JPPR Lamongan Sosialisasikan Pilkada ke Lansia dan Pemula
Setelah terdaftar dan terakreditasi secara kelembagaan, Jaringan Pendidikan Pemilih Rakyat (JPPR) Kabupaten Lamongan bergerak dengan cepat. Demi mensukseskan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020, JPPR Kabupaten Lamongan langsung menyiapkan program awal dan unggulan yakni sosialisasi bagi pemilih pemula dan lansia.
Program tersebut diadakan bukan tanpa alasan. Menurut Aan Andri Ardiansyah selaku koordinator JPPR Kabupaten Lamongan, masih banyak warga yang belum paham betul cara berdemokrasi dengan benar, terutama pemilih pemula dan lansia. Karena masalah tersebutlah tercetus sebuah program yang siap memberikan pelatihan dan bimbingan kepada pemilih awal dan lansia.
“Kita memiliki banyak program, salah satunya adalah memberikan pendidikan bagi pemilih pemula dan lansia. Hal tersebut dilakukan agar mereka (pemula dan lansia) tahu betul bagaimana cara menggunakan hak pilihnya sebaik-baiknya,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (12/11).
JPPR Kabupaten Lamongan sendiri baru terdaftar secara resmi pada 5 November 2020 lalu. Sebenarnya lembaga tersebut sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Namun kali ini mereka kembali dengan wajah dan semangat baru.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris JPPR Kabupaten Lamongan, Bayu Rangga Dirga Hutama. Menurutnya masih ada sejumlah program lain yang akan dijalankan dalam beberapa waktu ke depan.
“Program ini (sosialisasi pemilih pemula dan lansia) baru yang pertama. Masih ada beberapa program lagi, tentunya bertahap satu-satu,” imbuh pemuda yang akrab disapa Rangga itu.
JPPR akan mengawasi jalannya pemilu, baik dalam segi money politic hingga kecurangan yang lainnya. Tujuannya adalah supaya Pilkada di Lamongan berjalan lancar dan antusiasme masyarakat semakin tinggi.
Sementara itu, Ali Faizin selaku Pembina JPPR Kabupaten Lamongan secara pribadi mendukung penuh program yang akan digagas oleh teman-temannya itu.
“Semoga JPPR Kabupaten Lamongan mampu bekerja sama dengan KPU dan Bawaslu sehingga program tersebut mampu berjalan dengan baik,” ucapnya.
“Setelah sosialisasi itu sudah berjalan, harapannya pemilih pemuda dan lansia dapat meningkatkan proses berjalannya demokrasi dengan baik dari awal hingga akhir,” tambahnya.
JPPR Kabupaten Lamongan hadir untuk mensukseskan Pilkada dalam melakukan pendidikan untuk masyarakat dan pemantau terhadap jalannya pemilu. JPPR juga bisa dikatakan sebagai lembaga pemantau independen yang membantu KPU dan Bawaslu dalam mensukseskan Pilkada Lamongan 2020.
Servis & Jual Beli Laptop-Komputer di Modo
DESA | Toko | Alamat | Detail |
Mojorejo | SJ Computer | Jl. Raya Modo Mojorejo, arah Bluluk | Jual beli laptop second, service Laptop, aksesoris, dll. Menerima panggilan ke rumah. |
Wa/SMS | 085855550814 082232797703 | ||
Google Maps | Klik di sini | ||
Kang Mus |
Wanita Lamongan Melamar Pria, Bukan Soal Jual Mahal
Tulisan Tradisi Perempuan Melamar Laki-Laki di Lamongan ternyata mendapat respon paling banyak dari pembaca. Dari seribuan komentar di Facebook, kita dapat melihat beberapa hal, antara lain:
- Tradisi ini sampai sekarang masih ada walaupun hanya dilakukan sebagian kecil orang. Tidak terbatas di Lamongan Pantura tapi juga di Lamongan Selatan. Bahkan tidak hanya di Lamongan tapi juga di Tuban dan Bojonegoro.
- Banyak orang, terutama perempuan, menganggap tradisi ini sudah tidak sesuai zaman. “Wis ora usum!” Bahkan beberapa perempuan menolak dengan tegas. “Nggolek liyane wae. Isik akeh sing gelem.”
