ALAM

Info Lengkap 12 Pantai di Lamongan, Banyak yang Gratis

Selama ini pantai di Lamongan yang paling terkenal mungkin hanya Tanjung Kodok di Paciran dan Pantai Kutang di Labuhan, Kecamatan Brondong. Padahal sebetulnya hampir di semua desa di sepanjang pesisir Lamongan ada pantai yang bisa dikunjungi wisatawan. Mari kita lihat satu-satu mulai dari wilayah barat. 

Pantai-pantai di Lamongan memang tidak semulus pantai-pantai di Tuban atau Pantai Delegan Gresik. Sebab pantai di Lamongan aslinya adalah bekas kawasan hutan bakau.

Ada yang masuknya gratis. Hanya bayar parkir. Ada juga yang tiket masuknnya Rp 5.000.

Semua pantai di Lamongan ombaknya kecil. Tidak seperti pantai-pantai selatan Jawa yang ombaknya besar-besar. Ombak Pantura paling besar biasanya hanya berlangsung di awal musim hujan. Kalau ombaknya besar, biasanya pantai ditutup untuk wisatawan.

1. Pantai Joko Mursodo, Lohgung, Kecamatan Brondong

Google Maps klik di sini. Kelemahan utama pantai ini adalah lokasinya yang cukup jauh dari Jalan Raya Deandels. Tidak ada angkutan umum. Harus pakai kendaraan pribadi.

Di sini siang hari cuacanya cukup panas. Jangan lupa bawa topi, kacamata hitam, dan tabir surya.

Pantai Joko Mursodo berpasir lembut yang bercampur dengan karang. Tipikal bekas hutan bakau. Di sepanjang pantai kita masih bisa melihat bongkot-bongkot bakau. Sayang sekali, pantai ini harusnya bisa lebih indah andai saja hutan bakaunya dilebatkan kembali.

Jika Anda ingin mencicipi sajian kuliner paling khas di daerah ini, Anda bisa mencoba rujak engos-engos. Engos-engos adalah rumput laut yang dipanen dari tambak-tambak di sekitar pantai. Ini sajian khas yang tidak ada duanya di tempat lain. Bahkan di Lamongan pun sulit dijumpai. Tempatnya di Dusun Ganting, Desa Lohgung. Lokasinya silakan ditanyakan ke penduduk setempat.

Instagram: jokomursodobeach/

pantai joko mursodo lamongan
Foto: Aji Rusanto
pantai di lamongan
Foto: m_ilmiyah/

Foto: hrlaksana

2. Pantai Kutang, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong

Di sebelah timur Pantai Joko Mursodo, sekitar 5 km, ada Pantai Kutang, di Desa Labuhan, masih di Kecamatan Brondong. Pantai ini lebih dulu terkenal gara-gara namanya yang provokatif. Dibandingkan Pantai Joko Mursodo, Pantai Kutang lebih indah, lebih tertata karena memang lebih dulu dikelola sebagai tempat wisata. Garis pantainya lebih panjang, hamparan pasirnya lebih luas. Lebih enak buat anak-anak untuk bermain air.

Foto: wisatapantaikutang/
Foto: coemamdini/

UPDATE 2024:

Pasir yang digunakan untuk lesehan di gambar di atas ini sekarang sudah luruh terbawa ombat ke laut. Jika air sedang surut, kita sudah tidak bisa lesehan di tempat ini. Karena itu sebaiknya Anda datang pada saat air sedang pasang. Bagaimana kita tahu air sedang pasang?

Selengkapnya bisa dibaca di sini. Atau, Anda bisa bertanya lewat DM di media sosial kami sebelum berangkat ke sini. Waktu terbaik ke sini adalah puncak musim kemarau ketika cuaca sedang panas-panasnya. Ini rahasia. Selengkapnya baca di sini.

Pantai ini sudah berbayar. Ada tiket masuknya.

TiketTarif
Masuk per orang5.000
Parkir sepeda motor2.000
Parkir mobil6.000
Parkir bus10.000
Prewedding100.000

Google Maps klik di sini.

3. Pantai Wedung, Sedayulawas, Brondong

Pantai ini tidak begitu dikenal kecuali oleh penduduk setempat. Sampai sekarang masih gratis. Lokasinya tersembunyi. Hanya bisa dijjangkau dengan sepeda motor. Mobil tidak bisa masuk ke sini karena jalannya berupa jalan setapak melewati pematang tambak.

Tempatnya ada di Dusun Wedung, sebelah barat-utara Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong. Dari jalan raya Daendels, jalan masuknya ada di sebelah barat jembatan Sedayulawas, melewati Dusun Wedung. Sampai di lapangan desa, persis di depan musala, kita belok kanan, mengikuti jalan setapak berliku-liku.

Pantai Wedung ini memiliki bagian yang berpasir putih dengan panjang beberapa belas meter. Memang tidak panjang tapi cukup untuk tempat bermain anak-anak. Pada saat air surut, bagian pasir ini tidak terendam air. Tapi jika air sedang pasang, bagian berpasir ini terendam air laut. Cocok untuk tempat bermain anak-anak. Pada sore hari di tempat ini bahkan ada penjual makanan dan minuman seperti es cokelat dan mi instan.

Google Maps klik di sini.

4. Pantai Pelabuhan Sedayulawas, Kecamatan Brondong

Pantai di desa ini sekarang disulap menjadi tempat wisata yang cukup ramai. Tapi wisata ini hanya berlangsung di hari Jumat pagi dan Minggu pagi. Di luar hari itu, pantai ini sepi.

Tempat wisata baru ini sebetulnya adalah bangunan Pelabuhan Sedayulawas. Tapi pelabuhan ini belum beroperasi dan sekarang dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat. Di sini ada lapangan yang luas, lintasan jalan mulus untuk lari, dan tempat duduk persis di pantai. Pada hari Sabtu dan Minggu pagi, ratusan orang berbondong-bondong ke sini.

pantai di lamongan sedayulawas

Di sini juga ada penjual aneka makanan, jajanan, mainan, perpus dadakan, dan sebagainya. Kami sudah pernah menulisnya. Selengkapnya silakan baca di sini.

5. Pelabuhan Nasional Brondong

Ini sebebetulnya bukan pantai alami melainkan pelabuhan hasil reklamasi. Meski begitu, tempat ini bisa dikunjungi wisatawan. Di sini kita bisa melihat perahu-perahu nelayan yang sedang ditambatkan. Ini adalah objek foto paling menarik dan membedakannya dengan pantai-pantai lainnya.

pelabuhan di lamongan

Di sebelah timur pelabuhan ini kita bisa mengunjungi Monumen Van der Wijck. Kalau lapar, kita bisa makan di Warung Mak Yah, lokasinya persis di seberang pintu masuk pelabuhan. Di warung ini kita bisa menikmati hidangan aneka ikan laut secara prasmanan dengan harga yang bersahabat.

6. Pantai Kandang Semangkon, Paciran

Pantainya sempit karena memang aslinya bukan tempat wisata. Hanya kebetulan di sini ada satu spot foto favorit para selebgram lokal, dengan latar belakang bakau dan perahu kandas. Lokasi pantai ini ada di sebelah barat Kafe Aola. Ini bukan tempat bermain, hanya untuk berfoto satu jepretan.

