identik dengan hal-hal yang kotor, dari penanamannya hingga panennya. Namun mindset Anda akan berubah jika melihat pertanian di Desa Besur, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan.

Di lahan sawah Desa Besur yang luasnya kurang lebih 2 hektare itu tumbuh berbagai macam bunga, buah, dan sayur-sayuran. Misalnya bunga matahari, bunga keningkir, bunga kertas, bunga dahlia, dll. Sedangkan untuk buah dan sayur-sayurannya, ada buah melon, buah semangka, bawang merah, lombok, tomat, sawi, terong, kangkung, labu, dan tanaman lainnya.

IMG_20181110_104447

Warga sekitar menyebutnya Besur Agro Wisata yang berbasis Manajemen Tanaman Sehat. Tentu dari namanya semua jenis tanaman pangan di sini menggunakan pupuk organik, tanpa menggunakan bahan kimia alias 0% bahan kimia. Besur Argo Wisata ini model wisata baru dan menjadi yang pertama di Lamongan.

Khamim, salah satu pengagas terwujudnya Besur Agro Wisata menjelaskan, untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses pengolahan sawah dimulai saat 16 Mei 2016, kemudian penanaman bunga-bunga dan tanaman pangan dimuali saat Bulan Juli 2018.

“Untuk peresmiannya, kami tidak meresmikan secara langsung, tapi kami menyebutnya puncak acaranya ialah saat seminar dan pelatihan gelar teknologi perlindungan tanaman 2018 pada tanggal 30-31 Oktober 2018,” tuturnya.

IMG_20181110_1121151

Seminarnya itu bukan hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh pertanian dari Jawa Timur, tapi juga dari seluruh Indonesia. Ada yang berasal dari Jawa Barat dan Kalimantan.

“Untuk seminar kami menggundang 1.500 orang dari seluruh Indonesia dan ternyata membludak hingga 5.000 orang,” imbuhnya.

Dipilihnya Desa Besur bukan tanpa alasan, karena masyarakat dan pertanian Desa Besur sangat mendukung. Apalagi desa itu dekat dengan Pasar Agro Babat, yang notabene pasar banyak menjual sayur-sayuran dan buah-buahan. Rencananya Besur Agro Wisata ini ingin menjadi pemasok buat Pasar Agro Babat.

“Seluruh luas sawahnya adalah 4.5 hektare, namun baru 2 hektare yang kami kelola. Rencananya kami ingin kembali lagi mengelola sebagian sawah yang belum terolah. Tentu dengan sedikit demi sedikit,” imbuhnya.

Rencananya sebagian sawah yang belum terolah akan ditambah peternakan juga, seperti sapi perah, kambing, dan kelinci. Pengelolahan tanaman bunga dan tanaman pangan dilakukan oleh warga setempat.

Desa Besur bekerja sama dengan Dinas Pertanian Jawa Timur sehingga terbentuknya Besur Agro Wisata. Anda juga bisa langsung membeli buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah matang di Saung Sinau. Saung Sinau adalah tempat informasi untuk bertanya-tanya soal pertanian di Besur Argo Wisata. Saung sendiri adalah persamaan dari kata sanggar (dalam dunia tari) atau dapat diartikan sebagai bangunan kecil seperti rumah namun diperkhususkan untuk dunia pertanian.

IMG_20181110_1124341

Bagi anda yang suka hiburan bernyanyi, di Saung Sinau juga disediakan tempat untuk berkaraoke sekadar untuk menghibur para penggunjung.

Pengunjung yang berdatangan di tempat wisata pun banyak. Saat hari biasa bisa antara 500-700 pengunjung setiap harinya. Untuk weekend bisa sampai ribuan lebih orang yang berkunjung setiap harinya.

Anda yang ingin memanjakan mata di Besur Agro Wisata ini cukup membayar Rp 2.000 untuk tiket masuk setiap orangnya. Anda juga bisa mengabadikan setiap momen dengan kamera telepon selular.

Desa ini tidak sulit untuk dicari. Dari Jalan Raya Lamongan-Babat, jalan masuk menuju desa ini berada di Desa Gembong, Babat, tepatnya di sebelah SMPN 3 Babat. Desa Besur berjarak sekitar 3 km ke arah utara dari jalan nasional itu.