Pandangan seperti ini tampaknya muncul karena salah paham dengan tradisi. Walaupun yang melamar duluan adalah pihak perempuan, sebetulnya itu hanya persoalan siapa yang membuat gemblong lebih dulu.
Sebelum ada proses lamaran, pihak laki-laki tetap meminang lebih dulu, hanya saja tidak pakai prosesi membawa gemblong. Setelah kedua pihak sepakat, barulah ada prosesi lamaran formal dari pihak perempuan dengan membawa gemblong lemet dan kawan-kawan. Setelah itu pihak laki-laki melamar balik dengan membawa gemblong juga.
Jadi, tradisi ini tidak merendahkan perempuan, apalagi dengan ancaman, “Nik gak gelem nglamar disik, yo dadi perawan tuwo”. Ini hanya persoalan formalitas dan urut-urutan prosesi. Bukan karena si laki-laki jual mahal.
- Tradisi ini hanya dilakukan kalau kedua pihak masih menganut tradisi yang sama. Kalau perempuan berasal dari daerah yang tradisinya perempuan dilamar, maka yang berlaku adalah tradisi umum ini, yaitu laki-laki melamar duluan.
- Adanya latar belakang sejarah walaupun sudah tidak relevan dengan zaman sekarang. Versi sejarah yang paling banyak dipercaya adalah cerita laki-laki kembar anak adipati Lamongan zaman dulu, yaitu Panji Laras dan Panji Liris.
Keduanya dilamar oleh sepasang perempuan kembar anak adipati Kediri, yaitu Andansari dan Andanwangi. Tapi lamaran ini ditolak oleh pihak Panji Laras-Liris dengan alasan ala sinetron FTV, karena ternyata betis Andanwangi dan Andansari berbulu lebat. Singkat cerita, hikayat ini berakhir dengan tragedi saling bunuh antara orang Kediri dan orang Lamongan.
Dari hikayat ini kemudian muncul pantangan, yaitu laki-laki Lamongan tidak boleh menikah dengan perempuan Kediri. Tentu saja tabu ini sudah tidak relevan dengan zaman sekarang.
Hikayat ini terjadi di penghujung era Kerajaan Majapahit. Tapi hikayat tentang perempuan melamar laki-laki sudah ada sebelum era Majapahit, yaitu legenda Ande-Ande Lumut yang dilamar oleh Kleting Kuning bersaudara. Legenda ini terjadi pada masa Kerajaan Jenggala, beberapa abad sebelum kisah Panji Laras dan Panji Liris.
Tidak seperti hikayat Panji Laras-Liris yang berakhir bunuh-bunuhan, hikayat Ande-Ande Lumut berakhir bahagia. Persis seperti ungkapan dongeng, “Akhirnya mereka hidup bahagia selama-lamanya.”
Jadi kalau ada perempuan Lamongan melamar laki-laki, anggap saja itu Kleting Kuning dan Ande-Ande Lumut yang sedang menuju hidup bahagia selama-lamanya.
———————————————————————————————-
Untuk memperoleh update info dari LamonganOke,
Laga Persahabatan: Persela All Star Hajar Persebaya All Star
Persela All Star kembali menggelar laga persahabatan. Jika sebelumnya melawan tim-tim dari desa, kini mereka menghadapi Persebaya All Star, Kamis sore (29/10). Laga itu dilangsungkan di Lapangan Garuda, Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.
Laga tersebut terbilang cukup spesial karena diisi beberapa pemain aktif yang berlaga di Liga 1.
Persela All Star memulai babak pertama dengan menurunkan para pemain yang sudah tak lagi muda, macam Ragil Sudirman. Demikian pula Persebaya All Star, mereka juga memainkan para pemain yang sudah berumur.
Di awal laga, Persela All Star cukup mendominasi. Namun beberapa kali serangan balik Persebaya All Star cukup membuat lini belakang Persela All Star kewalahan.
Ketika babak pertama sudah berjalan setengah pertandingan, Persebaya All Star mampu membuka skor yang membuat Persela All Star ketinggalan. Setelah gol itu terjadi, Persela All Star berupaya untuk bermain lebih menyerang. Sayang, beberapa peluang yang terjadi gagal berbuah gol.
Alhasil, kedudukan 0-1 untuk keunggulan Persebaya All Star berakhir hingga akhir babak pertama.