Foto: kholifatul ummah

Update:

Sekarang di Pantai Pengkolan ini ada satu spot yang bagus untuk menikmati senja. Di sini ada kedai Kopi Senja Pukul 5. Sayangnya, untuk orang luar Lamongan, untuk bisa menikmati pantai ini, kita harus menunggu sampai petang. Jadi pulangnya pasti malam hari.

7. Pantai Kafe Aola, Paciran

Lokasinya ada di Desa Kandang Semangkon, Paciran. Pantai di kafe ini berpasir lembut. Cocok buat tempat anak-anak bermain. Garis pantainya hanya 20 meter karena memang ini hanya bagian tepi dari Kafe Aola.

Tak hanya pantai, di sini juga ada wahana bermain lain seperti bianglala. Karena pantai ini ada di kawasan kafe, kita harus masuk kafe untuk bisa menikmatinya. Tapi tenang saja, harga menunya terjangkau. Selengkapnya tentang kafe Aola bisa dibaca di sini.

Update: Bagian pantai yang berpasir putih sekarang sudah direklamasi dengan beton dan menjadi tempat duduk, persis di tepi air. Anak-anak tidak lagi bisa bermain di dalam air. Akan tetapi kafe Aola ini tetap bisa menjadi pilihan untuk mengajak semua anggota keluarga menikmati pantai. Anak-anak bisa bermain di arena permainan anak-anak.

Pantai kafe ini punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh pantai lain. Lokasinya persis di tepi jalan raya Daendels. Paling mudah dijangkau sembari lewat. Parkirnya luas. Kursinya ratusan. Bisa untuk sekadar bersantai. Bisa juga untuk pertemuan yang serius. Tidak ada tiket masuknya. Hanya kita harus memesan makanan atau minuman di kafe.

8. Pantai Lorena, Paciran

Nama “Lorena” adalah singkatan dari Lore Nanjan, yang artinya sebelah utara Desa Penanjan. Ini pantai umum, masuknya tidak dipungut biaya. Tapi pantainya bukan pantai berpasir melainkan berbatu. Lantai pantai adalah batu karang yang licin. Jika air laut sedang surut, kita bisa turun ke pantai tapi harus hati-hati. Lokasi pantai ini persis di sebelah barat Wisata Bahari Lamongan. ‘

Pantai berada persis di pinggir Jalan Raya Deandels. Tanpa direncanakan pun kita akan melewati pantai ini jika melewati Paciran, misalnya ke WBL, Maharani, atau Aola. Pantainya memang tidak begitu indah tapi eksotik karena berlantai karang dan terbuka. Cocok buat fotografi senja. Jangan lupa, kalau lewat Paciran, untuk mampir di Rujak Mak Tas, rujak legendaris Pantura. Kalau lapar, kita bisa mampir di Taman Kuliner Paciran yang letaknya hanya beberapa puluh meter dari Pantai Lorena.

Foto: fendy_lavigne/

9. Pantai Tanjung Kodok, Paciran

Ini pantai yang sudah kondang. Sayangnya, pantai ini sekarang milik Wisata Bahari Lamongan (WBL). Untuk menikmatinya, kita harus masuk ke WBL dengan tiket yang lumayan mahal. Kelebihannya tentu saja ada banyak wahana permainan air di sini. Kita bisa naik perahu atau sepeda air. Tidak cuma mencelupkan kaki di pantai.

Di sini kita juga bisa melihat batu tanjung berbentuk kodok yang menjadi asal-usul nama tempat ini. Tempat wisata ini memiliki banyak sekali wahana permainan. Cocok buat liburan lebaran atau libur sekolah. Kalau ke sini jangan lupa membawa ganti baju karena cuaca di sini panas dan hampir pasti baju kita basah karena kena air.

10. Pantai Tunggul, Kecamatan Paciran

Pantai Tunggul ada di sebelah timur WBL. Belum terkenal. Bukan tempat bermain. Baru dalam proses dikembangkan menjadi tempat wisata. Sekarang baru ada satu spot foto. Bolehlah kalau dikunjungi, sekadar mampir sebentar untuk satu dua jepretan.

Foto: very_oi/

Update 2024:

Pantai Tunggul ini tidak begitu berhasil dijadikan sebagai tempat wisata. Sampai sekarang masih sepi. Jembatan untuk berfoto ini sekarang terbengkalai. Akan tetapi sebetulnya pantai ini bisa dijadikan alternatif untuk tempat bermain bersama anak.

Pantai ini punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh pantai lain di Lamongan. Sampai sekarang masih gratis. Tidak ada tiket masuknya. Pantai ini juga barusan dikeruk. Airnya cukup dalam. Saat air sedang pasang, ketinggian air mencapai beberapa puluh sentimeter. Anak-anak bisa menceburkan diri di sini.

Makin asyik kalau gelombang sedang cukup besar. Anak-anak akan merasakan sensasi diayun-ayun oleh gelombang. Gelombang laut sebetulnya atraksi yang sangat menyenangkan buat anak-anak. Di kolam renang Malindo saja, atraksi yang paling ditunggu pengunjung adalah Atraksi Ombak. Pengunjung harus menunggu beberapa jam untuk merasakan ombak. Di Pantai Tunggul, ombak datang tiap 10 detik dan gratis.

Kelemahannya, dasar pantai berbatu-batu besar. Anak-anak harus memakai sandal agar kaki tidak lecet kena batu.

Setelah bermain di pantai, kita bisa mengajak anak makan di kafe yang berada persis di pantai. Di sebelah kafe ada tempat bermain buat anak-anak TK. Sembari orangtua makan, anak-anak bisa bermain di sebelah kafe.

11. Pantai Maldives (Kempala) Kemantren, Paciran

Namanya agak mengagetkan: Maldives. Ini adalah mimpi agar Pantai di Desa Kemantren ini bisa seindah dan seterkenal wisata Maladewa. Lokasi pantai ini dekat dengan situs wisata religi, Masjid al-Abror dan makam yang dipercaya sebagai makam Maulana Ishak (ayah Sunan Giri). Sekali jalan bisa mengunjungi dua tempat wisata sekaligus.

Lokasi pantai juga tidak begitu jauh dari Jalan Raya Deandels. Hanya beberapa ratus meter. Jalannya juga cukup lebar buat kendaraan besar karena memang makam Maulana Ishak adalah tempat wisata religi yang banyak dikunjungi peziarah dengan bus-bus besar.

Foto: khurotaayun_0976/
Foto: mbahkakung_ig/

12. Pantai Putri Klayar, Sidokelar, Paciran

Pantai ini sebetulnya sangat potensial dikembangkan menjadi tempat wisata setara Pantai Delegan Gresik. Lokasinya memang tidak jauh dari Delegan. Pasirnya juga lembut mirip Delegan. Pantainya landai, ombaknya tidak besar, garis pantainya juga panjang. Sayang, pantai ini belum dikelola dengan baik. Jika saja dikelola sebagai tempat wisata, Putri Klayar bisa saja menjadi pantai di Lamongan nomor satu.

Kami sudah pernah menulis tentang pantai ini. Selengkapnya silakan baca di sini dan di sini.