MEGILAN

Panen Ikan Mabuk di Bengawan Solo

link-surya1

Meningkatnya debit air sungai Bengawan Solo bukan hanya dianggap sebagai musibah karena berpotensi banjir, tetapi juga sebagai rezeki. Pada Kamis 29 November 2018, ikan-ikan di sungai tersebut mabuk dan terhempas ke pinggiran sungai, mulai dari ikan kecil sampai yang berukuran cukup besar. Warga sekitar menyebutnya dengan istilah Oyang-oyang atau Ikan ngumbo.

IMG_20181129_161346

Hal ini dimanfaatkan oleh warga sekitar aliran sungai Bengawan Solo untuk berbondong-bondong menangkap ikan di pinggir-pinggir sungai. Dalam satu hari, ada ratusan orang turun ke sungai menangkap ikan saat oyang-oyang. Aktivitas paling ramai di malam hari. Sementara saat siang hari, jumlahnya hanya beberapa saja. Hal tersebut kebetulan dikarenakan saat malam ikannya lebih banyak terutama yang berukuran lebih besar.

Surya (23) warga Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, juga tak ingin ketinggalan momen yang terjadi setiap setahun sekali ini. Ia sudah menyiapkan banyak bekal untuk menangkap ikan, dari tombak, serok, hingga timba.

“Fenomena ini dikarenakan debit air dari hulu naik, lalu air Bengawan Solo menjadi naik secara drastis dan akhirnya warna air menjadi keruh kecoklat-coklatan. Hal itulah yang menyebabkan ikan-ikan pada mabuk,” ungkapnya.

IMG_20181129_161859

Jenis-jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan Patin, Mujair, Gabus, Bader, hingga Udang.

“Ikan-ikan yang kecil saya konsumsi sendiri, untuk ikan-ikan yang besar akan saya jual ke warga,” imbuhnya.

Di tempat yang sama Ali Muji warga Desa Gampangsejati menangkap ikan dengan menggunakan jala. Tentu ikan yang didapatkan pun lebih banyak meskipun hanya ikan-ikan kecil.

Ada macam-macam alat tangkap ikan yang digunakan oleh para pencari ikan, di antaranya tombak, serok, jala, hingga menggunkan setrum listrik. Bahkan ada yang menggunakan tangan kosong.

Momen ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh warga sekitar, tak hanya bapak-bapak atau akan laik-laki, tetapi banyak juga ibu-ibu yang langsung turun ke sungai Bengawan Solo untuk mendapatkan ikan dengan menggunakan serok.

IMG_20181129_162010

Fenomena ini pun dijadikan oleh warga sekitar sebagai tontonan, tak hanya orang dewasa tetapi juga ada anak-anak kecil.

Momen oyang-oyang atau ikan ngumbo ini berlangsung dari pagi hari hingga pukul 9 malam. Untuk setiap orang rata-rata mendapatkan 3 kg sampai 5 kg ikan, bahkan ada yang mendapatkan sampai 8 kg.

Momen Oyang-oyang akan berakhir ketika air sungai Bengawan Solo sudah tidak keruh kembali. Biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 2 hari untuk air kembali jernih setelah penangkapan ikan.

SEJARAH

Mencari Jejak Joko Tingkir di Lamongan

link-surya1

Saat mendengar nama “Laskar Joko Tingkir” — julukan tim sepak bola Persela Lamongan — apa yang ada dibenak Anda? Ya, tentu Kota Lamongan. Cerita rakyat mengisahkan Joko Tingkir pernah singgah di salah satu desa di Kabupaten Lamongan tersebut, lebih tepatnya di Desa Pringgoboyo.

IMG_20180923_113020(1)

Sebenarnya banyak cerita yang berkembang tentang Joko Tingkir. Ada cerita yang menyatakan makam Joko Tingkir ada di Kompleks Pemakaman Butuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ada juga cerita bahwa makam tersebut ada di Dusun Dukoh, Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamongan, Jawa Timur. Mana kisah yang paling benar? Wallahu A’lam.

Pada akhir September 2018, saya berkesempatan berkunjung ke tempat yang dipercayai warga sekitar sebagai pemakaman Mbah Anggungboyo atau Joko Tingkir di Lamongan. Saya bertemu juru kunci makamnya, Muslik. Ia sering menghabiskan waktunya di gubuk kecil dekat makam tersebut.

IMG_20180923_100141(1)

Ia bercerita panjang bahwa dulu seorang tokoh besar RI pernah berkunjung ke makam tersebut. Tokoh itu diantar oleh Yai Midkhol, kiai desa setempat, pada tahun 1996.

“Yai Midkhol bahkan sempat mendatangkan sejarawan dari luar negeri dan kerjasama dengan Pak Faried (Bupati Lamongan kala itu) untuk ngelacak kebenaran makam Joko Tingkir,” tuturnya.