Di babak kedua, Persela All Star mengubah hampir semua pemainnya dan menggantikannya dengan para pemain lebih muda. Nama-nama seperti Birrul Walidain (Persela FC), Ahmad Nur Hardianto (Bhayangkara FC), dan Dendy Sulistyawan (Bhayangkara FC) dimasukkan untuk mengejar ketertinggalan.
Keputusan Persela All Star untuk memasukkan para pemain muda tersebut akhirnya berbuah hasil. Gol yang ditunggu-tunggu pun lahir dari kaki Hardianto setelah menerima umpan matang dari Dendy.
Selepas gol tersebut, serangan Persela All Star semakin menggebu-gebu. Alhasil, 3 gol kembali tercipta dari kaki Dendy, Birrul, dan pemain nomor punggung 9. Hingga peluit berakhir, tak ada lagi gol yang tercipta. Kedudukan 4-1 menutup laga sore itu.
Pertandingan tersebut tidak hanya menjadi tontonan warga sekitar, namun juga bagi pendukung Persebaya All Star. Ada hampir seratus Bonek (pendukung Persebaya) datang untuk melihat laga tersebut. Pendukung Persela pun tak mau kalah, Curva Boys pun ikut hadir untuk memeriahkan laga itu.
Seperti Ari yang jauh-jauh langsung datang dari Surabaya untuk menonton laga tersebut.
“Saya sedikit kecewa dengan laga itu, bukan hanya hasil pertandingan saja. Namun para pemain Persebaya All Star ternyata tidak sesuai seperti yang saya bayangkan. Padahal di poster yang beredar ada foto Anang Ma’ruf dan Evan Dimas. Namun kenyataannya, tidak ada kedua pemain tersebut,” imbuhnya.
Di sisi lain, Roni, warga Kecamatan Laren, mengaku cukup terhibur dengan pertandingan tersebut.
“Saya sudah cukup rindu menonton laga Persela. Terlebih lagi saya tidak pernah absen ketika Persela bertanding di Stadion Surajaya. Pertandingan ini cukup membuat saya terhibur, lebih-lebih di babak kedua,” ujarnya.
—- Informasi ini dipersembahkan oleh by.U, kartu internet cepat & murah—-
Tradisi Perempuan Melamar Laki-laki di Lamongan
Penulis: Safiroh Isvi Ayu Lestari
Di sebagian besar masyarakat Jawa, tradisi lamaran pada umumnya dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Tapi di sebagian desa di Lamongan, ada tradisi lamaran yang unik. Yang memulai proses lamaran bukan pihak pria melainkan pihak wanita.
Prosesnya tidak jauh berbeda dari lamaran pada umumnya. Keluarga wanita membawa rombongan lengkap dengan segala pernik seserahan (bingkisan) ke rumah keluarga pihak pria. Seserahan ini sesuai dengan tingkat sosial ekonomi keluarga wanita. Biasanya berupa makanan, pakaian, dan benda berharga lain, kadang berupa sepeda motor.
Lalu dalam waktu beberapa minggu kemudian pihak laki-laki wajib membalas lamaran tersebut dengan cara melakukan lamaran balik ke pihak wanita sambil membawa seserahan. Isi seserahan juga tergantung tingkat sosial ekonomi pihak pria. Biasanya berupa makanan, pakaian, dan perhiasan.
Kalau pihak wanita merasa terlalu lama menunggu lamaran balik, mereka biasanya akan mengutus wakil dari keluarga untuk mengingatkan pihak pria mengenai lamaran balik. Di acara lamaran balik inilah biasanya disepakati tanggal pernikahan.
Kebiasaan wanita melamar ini dilakukan turun-temurun, bahkan konon sudah menjadi tradisi sejak zaman kerajaan dulu. Pada masa itu awalnya proses lamaran dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Tapi kebiasaan ini berubah setelah ada sebuah peristiwa yang terkenal.
Konon pada masa itu ada seorang ningrat yang memiliki dua putra yang tampan rupawan. Ketampanan dua pemuda itu sangat terkenal dan akhirnya membuat pasangan putri kembar dari seorang tokoh ningrat lainnya terpikat. Singkat cerita, ayah dari wanita kembar itu mendahului melamar pihak laki-laki agar mau menikah dengan anaknya. Ia melawan tradisi karena sangat khawatir pemuda tampan itu memilih wanita lain.