UPDATE 2024:

Saat ini Pantai Putri Klayar terus dibenahi dan semakin akrab buat wisatawan. Pantai ini sangat cocok dijadikan tempat melakukan kegiatan alam bersama kawan-kawan. Seperti yang dilakukan oleh Mutiara Firdausy dan kawan-kawan ini. Bisa juga buat berkemah, bahkan buat foto pre-wedding pun bagus.

SAINS

Berkebun Modal Sampah (Bagian 1)

Di Lamongan ada banyak sekali penjual es degan. Di wilayah Pantura, sekarang ini sedang ngetrend es degan jumbo. Dulu es degan harganya satu gelas biasa Rp5.000. Sekarang dengan uang yang sama kita bisa mendapat es degan gelas jumbo. Persaingan antara penjual es degan semakin ketat. Penjual es degan muncul di mana-mana. 

Imbasnya, sampah es degan juga semakin banyak. Sampah-sampah ini biasanya dibuang di tempat sampah, lalu dibakar begitu saja. Sebagian bahkan dibuang begitu saja di pinggir jalan. Padahal sampah degan ini sebetulnya termasuk sampah dengan nilai ekonomi yang sangat tinggi. Bisa diolah menjadi cocopeat lalu dijadikan media tanam.

Saat ini harga cocopeat rata-rata masih Rp5.000 perkilo. Masalahnya, mengubah sampah degan menjadi cocopeat ini masih terbilang sulit. Biayanya juga mahal. Kalau kita sekadar mau membuat cocopeat untuk menanam tanaman hias di samping rumah, kita bisa pakai cara parut manual.

Parutan bisa kita buat dari bahan lembaran logam yang kuat, misalnya bekas parutan kelapa yang sudah tidak terpakai. Atau, kalau tidak ada, kita bisa membuatnya dari bekas wadah kaleng susu. Gambar parutan di bawah ini dibuat dari bekas parutan kelapa yang sudah tumpul. Parutan ini lalu dilubang-lubangi dengan paku. Bekas tusukan paku ini akan membuat besi menjadi lebih kasar dan bisa digunakan untuk memarut sabut kelapa.

Sampah kelapa itu tinggal kita parut menjadi serbuk cocopeat. Tapi sampai di sini, urusannya masih belum selesai. Cocopeat ini tidak bisa langsung kita pakai menanam karena kandungan taninnya masih tinggi dan bisa merusak akar tanaman. Cara paling mudah menghilangkan cocopeat adalah dipendam selama sekitar sebulan di dalam tanah bersama dengan sampah-sampah dapur yang sudah dihaluskan.

Bakteri akan mengurai sampah dapur dan cocopeat ini menjadi pupuk organik yang bisa dijadikan media tanam. Cocopeat ini bisa dijadikan media tanam tanpa tanah. Bisa juga dicampur dengan tanah liat. Media tanam ini sudah cukup subur walaupun tidak ditambah dengan pupuk kandang.

Kelemahan dari cara ini adalah produksi cocopeat tidak begitu banyak karena kita harus memarut manual. Kalau kita ingin produksi cocopeat yang lebih banyak, kita bisa membuat parutan mesin dengan dinamo bekas, misalnya bekas pompa air. Untuk parutannya kita bisa menggunakan parutan kasar kelapa yang bisa dibeli di Shopee, seharga Rp20.000. Atau, kita bisa juga menggunakan parutan yang dibuat dari bekas kaleng susu.

Kelemahan dari cara ini adalah kita harus menjadi tukang bengkel karena harus bisa memodifikasi dinamo bekas. Selain itu kita harus membayar biaya listrik. 

Selain dua cara di atas, ada satu cara lagi yang paling murah, yaitu cara geprek. Jadi, sampah degan kita pukul-pukul dengan palu godam sampai mudah dijadikan serabut. Serabut ini lalu dipendam di dalam tanah bersama dengan sampah dapur. Tapi proses pemendaman ini lebih lama, sekitar 3 bulan, baru bisa dijadikan campuran media tanam. Waktu pendam lebih lama karena kelapa masih dalam bentuk serabut, bukan cocopeat yang halus. 

Kelebihan dari cara ini adalah tanpa biaya sama sekali. Kapasitas produksi juga bisa lebih banyak karena palu godam bisa menggeprek sampah kelapa lebih banyak daripada parutan manual maupun mesin.

Kekurangan lain dari cara ini adalah hasil akhirnya yang tidak selembut cocopeat. Walaupun sudah difermentasi selama 3 bulan, serabut ini tidak bisa selembut cocopeat. Memang serabut ini sudah bisa dijadikan media tanam tetapi harus dicampur dengan tanah karena memang kurang lembut. Tapi jangan khawatir, media tanam ini juga sangat subur.

Selanjutnya, baca Berkebun Modal Sampah (Bagian 2).

ALAM

Adu Cantik: Pantai Delegan vs Pantai Kutang vs Pantai Klayar

Pantai Delegan sebetulnya sudah masuk wilayah Gresik, bukan di Lamongan. Namun lokasinya dekat sekali dengan perbatasan Lamongan-Gresik pesisir sehingga memang sering menjadi tujuan wisata warga Lamongan.

Pantai Delegan sering dibandingkan dengan Pantai Kutang di Brondong dan Pantai Klayar di Paciran. Buat yang masih belum pernah mengunjungi tiga pantai ini, kami beri sedikit gambaran perbandingannya.

Keindahan Alam

Dari ketiga pantai ini, sebetulnya yang paling bagus adalah Pantai Delegan. Pasir putihnya membentang paling lebar dan panjang. Lebarnya beberapa puluh meter. Panjangnya beberapa ratus meter. Total luasnya sekitar 1,5 hektare. Paling cocok buat tempat bermain anak-anak. Di sini anak-anak bisa menceburkan diri ke dalam air dan bermain pasir di pantai. Bahkan orang dewasa pun bisa berenang karena airnya cukup dalam. 

@lilydooot

emang boleh seindah ini??! gresik punya pantai pasir putih lohh. yukk agendain main kesini 🌊🫧🐚🐟 #beachvibes #pantaigresik #pantaidalegan

♬ suara asli – mygallery – liliyput

Pantai Delegan adalah pantai terbaik di pesisir utara Jawa Timur. Sayangnya, pantai ini sekarang sudah terlalu ramai. Pada hari libur nasional, pantai ini ramai seperti pasar. Kemriyek. Kalau Anda ingin mengajak anak-anak sekeluarga bermain di pantai, Delegan adalah pilihan terbaik. Tapi kalau niatnya ingin berburu foto-foto estetik, rekomendasi kami adalah Pantai Klayar. Pantai ini masih belum begitu ramai dan masih alami. 

Pilihan terbaik kedua untuk tempat bermain anak adalah Pantai Kutang. Di sini juga ada bagian pantai berpasir putih walaupun tidak seluas dan sepanjang Pantai Delegan. Pantai Kutang juga sudah dikelola dengan baik sebagai tempat wisata walaupun umurnya baru beberapa belas tahun belakangan.

Adapun Pantai Klayar adalah pantai yang paling alami. Nama aslinya Pantai Putri Klayar tapi orang-orang menyebutnya Pantai Klayar saja. Pantai ini masih dalam tahap awal dikelola sebagai tempat wisata. Pantainya juga berpasir putih dan cukup panjang sampai beberapa ratus meter. Tapi tidak selebar Pantai Delegan. 