IMG_20180923_100116(1)

Di sebelah makam tersebut terdapat pohon yang oleh warga sekitar disebut Dandu dan Pohon Asam yang begitu besar kurang lebih memiliki tinggi 50 meter dengan diameter kurang lebih 2 meter.

Rencananya akhir tahun 2018 dengan menggunakan uang Pemda, Bupati ingin makam Joko Tingkir dibuat untuk wisata religi.

ALAM

Pohon Harry Potter ada di Lamongan

link-surya1
IMG_5416
SEBUAH pohon Bunga Kupu-kupu unik itu membuat saya penasaran. Di antara barisan Mahoni yang kurus tinggi, pohon tersebut tampak seperti akar yang menjalar ke atas, bergumul menjadi satu membentuk batang berdiameter sekitar 75 centimeter. Sementara batang-batang kecilnya menjalar belasan meter ke pohon-pohon lain mirip jaring. Tampak seperti akar yang tumbuh di atas batang.
Pohon itu berada di Dusun Widhe, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Lamongan. Ia berdiri di hutan berbukit seluas 6,2 hektare milik PT Perhutani. Warga dusun sekitar menyebutnya Trinil. Di hutan yang sama, ada puluhan Bunga Kupu-kupu tumbuh. Tapi hanya satu yang berbentuk unik. Perhutani menjadikan hutan tersebut sebagai titik area wisata swafoto tiga bulan terakhir.
Nama ilmiah pohon itu Bauhinia lingua. Famili Caesalpiniaceae. Usianya di bawah 30 tahun. Akhir tahun 80-an, Perhutani membabat habis pohon-pohon di sana. Rencananya lahan akan ditawarkan kepada warga untuk berkebun atau bercocok tanam. Namun saat itu tak ada warga yang berminat. Alhasil, badan usaha milik negara untuk urusan hutan itu menanam kembali pohon-pohon Mahoni pada 1987. Diprakirakan, Trinil tersebut tumbuh dari biji-biji yang terlepas dari pembabatan ketika itu.
20171126150630_IMG_5451
Ketika musim libur, ratusan orang datang ke sana untuk melihat uniknya Trinil. Pohon ini jadi menarik karena disebut mirip Whomping Willow — pohon yang berdiri di halaman sekolah film Harry Potter. Dilihat sekilas, Trinil memang mempunyai kemiripan dengan pohon di film itu, terutama pada sisi batang. Namun bagian atas pohon berbeda jauh.
“Kalau hari libur, sehari bisa sampai 1.400-an orang yang datang. Kalau hari biasa, paling 400 orang,” kata Ali Rohman (19). Ali adalah pemuda asli Dusun Widhe yang banyak menghabiskan harinya di hutan itu. Ali bangga karena merasa viralnya Trinil unik itu tak lepas dari campur tangannya.
Ali menemani saya berkeliling hutan tersebut pada suatu hari Minggu bulan November lalu. Ia menunjukkan beberapa pohon Trinil normal yang tumbuh bersampingan dengan Mahoni-Mahoni lain. Kecuali bentuk batangnya yang mirip akar, tanaman-tamanan ini tampak biasa-biasa saja.
Warga ramai datang ke sana untuk memuaskan rasa penasaran. Bukan hanya mobil dan motor berplat S (karasidenan Bojonegoro) saja, tapi juga plat W (Gresik dan Sidoarjo) dan L (Surabaya). Warga luar kota umumnya mampir setelah berwisata ke Wisata Bahari Lamongan (WBL) atau wisata religi Sunan Drajat. Kebetulan, lokasi pohon Trinil hanya berjarak sekitar 3 kilometer (km) dari akses Jalan Daendels atau Jalan Raya Pos. Tak jauh dari tempat wisata pantura lain.
Ali bercerita kepada saya, Trinil unik itu sudah lama diketahui keberadaannya oleh warga sekitar. Hutan menjadi tempat utama warga mencari pakan hewan. Selain Mahoni, ada banyak pohon lain yang tumbuh di sana. Termasuk juga tanaman belukar. Awalnya, Trinil unik ini berdiri di antara belukar padat. Dari jarak seratusan meter saja ketika itu, kata Ali, batangnya yang unik tak kelihatan mencolok. Pada 2015 lalu, ia iseng memotret pohon tersebut dengan telepon selular. Ia bagikan foto itu ke Facebook. Tak banyak yang respons, hanya pemuda karang taruna desa yang tertarik akan keunikan pohon itu.
Pemuda-pemuda sekitar kemudian memviralkan pohon tersebut lewat media sosial yang sama dua tahun kemudian atau Agustus 2017. Klaim sebagai pohon mirip Whomping Willow menarik banyak khalayak. Setelah itu, pihak Perhutani pun mencetuskan kawasan Wana Wisata Akar Langit di sana.
Lalu, apakah pohon itu sekadar unik dari penampakannya saja?
IMG_5374
Saya mencoba menemui perwakilan Perhutani yang bertugas di hutan tersebut. Kantornya berada tak jauh dari lokasi Trinil unik. Sebenarnya di lokasi yang sama ada puluhan Trinil yang tumbuh. Tapi pohon-pohon itu berdiri dengan satu batang kecil. Kelilingnya tak lebih dari dua genggaman tangan. Juga tak hanya di hutan tersebut, Trinil umum tumbuh di kawasan hutan kecamatan dan kabupaten lain.