Sejak saat itulah tradisi perempuan melamar laki-laki bukan hal yang tabu. Meskipun begitu tidak semua daerah di Lamongan menjalankan tradisi unik ini. Hanya beberapa daerah yang masih tetap mempertahankan tradisi ini sampai sekarang.
Kisah mengenai pemuda tampan dan perempuan kembar itu diduga masih berkaitan dengan legenda Ande-Ande Lumut. Cerita rakyat ini berlatar kisah yang terjadi di wilayah kerjaaan-kerajaan yang sekarang masuk ke dalam wilayah Jawa Timur, yaitu Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala, yang meliputi wilayah Sidoarjo sekarang.
Dalam legenda itu, pihak perempun yakni Kleting Kuning dan saudara-saudaranya, datang melamar pihak pria, yakni Ande-Ande Lumut. Dalam legenda ini, Ande-Ande Lumut berada dalam posisi memilih salah satu dari Kleting bersaudara. Kisah inilah yang tampaknya menjadi dasar tradisi unik di Lamongan yang masih bertahan hingga sekarang.
—- Informasi ini dipersembahkan oleh by.U, kartu internet cepat & murah—-
Mbah Lan, Penjual Gado-gado yang Umurnya Hampir Seabad
Di usia yang sudah hampir menginjak satu abad, Mbah Lan, begitulah orang-orang memanggilnya, masih tetap berjualan gado-gado dengan berjalan dan keliling dari desa ke desa. Ia memulai berjualan dari rumahnya, Desa Gampang Sejati pada jam 9 pagi hingga 4 sore.
Seperti gado-gado pada umumnya, jualan Mbah Lan juga berisikan lontong, kentang, telur, dan sayur-sayuran. Namun dengan harga Rp10.000 per porsi, gado-gado tersebut bisa dimakan untuk porsi berdua karena begitu banyaknya isian.
Mbah Lan sendiri baru berjualan setidaknya lima bulan di daerah Kecamatan Laren itu. Ia sebelumnya berjualan gado-gado di Surabaya. Namun karena pandemi Covid-19 membuatnya harus pulang dan berjualan di rumah. Saat masih berjualan di Surabaya, Mbah Lan mengontrak rumah dan berjualan dengan sistem yang sama, yakni mendorong gerobak.
“Saya baru berjualan di rumah ini hampir lima bulan. Sebelumnya, saya berjualan di Surabaya,” ujarnya.
Waktu pulang, Mbah Lan sebenarnya sudah dilarang oleh anak dan cucunya untuk berjualan lagi. Maklum, umurnya sudah menginjak 95 tahun. Meski demikian, ia terlihat bugar dan masih kuat mendorong gerobak gado-gadonya untuk berkeliling desa.
Saat ditanya mengenai resep bugar di usia senjanya itu, Mbah Lan hanya mengatakan satu hal.
“Makanan yang membuat sakit badan itu tinggalkan saja,” imbuhnya sambil tertawa.
Sebagai orang yang cukup tua, Mbah Lan masih tergolong sehat dalam indra penglihatan dan pendengarannya. Namun seperti orang tua pada umumya, ia juga tidak begitu memperhatikan sekitar dengan seksama. Hal itu yang membuatnya sempat tertipu oleh pembeli dengan membeli menggunakan uang mainan Rp100.000.
Kejadian tersebut sempat menjadi viral di Facebook. Cucu Mbah Lan dengan nama akun Facebook, Revi mengunggah foto uang mainan di akun pribadinya. Sontak saja, hal itu menjadi bahan pembahasan di media sosial.
Mengenai kasus itu, Mbah Lan hanya bisa pasrah dan mengembalikan semuanya kepada Tuhan.
“Uang sedikit saja kok sampai berbohong. Biar jadi urusannya dengan Tuhan,” imbuhnya.
Mbah Lan mengaku lebih menyukai pekerjaannya di rumah daripada saat di Surabaya. Selain karena dekat dengan keluarga, ia juga dibantu oleh anak dan cucunya dalam menyiapkan gado-gado. Tentu saja, hal tersebut sangat membantu.