Kelemahannya, keindahan pantai akan berkurang drastis kalau air sedang surut. Saat air surut, pantainya kering sebab dasarnya batu karang. Pantai ini paling cocok dijadikan sebagai tempat berkegiatan alam bersama kawan-kawan. Di sini ada tempat yang bagus untuk berkemah.

Akses Menuju Pantai

Dari jalan raya Daendels, tiga pantai ini lokasinya kira-kira sama, lebih kurang 1 sampai 2 km. Mudah dijangkau. Jalannya sudah sama-sama beraspal. Namun, Pantai Delegan paling mudah dijangkau karena memang pantai ini sudah puluhan tahun menjadi lokasi wisata. Tempat parkirnya paling luas. 

Keunggulan lain, pantai ini mudah kita jangkau dengan kendaraan umum. Dari Terminal Osowilangun kita bisa naik bus mini warna hijau, turun di pertigaan Delegan, di Kecamatan Panceng, Gresik. Dari sini kita bisa naik ojek. 

Pilihan kedua, Pantai Klayar. Pantai ini juga bisa dijangkau dengan kendaraan umum. Misalnya kamu ingin berkemah di sini bersama kawan, kamu bisa naik bus mini dari Terminal Osowilangun, turun di pertigaan Desa Sidokelar menuju ke Pantai Klayar. 

Di pertigaan ini belum ada tukang ojek. Tapi jika kamu berangkat ke sini dengan tujuan berkegiatan alam, kamu bisa berjalan kaki sampai pantai. Jaraknya hanya sekitar 1 km.

Yang paling jauh dari mana-mana adalah Pantai Kutang. Memang pantai ini juga tidak jauh dari jalan raya Daendels. Namun, pantai ini berada di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong. Cukup jauh dari pusat keramaian pesisir Lamongan di Paciran. Bus mini dari Osowilangun tidak lewat ke sini. Jalur ini hanya dilayani angkutan Mitsubishi L300 jurusan Tuban-Blimbing. 

Kalau kita hendak pergi ke sini tanpa kendaraan pribadi, mobil L300 inilah satu-satunya angkutan yang tersedia. Kita bisa turun di perempatan menuju Desa Labuhan. Di perempatan ini kita bisa naik dokar sampai ke gerbang desa menuju pantai.

Tiket Masuk Pantai

Dari ketiganya, yang paling mahal adalah Pantai Delegan. Tiket masuknya Rp10.000 per orang. Maklum, pantai ini memang tempat wisata yang cukup besar dan terkenal.

Tiket Masuk Pantai DeleganTarif
Masuk per orang dewasa dan anak10.000
Parkir sepeda motor2.500
Parkir mobil6.000
Parkir bus10.000

Sementara tiket masuk Pantai Kutang hanya Rp5.000 orang. 

Tiket Masuk Pantai KutangTarif
Masuk per orang5.000
Parkir sepeda motor2.000
Parkir mobil6.000
Parkir bus10.000
Prewedding100.000

Pantai Klayar sejauh ini baru dalam proses dikembankan sebagai tempat wisata seperti Pantai Kutang. Pada saat kami datang, bahkan belum ada tiket masuk. Tapi ke depan hampir pasti ada tiket masuknya. Kemungkinan besar sama dengan Pantai Kutang, Rp5.000 per orang.

Fasilitas Pendukung Wisata

Dari ketiganya, yang fasilitasnya paling bagus adalah Pantai Delegan karena memang ini tempat wisata besar. Di sini ada penyewaan pelampung, perahu bebek, perahu pisang. Pengunjung bisa naik perahu bebek yang dikayuh dengan pedal menuju agak ke tengah laut. Tempat istirahat, warung, toilet, masjid, tempat parkir yang luas, toko oleh-oleh, penjual ikan asap khas Gresik, semua tersedia dengan baik.

Di Pantai Kutang juga sudah ada fasilitas dasar tempat wisata seperti tempat mandi, musala, warung, dan tempat duduk. Tapi di sini tidak ada perahu bebek karena memang airnya tidak cukup dalam. Bahkan kalau air sedang surut, pantai ini menjadi tidak begitu bagus. Beda dengan Pantai Delegan. Walaupun air sedang surut, pantai masih bagus karena bentang pasir putihnya lebih merata.

Jam Buka

Jam buka Pantai Delegan hari biasa pukul 7 pagi. Hari Jumat Sabtu Minggu buka pukul 05 pagi. Di sini hari Jumat disetarakan dengan hari libur karena memang banyak sekolah Muhammadiyah atau NU yang liburnya hari Jumat.

Senin–Kamis07.00 – 17.00
Jumat–Minggu05.00 – 17.00

Jam buka Pantai Kutang setiap hari pukul 07.30 – 17.30. Tapi kalau sedang sepi pengunjung, kadang petugas baru datang lewat pukul 08.00.

Pantai Klayar karena belum memiliki pintu masuk resmi, jam bukanya masih belum ditentukan. Kondisi pantai di pesisir Lamongan relatif sama, jadi kita bisa datang pukul 07.00 dan pulang pukul 17.00 kecuali kita mau menginap, misalnya berkemah.

BERITA

Hantu Herlina di Film Munkar: Ada Lamongan Coy!

Bulan ini ada film baru, judulnya Munkar. Sekilas terdengar seperti judul film Rhoma Irama, Tapi ini adalah film horor. Judulnya pakai bahasa Arab karena film ini mengambil latar sebuah pesantren. Tidak jelas lokasi pesantren ini tapi di film ini nama pesantrennya ar-Rahimu di Bengiratus di Lamongan. 

Lamongan, Coy.

Alur Cerita Film

Seorang santriwati bernama Herlina sering menjadi sasaran bullying temannya di pesantren. Suatu kali ia berusaha kabur dari pesantren. Tapi nahas, ketika berusaha kabur itu ia ditabrak mobil dan mati. Tapi keesokan harinya ia malah kembali ke pesantren, kali ini sebagai hantu Herlina, yang meneror para santri. 

Ada perbedaan antara cerita hantu Herlina yang sempat viral di Tiktok dengan gambaran hantu Herlina di film. Versi Tiktok menyebut, Herlina kabur dari pesantren karena ketahuan mencuri cincin milik bu nyai.  

Apa pun versinya, intinya ini adalah cerita soal hantu, bukan kehidupan pesantren yang sesungguhnya. Mana ada hantu mondok di pesantren? 

Apakah Cerita Hantu Herlina Ini Kisah Nyata?

Mana mungkin, Coy. Di trailer film ini, dikatakan bahwa kisah ini diangkat dari urban legend. Bahkan sebagai urban legend saja layak dipertanyakan. Kami sebagai orang Lamongan saja tidak pernah mendengar cerita ini sebelumnya. Ini hanya khayalan penulis skenarionya saja. Mana ada pesantren di Lamongan yang santriwatinya keluyuran keluar pesantren di malam hari? Apalagi pesantrennya ada di tempat terbuka.