Setelah pohon tersebut viral, Perhutani meminta Kebun Raya Purwodadi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengeceknya pada 20 Oktober 2017. Hasilnya, pohon tersebut memang unik dan jarang ditemui.
“Pohon induk Trinil….sering dijumpai di daerah lain. Akan tetapi yang bentuk dan ukurannya seperti di lokasi Wana Wisata Akar Langit merupakan yang terbesar, sangat unik, dan satu-satunya di Indonesia,” begitu yang terterang dalam Laporan Hasil Identifikasi Pohon di Wana Wisata Akar Langit yang dikeluarkan PT Perhutani. Tim Kebun Raya Purwodadi-LIPI juga mengidentifikasi 26 tumbuhan lain yang tumbuh di hutan yang sama.
Pohon Bunga Kupu-kupu bukan tanaman parasit atau benalu. Hanya saja puluhan rantingnya menjalar ke berbagai sisi membuat rimbun. Pohon-pohon di sekitarnya bisa mati karena tak mampu berfotosintesis. Maka tak heran, beberapa Mahoni di dekat Bunga Kupu-kupu itu mati.
IMG_5381
Secara administratif, Trinil unik itu berada di petak 35C KRPH Lembor. Lebih luas lagi, wilayah tersebut masuk KBH Tuban. Satu dari tiga rekomendasi hasil identifikasi adalah agar pohon tersebut disterilkan radius 10 meter (m). Namun kenyataannya, para pengunjung bisa mendekat kurang dari 2 m tumbuhnya batang. Pagar dipasang cukup dekat dengan batang pohon. Pengunjung bahkan bisa menyentuhnya.
“Kalau jaraknya segitu (10 m), kasihan pengunjung yang jauh-jauh datang,” kata Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KPRH) Lembor, Andik Setijono. Untuk mengindari kerusakan atau matinya pohon unik itu, pihaknya menimbun akar yang menonjol ke atas tanah agar tak terinjak pengunjung. Ini sebenarnya masuk dalam rekomendasi kedua surat tersebut. Rekomendasi ketiga, yakni pemberian label pada pohon-pohon yang sudah di identifikasi. Pohon Trinil itu dan beberapa pohon lain sudah dipasangi tulisan identifikasi dari kertas kecil. Khusus Trinil, tulisan nama itu tercentel di salah batang pohon. Pengunjung yang tak jeli tak mungkin menemukannya.
KRPH Lembor berencana mengembangkan kawasan tersebut sebagai area wisata yang lebih luas. Total hutan di wilayah tersebut adalah 19,8 hektare. “Di sisi selatan, di Petak 35D, ada Trinil yang bentuknya unik-unik. Di Petak 35E ada Goa Genuk, Goa Gangsir, dan Goa Lowo,” Andik menjelaskan potensi-potensi yang akan dikembangkan. Goa yang disebut adalah cekungan dari dalam bebatuan yang tak terlalu dalam. Spot-spot buatan untuk berswafoto para pengunjung juga menjadi perhatian. Salah satunya, penataan bambu bentuk kapal di atas bukit. Para pengunjung bisa berfoto di sana dengan latar pemandangan area bawah hutan.
Nama Bunga Kupu-kupu kemungkinan diambil dari bentuk daunnya. Daun pohon tersebut berbentuk memiliki dua ujung lancip — mirip sayap kupu-kupu. Jika Anda memasukkan kata kunci “Bunga Kupu-kupu” di mesin pencari Google, hasilnya tak akan memuaskan. Hasil teratas yang muncul adalah Oxalis triangularis. Bentuk tanaman ini. sangat berbeda dengan pohon Trinil. Hasil yang akan lebih memuaskan jika Anda memasukkan kata kunci: Bauhinia glabra.
Ketertarikan saya pada Trinil unik ini membawa saya bertanya kepada Farid Kamal Muzaki, Dosen di Labolatorium Ekologi Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saya mengirim beberapa foto pohon tersebut kepada Kamal. Awalnya, ia pun mengira bahwa pohon tersebut adalah Monkey Ladder — nama lain dari
Bauhinia glabra.
“Sepertinya itu kumpulan dari batang-batang tanaman menjalar (liana) yg saling tumbuh melilit sehingga tampak seperti ‘satu pohon’, padahal ada banyak individu tanaman disitu,” kata dia. “Saya juga baru lihat ada yang seperti itu tumbuhnya”.
20171126151929_IMG_5460
Bunga Kupu-kupu, menurut Kamal, memiliki banyak penampakan. Dalam ilmu biologi, kondisi ini disebut polimorfus. Secara ekologi dan habitat, Bauhinia lingua secara umum sama dengan Bauninia glabra.
Tanaman ini pun bisa ditanam, sebagaimana prinsip semua jenis tanaman. Namun jenis Bunga Kupu-kupu agak sukar untuk ditanam karena termasuk tumbuhan merambat. Tumbuhan ini juga mayoritas tumbuh sendiri-sendiri di daerah karst (pergunungan kapur).
Semua narasumber saya menyebutkan, batang tanaman ini umum dijadikan kerajinan. Salah satu yang ada meski tak populer di daerah Lamongan, yakni sebagai dekorasi pernikahan. Bentuk luar batangnya yang tak beraturan menarik untuk dipoles jadi hiasan.
Perkenalan saya dengan Trinil unik ini membuat saya berpikir, mungkinkah pohon ini dapat ditanam di pekarangan rumah?
Barangkali suatu saat akan ada teknik yang mewujudkannya.
ALAM