Dengan porsi yang cukup banyak, dagangan Mbah Lan pun hampir tiap hari habis. Bahkan saking banyak dan enaknya, ia sudah memiliki langganan sendiri dari Kecamatan Solokuro hingga Kecamatan Maduran. Di gerobaknya tersebut terdapat spanduk kecil yang bertuliskan “Gado-gado Mbah Lan, Pasti Enak”.
Untuk mendapatkan gado-gado Mbah Lan, kalian bisa mencarinya di tiga titik. Ia biasanya mangkal di depan kantor Kecamatan Laren, pertigaan masuk Desa Taman Prijek, dan di Desa Laren. Tertarik membeli?
—- Informasi ini dipersembahkan oleh by.U, kartu internet cepat & murah—-
Tanam Melon dengan Metode Greenhouse, Menjanjikan!
Di musim kemarau seperti ini, para petani biasanya lebih memilih untuk menanam jenis-jenis buah, salah satunya adalah buah melon. Seperti yang dilakukan oleh Zed Firdaus (37) warga Desa Dadapan, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Namun cara yang dilakukan oleh Zed sedikit berbeda dari biasanya.
Jika para petani biasanya menanam melon di lahan sawah, Zed melakukan terobosan dengan menanam melon di tegal dekat rumahnya menggunakan metode greenhouse. Inovasi ini menjadi yang pertama di desanya tersebut. Ia membangun greenhouse itu dari tahun 2017.
Meski sempat dipandang aneh, Zed berhasil membuktikan bahwa inovasinya tersebut berhasil setidaknya hingga saat ini. Zed membangun greenhouse tersebut dengan biaya yang cukup mahal yakni 30 juta.
“Pembuatan greenhouse ini secara keseluruhan memakan biaya hingga 30 juta. Biaya pipanya sendiri saja habis hingga 7 juta. Meski terkesan mahal, namun ini bisa bertahan setidaknya hingga 5 sampai 7 tahun,” ujar Zed pada Rabu (9/9/2020).
Ukuran greenhouse ini memiliki lebar 10 meter dan panjang 25 meter. Untuk saat ini, jenis melon yang ditanam adalah varietas green flesh dan sudah berusia 45 hari. Buah baru bisa dipanen ketika sudah berusia 65 sampai 70 hari masa tanam.
Perlu diketahui, tanah yang berada di desa tersebut adalah tanah merah. Di mana lebih gampang menyerap air. Oleh karena itulah, air yang dibutuhkan pun cukup banyak.
“Untuk menyirami melon tiap harinya, setidaknya saya membutuhkan 2 tangki air berukuran 650 liter,” lanjutnya.
Greenhouse milik Zed ini terbuat dari dinding dan atap plastik. Plastik yang digunakan adalah jenis UV yang mampu menyaring sinar matahari. Selain itu, plastik tersebut juga berfungsi untuk melindungi tanaman dari derasnya hujan.
Jika musim panen tiba, Zed sudah memiliki mitra sehingga tak perlu lagi memikirkan untuk menjualnya. Bahkan waktu menanam melon jenis kinanti, ia mampu menghasilkan puluhan juta sekali panen.
“Saat bulan puasa tiba, tempat ini (greenhouse) saya ubah menjadi pasar ramadhan. Di mana orang-orang bisa beli sekaligus memetik langsung dengan harga yang cukup murah,” ucapnya.
Menurut Zed, metode greenhouse sendiri memiliki beberapa keuntungan daripada menggunakan lahan sawah. Salah satunya adalah bisa mengurangi hama tikus. Selain itu, penggunaan pestisida juga minim.
Selain menanam melon, greenhouse miliknya itu juga pernah ditanami sayur mayur seperti mentimun.
Menanam Padi Sistem Hidroponik
Di era yang serba modern seperti ini, apa pun bisa dibuat di rumah. Seperti halnya Rasmian, warga RT 19 RW 03 Desa Sekaran, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam padi sekaligus menyibukkan diri saat pandemi.
Saat ditemui di rumahnya, Jumat (29/5/2020), pekarangan berukuran 4 x 12 meter disulapnya menjadi kebun dan kolam ikan dadakan. Yang unik, di atas kolam ikan berukuran 3 x 5 meter ia membuat “sawah” untuk menanam padi dengan sistem hidroponik.