Satu-satunya hantu di Lamongan hanya ada di Paciran. Hantu ini menakut-nakuti orang hanya di siang hari. Yang paling lucu, banyak orang malah ingin ditakut-takuti oleh hantu ini. Saking inginnya ditakut-takuti, mereka sampai harus membayar tiket.

Ya, hantu ini tinggal di wahana rumah hantu Wisata Bahari Lamongan.

Kita tahu industri film akan mengeksploitasi apa saja yang bisa dijual. Belakangan ini sedang marak film-film horor berlatar kehidupan religius seperti Khanzab atau Siksa Neraka. Bahkan platform penulisan novel yang cukup besar, Kwikku, baru-baru ini juga mengadakan lomba penulisan novel horor berlatar pesantren. Novel yang menang akan dibuat filmnya oleh rumah produksi Falcon Picture.

Ini sebetulnya adalah potret buram masyarakat Indonesia. Kita masih senang dengan cerita hantu-hantuan. Film horor bisa menjadi film box office. Salah satunya tentu saja adalah film KKN di Desa Penari, yang tahun lalu menjadi salah satu film yang paling ditunggu warga Lamongan sebelum Bioskop NSC dibuka kembali.

Pondok Pesantren Hantu Herlina di Mana?

Di film, nama pesantrennya Ar-Rahimu. Nama yang sungguh kocak. Tidak ada pesantren dengan nama ini di Lamongan. Nama desanya Bengiratus. Tidak ada nama desa begini di Lamongan. Tidak disebutkan nama kecamatannya. Papan nama pesantren di film hanya menyebut nama desa dan langsung nama kabupaten Lamongan. 

Konon katanya cerita hantu Herlina ada di pesantren di Lamongan dekat Jombang. Jadi mungkin di daerah Ngimbang. Itu kalau sampeyan percaya, sih.

OPINI

Minum Jamu Tanpa Terasa Minum Jamu

Dokter C. L. Van der Burg, salah seorang pakar kesehatan masyarakat tropis zaman kolonial Belanda, menulis sebuah buku yang unik pada tahun 1896. Judulnya Boekoe Segala Roepa Penjakit dan Obatnja, Bergoena kapada segala orang boemi-poetera di Hindia-Nederland dan orang Tjina. Walaupun ia lulusan pendidikan kedokteran Barat, di buku ini dia banyak memberikan saran pengobatan tradisional khas Nusantara, terutama dalam hal penggunaan jamu. 

Ia memadukan teknik pengobatan ala dokter dengan pengobatan tradisional yang diejek orang Belanda sebagai “kabanjakan kali tiada betoel, dan tiada berkatentoean tjampoerannja dan atoerannja”. Yang menarik, walaupun buku ini ditulis lebih dari satu abad yang lalu, isinya masih relevan di zaman sekarang. Misalnya penggunaan daun jambu biji untuk diare.

Kami sendiri sekeluarga, dewasa maupun anak-anak, kalau terkena diare, selalu minum rebusan daun jambu biji. Untuk meminimalkan pahitnya, kami tambah gula merah. Selama ini daun jambu selalu ampuh sehingga kami tidak perlu minum obat apotek seperti loperamid atau bahkan antibiotik. Biasanya jambu biji ditanam sebagai pohon. Namun karena tujuan kami hanya untuk diambil daunnya saja, kami cukup menanamnya di pot kecil. Pohonnya memang tidak bisa besar. Tidak masalah karena memang kami hanya perlu daunnya.

Jambu biji dan kunyit.

Tanaman kedua yang selalu ada di pekarangan rumah kami yang sempit adalah daun sirih. Ini gunanya banyak sekali. Kalau kami mengalami sakit gigi atau sariawan, tinggal kami kunyah saja daunnya. Atau kami rebus daunnya, lalu kami gunakan untuk berkumur. Kalau kami mengalami gatal-gatal biang keringat, kami mandi dengan rebusan daun sirih. Bukan hanya kami sekeluarga, tetangga kami pun sering mengambil daun sirih untuk dijadikan obat. Sampai-sampai kami kasihan melihat tanaman sirih kami gundul karena daunnya habis dipetik tetangga.

Sirih

Tanaman penting ketiga adalah kunyit. Tanaman ini juga banyak sekali manfaatnya, terutama menjaga kesehatan organ cerna. Kami biasa membeli kunyit di pasar. Namun, kami juga menanam kunyit untuk jaga-jaga kalau kunyit di dapur sedang habis. Cara umum yang paling enak tentunya adalah mengolahnya dalam bentuk minuman tradisional kunyit asam. Tapi kami punya cara lain mengonsumsi kunyit, yaitu dalam bentuk masakan ayam atau ikan kuah kunyit asam. 

Kami sengaja menambahkan kunyit dan asam dalam jumlah lebih banyak daripada resep standar. Parutan kunyit kami tumis bersama irisan bawang merah dan bawang putih sampai baunya harum. Dengan cara seperti ini kami seperti minum jamu kunyit asam dengan bonus protein hewani. Daripada dimasak goreng, ayam dan ikan jelas lebih sehat dimasak berkuah.

Saat memasak apa pun, kami selalu menggunakan rempah-rempah dalam jumlah lebih banyak daripada resep standar. Jadi ketika kami memasak soto ayam, misalnya, masakan itu sebetulnya adalah jamu rempah berisi ayam. Lihat saja bumbu rempah soto ayam: bawang merah, bawang putih, bawang daun, kunyit, lengkuas, jahe, ketumbar, merica, jintan, daun jeruk purut, sari jeruk nipis, asam jawa, serai, cabai, daun salam. Bukankah ini sebetulnya jamu?

Selain lebih menyehatkan, memasak dengan banyak rempah itu membuat masakan lebih harum, lebih enak, dan lebih tahan lama. Soto ayam dengan banyak rempah itu bahkan bisa tahan dua hari walaupun malamnya tidak dipanaskan lagi. Minum kuah soto yang panas bahkan bisa untuk meringankan gejala flu.

Kami juga menanam herba minuman tradisional, yaitu bunga telang, rosella, dan cincau hijau. Ketiganya perlu ditanam sendiri karena sulit didapat di pasar. Tempat tanamnya juga cukup di pot saja. 

Bunga telang.

Kembang telang biasa kami jadikan minuman telang-kayu manis. Warnanya biru telang alami dengan aroma kayu manis yang harum. Kami menanam sendiri bunga telang karena tanaman ini sangat mudah berbunga dan tidak butuh perawatan khusus. Adapun kayu manis kami beli di pasar. 

Rosella juga kami jadikan minuman tradisional rosella-kapulaga. Ini minuman favorit kami. Warnanya merah alami rosella, rasanya sedikit asam, dengan aroma kapulaga yang sangat harum. Kapulaga juga kami beli dari toko bumbu dapur di pasar.

Rosella.

Daun cincau hijau juga kami olah menjadi minuman tradisional. Ini juga enak sekali rasanya. Daun cincau direbus, lalu diremas-remas, dan direbus lagi dengan tambahan gula merah, daun pandan, dan jahe yang sudah dipanggang sebentar agar aromanya lebih harum. 

Cincau hijau ini juga termasuk tanaman yang mudah tumbuh tanpa perawatan khusus. Bahkan cara menanamnya pun gampang sekali. Tingga potong saja ruas tanaman yang punya akar udara, lalu tancapkan di tanah basah, dan sirami setiap hari.