Wisata Kapur Gunung Suru Lembor

link-surya1

Penulis: Auliyau Rohman

Gambar 2(1)

Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan tak pernah kehabisan tempat wisata. Setelah sebelumnya Pantai Kutang di Desa Labuhan dan Pohon Trinil di Dusun Wide, Desa Sendangharjo, satu lagi wisata baru muncul, yakni Gunung Suru Lembor di Desa Lembor.

Sebelum menjadi tempat wisata, Gunung Suru Lembor merupakan pegunungan kapur biasa. Sebagaimana umumnya pegunungan kapur yang ada di bagian utara Lamongan. Namun masyarakat sekitar mempunyai ide untuk mengubah pegunungan kapur tersebut menjadi lebih bermanfaat.

Gambar 4(1)

Afiq (23) warga Desa Lembor sekaligus tim perintis desa wisata atau dalam umumnya sering disebut Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ikut berperan dalam pembangunan Gunung Suru Lembor.

“Idenya muncul awal mulanya ketika pegunungan kapur ini tidak bisa digunakan untuk menanam padi karena tekstur tanahnya yang kurang mendukung. Kalau ditanami jagung ketika jagungnya sudah berbuah malah dimakan oleh monyet-monyet yang berada di pegunungan kapur ini,” kata Afiq.

Dari situlah, ia mengajak masyarakat desa bermusyawarah lalu membahas untuk dibentuknya pegunungan itu menjadi wisata kekinian. Apalagi kondisi alamnya sudah mendukung.

Gambar 1(1)

Diberi nama Suru Lembor sebab pegunungan kapur tersebut sering ditumbuhi tanaman suru (semacam kaktus yang berbentuk seperti centong nasi). Masyarakat sekitar menyebutnya tanaman entong-entongan. Sementara nama Lembor diambil dari nama desa tersebut.

“Gunung Suru Lembor sendiri jika dilihat dari maps, kurang lebih memiliki tinggi sekitar 200 mdpl (meter dari permukaan laut),” imbuhnya.

Pembiayaan untuk menjadikan Gunung Suru Lembor hampir seluruhnya dari desa. Rencananya, waduk Desa Lembor yang juga berada di tempat itu akan dijadikan tempat wisata. Luas waduknya sekitar 6 hektare. Rencananya, akan ada wahana sepeda air, bebek air, dan tempat pemancingan.