Kolam yang menggunakan alas terpal itu diisi dengan berbagai jenis ikan seperti nila, mujair dan tombro. Adapun jenis padi yang ditanam di 8 pipa hidroponik tersebut adalah padi mentik wangi susu dan jasmine.
Untuk mengerjakan hal tersebut, pria yang juga berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah menengah atas (SMA) di Lamongan itu tidak sendirian. Ia juga dibantu oleh mantan muridnya yang kebetulan menyukai dunia pertanian yaitu Somad.
Rasmian yang dibantu oleh Somad memulai menanam padi tersebut saat awal Bulan Februari. Kini di usia tanam yang hampir menginjak empat bulan, daunnya sudah mulai menguning dan butir-butir padi sudah siap dipanen.
Rencananya setelah menanam padi, Rasmian ingin kembali menyibukkan diri dengan menanam sayur-sayuran hidroponik seperti sawi dan selada.
“Perbedaan bertani di sawah dan di rumah hanyalah soal kebersihan. Kalau di lahan (pekarangan) seperti ini kita bertani tanpa kotor,” ujar Somad.
Pupuk yang digunakan untuk menanam padi sendiri adalah pupuk organik tanpa menggunakan pupuk kimia. Sedangkan gangguan hama yang paling berpengaruh adalah wereng.
“Untuk hama sebenarnya hampir sama dengan di sawah, cuma kalau di rumah lebih condong ke hama wereng karena terpengaruh oleh cahaya lampu. Itu bisa mengundang hama wereng untuk datang karena terdapat cahaya yang terang. Untuk penyakit sendiri, sejauh ini Alhamdulillah tidak ada penyakit yang menyerang,” lanjut pemuda berusia 24 tahun itu.
Biaya yang dihabiskan untuk membuat tanaman hidroponik tersebut mencapai 2,5 juta. Biaya mahal karena untuk membeli pipa paralon yang berukuran besar. Untuk penanaman selanjutnya, Rasmian tak lagi perlu mengeluarkan biaya sebesar itu.
Mungkin apa yang dilakukan oleh Rasmian di rumahnya bisa menjadi inspirasi buat orang yang bingung mencari kesibukan di rumah saat pandemi virus corona. Tertarik mencoba?
Mengenal Reptil dari Pencinta Satwa
Ada yang tidak biasa di Jalan Raya Jembatan Laren Desa Laren, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, setiap Minggu sore. Tempat yang biasanya biasa-biasa saja mendadak ramai.
Mendadak banyak hewan reptil di sana, mulai dari ular, musang, iguana, hingga biawak. Alih-alih takut, orang-orang yang ada di sana malah memegangnya dan berfoto bersama.
Pemandangan itu terlihat pada Minggu (30/6/2019). Komunitas Hewan Marvel memperlihatkan hewan-hewannya sembari mengedukasi masyarakat sekitar agar paham tentang hewan.
Komunitas ini merupakan kelompok para pencinta binatang, salah satunya reptil. Tetapi tak hanya reptil, mereka juga memiliki berbagai jenis binatang yang lain.
“Nama Komunitas Marvel sendiri memiliki kepanjangan yaitu Mamalia Reptil Aves Lovers. Mamalia adalah hewan menyusui, Reptil adalah hewan melata, Aves adalah hewan unggas dan Lovers adalah pecinta,” tutur Arif salah satu anggota Komunitas Hewan Marvel.
Orang yang datang ke sana dari berbagai kalangan. Ada yang hanya sebatas melihat-lihat, memegang, hingga menggendong binatang sembari menunggu azan magrib,” imbuhnya.
Komunitas ini baru terbentuk pada 1 April 2019. Komunitas ini bermula saat Arif dan teman-temannya mengikuti sebuah perkumpulan komunitas serupa di Lamongan bagian utara. Karena jarak yang begitu jauh akibatnya ia memutuskan untuk mendirikan komunits sendiri yang beranggotakan 7 orang saja.
“Awalnya kami ikut serta dalam salah satu komunitas yang ada di Lamongan bagian utara, namun karena jarak yang begitu jauh dan memakan waktu begitu lama untuk berkumpul, akhirnya kami membuat komunitas di daerah kami,” imbuhnya.