Cincau hijau dan pandan.

Minum wedang (rosella, kembang telang, cincau) dan makan masakan kaya rempah adalah cara paling enak minum jamu tanpa terasa minum jamu. Warna jamu tidak hanya kuning kunyit seperti biasa, tetapi juga merah, biru, dan hijau seperti pelangi. Rempah-rempah ini bisa merangsang metabolisme dan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga kita tidak gampang sakit. Jadi fungsinya adalah upaya preventif.  

Kita selama ini kurang menghargai upaya pencegahan. Padahal dengan upaya pencegahan yang enak dan murah, kita bisa menghemat biaya sakit dan pengobatan yang mahal dan tidak enak. 

Tidak hanya untuk upaya preventif, jamu bisa juga digunakan untuk tindakan kuratif yang ampuh. Contoh gampang adalah penggunaan daun kejibeling dan atau tempuyung untuk mengatasi masalah batu kemih. Obat tradisional ini sangat ampuh untuk batu kemih yang sampai sebesar biji kedelai. Kami sendiri tidak menanamnya karena tanaman ini masih mudah didapat di ladang. Tapi kami menandai lokasi tanaman liar ini. Cara ini sangat berguna karena berkali-kali memang ada famili yang membutuhkannya. Kami bisa mendapatkannya dengan cepat karena kami sudah tahu lokasinya.

Tempuyung.

Hal yang sama juga kami lakukan untuk tanaman-tanaman liar yang berguna lainnya. Karena pekarangan rumah kami sempit, kami tidak menanamnya. Namun kami tahu di ladang bagian mana ada tanaman sambiloto, binahong, atau kejibeling, yang sewaktu-waktu bisa kami dapatkan.

Sambiloto.

Harus diakui, jamu memang masih punya kelemahan dalam hal “tiada berkatentoean tjampoerannja dan atoerannja”, seperti ejekan orang Belanda zaman dulu. Misalnya, berapa dosis daun tempuyung atau pupus daun jambu biji sekali minum? Nenek kita zaman dulu senang sekali dengan angka tujuh. Tujuh lembar daun segar direbus untuk dosis satu kali minum. 

Dari mana angka tujuh ini? Pada awalnya ini memang berasal dari kepercayaan spiritual. Akan tetapi pemanfaatannya kemudian sudah diuji berdasarkan pengalaman. Dosis sebesar ini secara empiris sudah terbukti ampuh tanpa efek samping yang mengganggu. Jadi, kami melihat jamu sebagai gabungan antara ilmu kedokteran dan kepercayaan spiritual. Walaupun tiada berkatentoean tjampoerannja dan atoerannja, jamu terbukti membuat badan kita sehat. 

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

JANGAN TAKUT PEDAS DI RUJAK MAK TAS

Anda pasti tahu rujak, bukan? Makanan yang terbuat dari berbagai buah dan sayur ini selain menyehatkan juga memiliki banyak penggemar. Bahkan banyak ibu hamil yang ngidam makanan ini.

Jika Anda berwisata ke WBL, Mazola, Gua Maharani, atau ke makam Sunan Drajat, Anda akan banyak menjumpai pedagang rujak dan dawet yang berderet-deret di pinggir jalan raya Paciran. Di antara puluhan penjual rujak itu, ada satu warung yang cukup terkenal, yaitu Rujak Mak Tas. Jika Anda bertanya kepada warga setempat tentang warung rujak yang enak, kemungkinan besar ia akan mengarahkan Anda ke warung ini. Warung Mak Tas berada di Desa Paciran, tepatnya di sebelah barat jembatan. Ini jembatan satu-satunya di jalan raya Paciran.

Warung yang sangat sederhana ini berada di tempat terbuka, tepat bersebelahan dengan kali (sungai) yang langsung berhubungan dengan laut. Sayang, sungai ini tidak begitu bersih. Tapi jangan salah, meskipun tempatnya tidak begitu meyakinkan, warung ini adalah penjual rujak paling ramai di Paciran.

Dari puluhan penjual rujak di paciran, kenapa rujak Mak Tas yang paling ramai? Mungkin ada dua jawaban yang pas untuk pertanyaan tersebut.

Pertama, mungkin karena rujak Mak Tas ini lebih murah dari rujak-rujak lainnya di paciran. Mak  tas menjual rujaknya Rp 3.000 per porsi. Sedangkan di tempat-tempat lain umumnya dijual Rp 4.000 atau lebih.

Kedua, rasanya. Mak Tas yang sudah sekitar 15 tahun berjualan rujak ini memang tahu benar bagaimana rujak yang enak. Bagaimana komposisinya, bagaimana cara ngulek-nya, dan lain sebagainya.

Mak Tas sendiri yang membuat rujak untuk para pembeli. Jadi dari buka sampai tutup, yaitu sekitar pukul 09.00 sampai dengan 16.00, Mak Tas yang meracik dan membuat ratusan bungkus rujak. Rujak Mak Tas sangat unik. dari tampilannya saja bisa dilihat betapa sederhananya rujak Mak Tas. Kalau di tempat lain umumnya rujak ditempatkan di piring plastik, Mak Tas memakai daun pisang sebagai tempat rujaknya. Unik, bukan? Selain unik, daun pisang ini juga memberikan aroma khas. Jadi, jangan heran apabila melihat banyak tumpukan daun pisang di warung Mak Tas.

Oh iya, warung Mak Tas buka setiap hari. Jadi kapan pun Anda datang, asal tidak kepagian atau kesorean, Anda bisa mencicipi rujak Mak Tas yang enak ini.

Bumbu-bumbu yang dipakai Mak Tas pun umumnya sama dengan rujak-rujak lainnya di Paciran. Kenapa saya katakan di Paciran? Karena setiap daerah di Lamongan memiliki kekhasan tersendiri untuk urusan rujak. Seperti rujak dengan pisang kluthuk yang bisa Anda temui di sekitar Sekaran, yang dibuat dengan tambahan irisan pisang kluthuk yang diulek bersama bumbu-bumbunya. Atau rujak petis hitam di daerah Maduran dan sekitarnya, yang memakai petis hitam cukup banyak pada bumbunya. Ini juga yang membuat rujak petis hitam warnanya lebih hitam daripada rujak-rujak lainnya.

Bumbu yang dipakai Mak Tas antara lain: gula merah, petis, garam, asam jawa, sedikit penyedap rasa, sedikit air, dan cabai tentunya. Gula merah yang dipakai Mak Tas bukan gula merah padat seperti yang banyak kita jumpai. Mak Tas menggunakan gula merah siwalan yang agak berair, jadi teksturnya sedikit lembek. Selain itu, petis yang Mak Tas gunakan adalah petis dari saripati ikan pindang yang rasanya asin, tidak gurih seperti petis hitam biasanya.

Untuk buahnya, ada mentimun, kerahi, nanas, bengkuang, semangka, dan kadang mangga muda. Semua diiris-iris dengan potongan besar khas Mak Tas. Meskipun pada umumnya rujak yang dibuat rasanya pedas manis (dengan gula merah lebih banyak daripada bumbu-bumbu lainya), namun pembeli bisa meminta rasa lain, asin misalnya, atau dengan tambahan kacang tanah.