Gambar 3(1)

Pada Rabu (25/7/2018), Bupati Lamongan H. Fadeli, SH. MM resmi membuka wisata Gunung Suru Lembor di Desa Lembor, Kecamatan Brondong, Lamongan. Pembukaan tersebut dilakukan dengan pemotongan pita.

Gunung Suru Lembor memiliki spot-spot foto antara lain pintu langit, dream star, dan studio alam. Selain itu Gunung Suru Lembor bisa dijadikan  sebagai tempat perkemahan, out bound dan bahkan panjat tebing.

Bagi kalian yang ingin menggunakan mobil bersama keluarga menuju lokasi tak perlu khawatir. Akses jalan menuju Gunung Suru Lembor bisa ditempuh dengan mobil.

Untuk mengikuti kegiatan atau ingin tahu lebih tentang Gunung Suru Lembor bisa diakses melalui Instagram @lemborbeautiful atau jika ingin langsung berkunjung ke lokasi bisa mengetik di google maps Gunung Suru Lembor.

MEGILAN

Rezeki Petani Buah di Bekas Rawa Pucuk

link-surya1

Penulis: Auliyau Rohman

Gambar 1

Musim panas menjadi rezeki bagi petani buah. Mereka selalu menunggu musim tersebut, saat tepat ketika mereka menanam buah-buahan.

Salah satu tempat yang hampir setiap tahun dimanfaatkan untuk menanam buah-buahan adalah rawa di Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, atau satu kilometer ke arah utara dari pertigaan pos polisi Kecamatan Pucuk.

Rawa ini pada saat musim hujan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengairi sawah-sawah dan tempat pemancingan. Namun ketika musim panas, rawa ini disulap oleh petani-petani sekitar menjadi penuh tanaman buah-buahan seperti semangka, melon, dan belewah.

Sunari, salah satu petani buah asal Desa Latek, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, ikut andil dalam menanam semangka di rawa Bulutengger tersebut. Jenis semangka yang ditanam adalah bibit Esteem.

Saat ditanya mengapa tidak menanam buah melon? Dia menjawab, ”buah melon terlalu mahal biayanya”.

Dia juga menjelaskan, tanah rawa itu cocok untuk semangka. Hasilnya tergantung juga bibit yang ditanam. “Penanaman dimulai ketika rawa kering lalu tanahnya dibersihkan dan dicangkul sebelum di tanami bibit semangka,” imbuh petani buah yang semangkanya baru berumur kurang lebih 30 hari tersebut.

“Untuk buah semangka sendiri agar bisa dipanen membutuhkan waktu sekitar 60-70 hari,” tandasnya.

Gambar 2
Lima ratus meter dari petak sawah Sunari terdapat petani buah lain, yaitu Keman dan Kasemi yang berasal dari Desa Waru Kulon, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan. Tak perlu heran jika di rawa tersebut juga ditanami buah-buahan oleh warga Pucuk sekitar sebab rawa tersebut berada di perbatasan Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Sekaran.

Jika semangka Sunari baru berumur kurang lebih 30 hari, beda cerita dengan Keman dan Kasemi. Mereka sudah menanam semangka saat lima hari sebelum Bulan Puasa. Jadi hingga hari itu kurang lebih sudah 60 hari dan siap untuk di panen.

“Saya sudah belasan tahun menanam semangka di rawa ini,” imbuhnya. Salah satu penyebab gagalnya panen para petani adalah begitu banyak tikus di rawa tersebut. Tetapi Keman dan Kasemi bersyukur sebab hampir 95 persen semangka miliknya bisa dipanen.

Keman dan Kasemi juga menanam semangka bibit Esteem. Pada hari itu juga semangka miliknya dibeli oleh orang Jawa Tengah dengan borongan sekaligus. Sepetak sawah yang penuh dengan semangka tersebut dibeli dengan harga Rp 20 juta.

Gambar 3

Namun bagi Anda yang ingin membeli per bijinya atau per kilonya tak perlu khawatir sebab di sepanjang jalan rawa tersebut terdapat banyak penjaul buah, mulai dari buah semangka, melon, maupun belewah. Untuk buah semangka sendiri dijual perkilonya kisaran harga Rp 6000 sampai dengan Rp 8000.