Untuk hewan-hewannya Arif mendapatkan kebanyakan dari peternak.
“Bagi siapapun boleh gabung ke komunitas kami. Tidak harus punya hewan, asal punya minat yang serius kepada hewan. Sekaligus tukar pengetahuan dan saling belajar bersama tentang hewan,” lanjutnya.
Salah satu target lanjutan komuntas ini adalah mengedukasi dan sosialisasi ke sekolah-sekolah dari TK hingga SMA. Mereka untuk mengenalkan hewan-hewan itu kepada para siswa. Agar mereka tahu, misalnya, mana ular berbisa dan tidak berbisa, serta cara penanganannya.
“Kejadian paling unik yang pernah teman saya alami, pernah digigit ular 3,5 meter. Tapi karena penanganan yang tepat, dia tidak kenapa-kenapa. Meskipun sudah pernah digigit ular tapi dia masih suka pelihara ular. Alasnnya karena hobi,”imbuhnya.
Tujuan komunitas ini adalah mengubah mindset masyarakat bawasannya semua jenis binatang, reptil khususnya, itu tidak selamanya menakutkan dan berbahaya. Asalkan tau penanganannya.
Belajar dan Bermain Bersama Perpustakaan Sejati
Masih rendahnya minat baca di masyarakat membuat beberapa anak muda bergerak untuk mendirikan sebuah perpustakaan keliling. Mereka menamakannya Komunitas Perpustakaan Sejati (KPS).
Perpustakaan Sejati sendiri baru berdiri awal Bulan Januari 2019. Berada di Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, komunitas ini berisikan anak-anak muda setempat yang kebanyakan masih mahasiswa.
Afriko (22), salah satu anggota Komunitas Perpustakaan Sejati mengungkapkan, berdirinya komunitas ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak muda terutama anak sekolah dasar agar tidak melulu bermain gadget.
“Target kami adalah anak-anak kecil, supaya mereka bisa meninggalkan gadget dan lebih suka membaca buku. Agar bisa menjadi generasi emas di masa depan,” ucapnya.
Sabtu (20/4/2019), mereka terjun untuk kedua kalinya. Bertempat di MI Hidyatul Ummah Gampangsejati.
“Terjun pertama kali pada Bulan Februari di SDN Gampangsejati. Kemudian lanjut yang kedua kami di MI Hidayatul Ummah ini,” imbuhnya.
Komunitas tersebut membuka lapak dan menggelar karpet di halaman sekolah dan di antara pepohonan yang rindang. Ada sekitar 200 koleksi buku yang disediakan untuk bahan bacaan anak-anak dan para guru.
Buku-buku tersebut dapat dibaca secara gratis bahkan dapat dipinjam oleh siswa maupun guru.
“Alhamdulilah, respons para siswa dan guru sangat mendukung dan senang adanya perpustakaan keliling ini,” imbuh mahasiswa Universitas Merdeka Surabaya semester 8 tersebut.
Tak hanya menyedikan buku, anggota komunitas itu juga memberikan kegiatan lain, seperti ice breaking, game dan bahkan bernyanyi bersama.
“Kami tidak hanya mengajak siswa untuk membaca tetapi mengajak mereka juga untuk bernyanyi lagu wajib nasional. Supaya mereka tidak hanya menghafal lagu-lagu pop ataupun dangdut,” ucap Mahasiswa Jurusan Ekonomi tersebut sambil tertawa.
Semua buku koleksi yang dimiliki komunitas tersebut sebagaian besar didapat dari hasil sumbangan. Ada sumbangan perseorangan, ada juga dari komunitas perpustakaan lain.
“Kami bersyukur masyarakat sekitar mengapresiasi kegiatan dari Komunitas Perpustakaan Sejati. Senyum, tawa, dan gembira dari anak-anak sekolah dasar ini membuat kami semangat dan ingin terus melapak,” tuturnya.
Kepala MI Hidayatul Ummah, Irfa’i, mengatakan, sangat mendukung dan merespon positif adanya perpustakaan yang didirikan oleh Pemuda Desa Gampangsejati.
“Bangga ketika ada generasi muda baik dari alumni SD maupun MI sudah perduli terhadap adek-adek kita. Apalagi ini sudah jadi program bapak bupati yaitu literasi,” ucapnya.