Rujak asin dibuat Mak Tas dengan komposisi petis yang lebih banyak daripada gula merahnya. Sedangkan rujak dengan tambahan kacang harganya ditambah Rp 500 per bungkus. Tentu saja ini akan menambah pilihan bagi pencinta rujak untuk menyesuaikan dengan rasa favoritnya.

Apabila Anda selesai berkunjung dari WBL, Maharani Zoo, dan Gua Maharani, tak akan rugi Anda mampir ke warung Mak Tas untuk merasakan rujak khas Paciran yang enak. Jika Anda pencinta makanan tradisional ini, mampir di warung Mak Tas hukumnya adalah “wajib kudu harus”. Fardlu ‘ain, kata orang-orang Paciran.

Sekadar saran dari saya, rujak Mak Tas ini rasanya jauh lebih pedas dari rujak petis hitam atau rujak pisang kluthuk. Jadi, apabila Anda bukan orang yang suka pedas, pesan rujak cukup dengan 1 atau 2 cabai saja. Sementara jika Anda ‘gila’ pedas, mungkin Anda bisa mencoba 8, 9 cabai atau bahkan lebih.

Jangan takut kepedasan, karena dengan Rp 3.000 lagi Anda bisa meredam pedasnya rujak Mak Tas dengan es dawet ental yang dijual juga di sini. Selain itu, sebagai pelengkap rujak, Mak Tas juga menyediakan kerupuk rambak yang dijual Rp 500 tiap  bungkus.

ALAM

MENGINTIP INDAHNYA GOA DALAM KEBUN BINATANG

Tidak salah memang jika daerah Paciran menjadi salah satu sentra wisata Kabupaten Lamongan. Selain Wisata Bahari Lamongan (WBL), ada juga tempat wisata lain yang berada dalam satu kompleks dengan WBL, yakni Maharani Zoo & Goa atau yang biasa disingkat dengan Mazola.

Terletak hanya sekitar 100 meter saja di depan WBL, Mazola menawarkan konsep sebuah kebun binatang yang dipadukan dengan salah satu goa terindah di Indonesia. Tentu menjadi sebuah daya tarik yang tidak dimiliki oleh kebun binatang  atau goa di tempat lain.

Kita bisa masuk dan melihat-lihat berbagai macam binatang, dan menikmati eksotika Goa Maharani dengan membayar tiket seharga Rp 30.000 per orang. Di dalam kawasan yang memiliki luas sekitar 3 hektar ini, kita dapat menemukan sekitar 115 macam spesies hewan, mulai dari hewan lokal hingga yang didatangkan dari luar negeri. Tentu, apabila kebun binatang yang terbilang cukup baru ini disandingkan dengan Kebun Binatang Surabaya, jumlah koleksi binatang di Mazola jauh lebih sedikit. Tapi, seperti yang saya sebutkan tadi, Kebun Binatang Surabaya tidak memiliki goa yang indah seperti yang dimiliki oleh Mazola.

Kesan lain yang didapat ketika pertama kali memasuki Mazola adalah tempat yang bersih. Bisa dibayangkan, sebagai tempat ditangkarkannya berbagai macam binatang, kebun binatang ini terlihat dirawat dengan baik. Tentu ini akan menambah rasa nyaman bagi pengunjung.

Kita tidak perlu bingung harus memulai dari mana untuk mengelilingi kebun binatang ini, karena sudah disediakan rute-rute. Jadi jangan khawatir tersesat atau berputar-putar di tempat yang sama ya hehehe..

Pertama kali masuk, kita akan disambut dengan binatang khas dari daerah Timur Tengah, yakni unta. Daerah Paciran terletak di pesisir yang panas, berbeda dengan Kebun Binatang Surabaya yang sejuk dengan pohon-pohonnya yang rindang. Iklim pesisi yang panas menjadi tempat yang pas bagi unta ini meski tidak seterik daerah asal mereka.

Ada juga berbagai macam serangga yang telah diawetkan dan dipajang rapi dalam sebuah persegi panjang dengan penutup kaca. Di situ kita bisa melihat puluhan macam jenis serangga dari seluruh dunia. Selanjutnya, kita akan dibawa ke ruang tempat replika fosil binatang langka. Di sana ditampilkan replika seekor beruang putih yang berdiri sembari mengaung, juga replika fosil beberapa macam diosaurus, seperti mammoth dan pterodactyl, serta paus biru. Meskipun hanya replika, tapi detailnya dibuat dengan sangat baik, sehingga membuat kita sulit membedakan dengan fosil aslinya.

Kalau Anda pencinta burung, Anda bisa masuk ke dalam sangkar besar yang di dalamnya terdapat aneka jenis burung warna-warni. Anda bisa masuk ke dalam dan memberi makan burung-burung tersebut secara langsung, dengan makanan yang disedikan oleh petugas tentunya. Anda juga bisa berfoto-foto saat burung tersebut mengerumuni Anda yang memegang makanan.

Kalau sudah bosan dengan binatang-binatang yang lucu dan unik, itu berarti saatnya untuk menuju ke kandang singa dan harimau putih. Lain dari kebanyakan kebun binatang, kandang hewan buas di Mazola ini  terletak di bawah pengunjung. Jadi pengunjung bisa melihat lewan-hewan ini dari jalan yang berada di atasnya. Meskipun pagar pembatasnya sudah cukup aman, tapi Anda yang membawa anak-anak kecil harus tetap waspada mengawasi mereka. Karena ditakutkan anak-anak akan memanjat  pagar yang tidak begitu tinggi itu.

Selain itu ada juga buaya, kudanil, ular piton dan masih banyak lagi sebagai pelengkap koleksi binatang-binatang buas di kebun binatang ini. Ada juga binatang primata seperti kera, monyet, dan orangutan. Berbagai macam unggas juga ada, misalnya pelikan, angsa, dan masih banyak lainnya.

Saat beranjak keluar dari kebun binatang, kita akan dibawa menuju ke Goa Maharani. Jika Anda pernah masuk ke goa ini sebelum dibangun dibangun kompleks Mazola, Anda mungkin akan pangling. Dulu goa sedalam 25 meter di bawah permukaan tanah ini gelap. Tidak ada lampu dan rute jalan khusus. Pengunjung harus berjalan dengan sedikit susah. Begitu kompleks Mazola dibangun, di dalam goa diberi rute khusus untuk jalan, pagar, dan lampu remang-remang sehingga pengunjung lebih leluasa menikmati keindahan stalaktit, stalagmit dan bebatuan yang indah. Banyak yang bilang, Maharani adalah salah satu gua terindah di Indonesia.

Meskipun goa ini tak sebesar Goa Akbar yang terletak di kota Tuban, tapi eksotisme keindahan stalaktit dan stalagmitnya tidak tertandingi. Wisata goa yang indah dan dipadukan dengan kebun binatang yang modern ini patut untuk dimasukkan ke dalam daftar wisata liburan Anda.

Oleh-Oleh Khas Lamongan

LEGEN, PELEPAS LELAH DAN DAHAGA

Wilayah Paciran, selain potensial sebagai tempat wisata, juga menyuguhkan makanan dan minuman khas, yang mungkin tidak banyak ditemui di tempat lain. Salah satunya minuman unik yang disebut legen.