MEGILAN

Taman Multifungsi Kendalfornia

Penulis: Auliyau Rohman, mahasiswa UNISDA Lamongan

kendal 1

Taman tak hanya fungsi keindahan tapi bisa juga bisa berfungsi sebagai rambu lalu-lintas. Taman di Desa Kendal, Sekaran, adalah salah satu buktinya. Posisi taman ini persis di sebuah tikungan tajam. Sebelum menjadi taman, di tikungan itu sering terjadi kecelakaan, terutama di malam hari, karena jalannya yang menikung tajam dan menyebabkan pengendara sepeda motor sering kebablasan. Apalagi di tikungan itu terdapat semak-semak tinggi yang menutupi arah pandang.

kendal 2
Seringnya kecelakaan di tikungan ini mencetuskan ide pembuatan taman di tempat ini. Semak-semak yang tinggi itu dibabat lalu diubah menjadi taman yang indah. Selain mengurangi kecelakaan, taman ini juga menjadi tempat rekreasi warga sekitar. Biasanya taman ramai saat pagi setelah salat subuh dan sore hari pada pukul 16.00. Pagi hari pengunjung kebanyakan adalah keluarga sementara sore hari didominasi remaja dan anak muda yang bermain voli, sepak bola, hingga motor cross di lapangan di dekatnya.

kendal 3
Hingga saat ini, taman tersebut masih belum selesai sepenuhnya. Masih ada bagian yang belum rampung dibangun seperti taman baca dan air mancur. Pembangunan taman ini merupakan bagian dari upaya warga untuk memajukan desa. Kendal yang selama ini dikenal sebagai desa pelosok di bantaran sungai Bengawan Solo ini sekarang sedang berbenah. Tak hanya membuat taman, warga juga membangun beberapa lapangan olahraga, merintis usaha jamur tiram, juga membuat kebun belimbing yang direncanakan untuk wisata agro. Bahkan nama Kendal kini biasa disebut dengan nama pelesetan “Kendalfornia”, yang menurut warga setempat maksudnya adalah “Kendal for Nia” (Kendal untuk Indonesia).

kendal 4

Desa ini tidak begitu sulit dicari. Dari Jalan Raya Lamongan-Babat, jalan masuk menuju desa ini berada di Desa Gembong, Babat, tepatnya di sebelah SMPN 3 Babat. Kendal berada sekitar 5 km dari jalan raya.

ANEKA

Istana Asal-Asalan Gunung Mas Mantup

gunung mas 2

Penulis: Auliyau Rohman, mahasiswa UNISDA Lamongan

Sebagai daerah yang memiliki banyak bukit kapur, Lamongan punya banyak lokasi tambang, tak hanya di Lamongan pesisir tapi juga di Lamongan selatan. Beberapa bekas tambang itu berubah menjadi tempat wisata. Di Lamongan pesisir kita bisa menjumpai wisata jenis ini di Danau Hijau di Bluri, Solokuro. Di Lamongan selatan kita juga bisa menjumpai tempat serupa di Istana Gunung Mas Desa Tugu, Kecamatan Mantup, sekitar 20 km sebelah selatan Lamongan Kota. Dari arah alun-alun Lamongan kota, kita hanya perlu mengikuti Jalan Sunan Drajat ke arah selatan (arah Mantup/Mojokerto).

gunung mas 3

Tempat ini diberi nama “Gunung Mas” konon karena dulu pernah ditemukan bongkahan emas di bukit ini. Tapi cerita ini sepertinya asal-asalan dan sulit dipercaya mengingat bukit ini adalah bukit kapur. Cerita versi lain mengatakan, warga memberi nama Gunung Mas karena bebatuan bekas tambang di bukit ini berwarna kekuningan.

gunung mas 6

Berbeda dengan Danau Bluri yang masih asli bekas tambang yang tidak diapa-apakan, Gunung Mas ini adalah bekas tambang yang kemudian dibangun menjadi tempat wisata. Di dalamnya ada rumah-rumah hias, tempat santai, rumah panggung, kantin, kolam ikan, bahkan kandang hewan piaraan seperti ayam, kalkun, burung dara, dan kelinci. Sekilas rumah-rumah hias dini mirip dengan kampung pecinan sebab banyak dihiasi lampion dan unsur warna merah.

gunung mas 5

Untuk masuk ke tempat wisata ini, pengunjung dikenakan tiket Rp 5.000 per sepeda motor. Jangan bingung, di tempat ini sepeda motor disebut kuda, singkatan asal-asalan dari “kendaraan roda dua”. Tulisan asal-asalan yang kadang kocak memang bertaburan di berbagai sudut di tempat ini. Banyak sekali papan bertuliskan kata-kata yang sepertinya belum selesai dicat atau memang disengaja ngawur.

gunung mas 4

ALAM

Wisata Luka Bumi di Bluri Lamongan

link surya

Penulis: Auliyau Rohman, mahasiswa Unisda Lamongan

bluri2

Satu lagi tempat wisata baru di Lamongan yang mulai terkenal di awal tahun 2017 ini. Lokasinya di Desa Bluri, Kecamatan Solokuro, tepatnya di bukit bekas galian tambang batu kapur. Warga sekitar menyebutnya Puri.

bluri4

Bekas lubang tambang yang luasnya kira-kira selapangan sepakbola ini sekarang menjelma menjadi sebuah danau dengan pemandangan yang menawan. Cocok buat latar belakang foto selfie untuk dipasang di Instagram atau Facebook. Air danau yang bening kehijauan dikelilingi oleh dinding-dinding bukit kapur yang menjulang tegak lurus dengan tinggi belasan meter. Menurut warga sekitar, air danau ini berasal dari mata air yang muncul dari dasar bekas galian tambang.

bluri5

Bukit kapur Bluri ini hanya salah satu dari sekian banyak lokasi tambang kapur di wilayah Lamongan bagian utara. Tapi dibanding bekas-bekas tambang lainnya, danau Bluri ini memang yang paling indah pemandangannya.

img_2106

Kalau ingin melihat bekas tambang lain, dari Bluri kita bisa mampir ke bekas tambang di Paciran. Lokasinya berada di belakang Kantor Pemadam Kebakaran, sebelah barat Wisata Bahari Lamongan. Kalau masih ada waktu, kita bisa mampir juga ke bekas tambang kapur di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong.

IMG_2111.JPGSepanjang pesisir Lamongan wilayahnya banyak yang berupa bukit-bukit kapur. Bukit ini ditambang untuk diambil batuannya. Hasil utamanya adalah bata putih (yang oleh warga setempat disebut saren). Cara menambangnya cukup dengan digergaji mesin menjadi balok-balok batako. Sisa remah-remahnya menjadi batu makadam yang biasanya digunakan untuk mengurug jalanan tanah liat agar tidak becek. Bisa juga digunakan untuk kapur pertanian.

bluri1

Oh ya, buat kalian yang belum tahu Desa Bluri, desa ini bisa dijangkau dari Sukodadi maupun dari Jalan Deandels. Buat pengunjung yang berasal dari arah Babat dan Lamongan Kota, Desa Bluri bisa dijangkau dari Jalan Raya Sukodadi-Drajat, lewat Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro. Adapun buat pengunjung yang melewati Jalan Deandels, desa ini bisa dijangkau lewat Desa Tlogosadang atau Banjarwati, Kecamatan Paciran.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

Keripik Sunduk, Oleh-oleh Khas Lamongan Pantura

img_1650

Apa oleh-oleh khas Lamongan? Sebagian besar orang mungkin akan menyebut wingko Babat. Kalau Anda melewati Kota Babat atau Kota Lamongan, memang banyak toko penjual wingko di pinggir jalan. Tapi jika Anda pergi ke Lamongan pesisir (Jalan Raya Daendels) seperti wilayah Brondong dan Paciran, wingko Babat tak begitu populer di sini. Oleh-oleh yang lebih populer adalah air legen, jumbrek, dan gula merah. Sepajang kiri kanan jalan raya Paciran, ada banyak warung kecil penjual legen dan dawet siwalan yang juga menjual jumbrek dan gula merah dari nira siwalan.

Selain itu, sebetulnya ada satu lagi oleh-oleh khas Lamongan yang jarang diketahui karena tak banyak penjualnya, yaitu keripik ikan sunduk. Makanan khas ini mungkin tidak akan Anda jumpai di tempat lain karena ikan sunduk adalah hasil laut khas daerah nelayan. Ikan ini berukuran sebesar jari tangan dengan panjang sekitar belasan sentimeter. Sebagian besar badannya berisi tulang karena itu ikan jenis ini bukan termasuk ikan komersial yang penting seperti ikan tongkol, tenggiri, kakap, dan sejenisnya.

Oleh warga setempat, ikan ini biasa diolah menjadi keripik berbalut tepung yang biasa disebut dengan “kentaki” karena mirip dengan tepung ayam goreng cepat saji. Sebelum dikeripik, ikan dibelah, tulangnya dibuang, lalu dipotong kecil-kecil. Rasanya gurih kriuk-kriuk, bisa dimakan begitu saja, bisa juga dimakan sebagai lauk. Paling cocok dinikmati dengan nasi hangat dan sambal terasi. Rasanya bukan maknyus tapi mak kriuk.