Legen merupakan nira hasil sadapan pohon siwalan (lontar). Pohon siwalan merupakan jenis tanaman palem-paleman yang hanya tumbuh di daerah kering. Maka jangan heran saat melintas di daerah pesisir Lamongan ini Anda akan banyak menjumpai pohon-pohon siwalan di sepanjang kanan-kiri jalan. Karena memang karakteristik udara dan iklim Paciran cocok dengan habitat pohon siwalan.

Pohon-pohon siwalan di sepanjang jalan ini biasanya dipanen oleh para penyadap dua kali sehari, yakni di pagi dan sore hari. Setiap pagi sekitar pukul 07.00, para petani berangkat mengambil nira hasil sadapannya. Mereka harus memanjat pohon siwalan yang tingginya kira-kira 9 meter tanpa pengaman apa pun. Di ujung pohon telah dipasang bumbung bambu yang digunakan sebagai tempat menampung nira. Bumbung-bumbung ini dipasang sore hari sebelumnya, untuk menampung tetes nira mayang siwalan yang telah dipotong ujungnya.

Setelah hasil sadapan dipindah ke jeriken yang diikat di pinggang penyadap, tabung bambu kembali dipasang untuk menampung kembali nira yang akan diambil sore harinya. Begitu seterusnya. Dari satu buah pohon siwalan biasanya dihasilkan sekitar 6 liter nira sekali panen.

Legen atau nira yang baru disadap inilah yang kemudian dijual oleh penyadap kepada pedagang-pedagang legen di pinggir jalan. Anda bisa menemui banyak sekali penjual legen ini di sepanjang jalan pantura (pantai utara) Paciran. Ada puluhan pedagang yang berjualan di warung berupa gubuk-gubuk dengan atap daun lontar atau genting tanah liat.

Legen mempunyai rasa yang khas. Berbeda dari air kelapa tua atau kelapa muda yang rasanya sudah tidak asing lagi di lidah kita. Legen juga mempunyai rasa yang manis, namun dengan sedikit getir yang menambah kekhasan dan kesegarannya. Warna legen juga lebih keruh daripada air kelapa yang cenderung bening.

Asal tahu saja, legen bukan merupakan minuman yang tahan lama. Legen bahkan mempunyai tenggang waktu fermentasi yang lebih cepat daripada air kelapa. Minuman ini tidak bisa bertahan sampai satu hari. Jadi sebelum meminum legen, sebaiknya Anda memastikan dulu bahwa legen yang Anda minum masih baru dan belum basi. Karena apabila sudah basi, legen ini akan menjadi tuak yang memabukkan.

Untuk membedakannya, legen yang sudah basi (tuak) rasanya akan menjadi asam dan panas di tenggorokan. Warnanya juga berubah menjadi lebih keruh atau putih kekuning-kuningan. Apabila tuak masih di dalam botol, saat dibuka akan menimbulkan suara letusan dan mengeluarkan busa. Ini merupakan efek fermentasi dari kandungan gula di dalam legen.

Namun meski begitu, apabila diolah dengan baik, legen yang telah basi sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat cuka atau alkohol.

Penjual-penjual di sepanjang jalan pun tidak semua jujur dalam menjual legen. Apabila pesanan legen sedang tinggi, tidak jarang para penjual mencampur legen dengan air kelapa tua. Ini dilakukan untuk memenuhi semua permintaan legen. Tentu, hal tersebut akan mengurangi rasa getir pada legen yang menjadi kekhasannya.

Hal ini biasanya banyak terjadi saat bulan puasa.  Karena pada saat seperti itu, legen akan diminati oleh banyak orang sebagai minuman pelengkap berbuka. Kekhasan ninuman yang satu ini memang membuat banyak orang tertarik, selain karena rasanya yang enak tentunya.

Satu gelas legen biasanya dihargai Rp 2.000. Cukup murah, bukan? Warung-warung di pinggir jalan juga buka tiap hari dari pagi sampai sore. Jadi Anda tidak akan susah mencarinya.

Tertarik untuk mencicipi? Minuman ini akan sangat cocok sebagai pelepas dahaga setelah seharian berwisata ke WBL, Maharani Zoo & Goa, makam Sunan Drajat, atau makam Sunan Sendang Duwur. Atau kalau Anda sedang melintas dari arah Tuban ke Surabaya atau sebaliknya lewat jalur pantura, Anda bisa melepas lelah dan bersantai di warung-warung ini sambil menikmati segelas legen dan jajanan khas Paciran lainnya.

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

SEGAR DAN KENYANG DENGAN ES BATIL

Kalau mendengar kata batil, mungkin pikiran kita akan langsung mengarah kepada konotasi negatif, yakni batil (kebatilan) lawan kata dari haq (kebenaran). Tapi tunggu dulu, di Lamongan, Anda akan menjumpai batil yang sama sekali berbeda. Apabila dicampur dengan es dan bahan-bahan lain, batil akan menjadi minuman yang enak, segar, dan mengenyangkan.

Ya, batil yang enak ini adalah makanan mirip roti yang terbuat dari tepung beras dan ragi. Rasanya mirip kue apem tapi sedikit asam. Batil sebetulnya cukup enak dimakan langsung. Tapi biasanya makanan ini dihidangkan dengan cara diris-iris lalu dicampur dengan es dan sirup gula. Minuman ini biasa disebut dawet batil atau es batil.

Tidak banyak penjual minuman khas ini di Lamongan. Kalau Anda penasaran dengan minuman ini, Anda bisa datang ke warung Bu Bayinah di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren.

Lokasi desa ini cukup jauh dari jalan utama pantura maupun jalan raya Lamongan-Babat. Untuk mengetahui lokasi Desa Bulubrangsi, silakan lihat di Google Maps.

Sekalipun letaknya di pelosok, warung Bu Bayinah ini setiap hari selalu ramai pembeli. Dalam sehari, Bu Bayinah bisa menjual ratusan mangkuk es batil. Ya, es batil ini memang memakai mangkuk sebagai tempatnya. Kenapa memakai mangkuk, bukan gelas? Karena es ini berisi banyak irisan batil yang tentunya lebih mudah dinikmati dengan sendok. Karena isinya banyak, es batil ini tidak hanya menyegarkan tenggorokan, tapi juga mengenyangkan perut.

Yang lebih menyenangkan lagi, lokasi warung yang dikelola oleh Bu Ifa (anak Bu Bayinah) ini berada di sekitar sawah, di bawah naungan rumpun bambu yang teduh. Selain menambah kuat suasana pedesaannya, rumpun bambu juga membuat warung ini terasa teduh meskipun di siang bolong, mengingat warung ini hanya mempunyai atap tanpa dinding di sekelilingnya.

Dalam satu mangkuk es batil, terdapat aneka macam makanan yang membuat es batil batil ini mengenyangkan. Isinya mulai dari buah siwalan yang dipotong dadu, kacang hijau, dawet hijau, agar-agar yang diparut, serta tidak lupa batil itu sendiri. Selanjutnya semua makanan ini dicampur dengan gula merah aren cair, santan, serta es batu.

Jika dibandingkan dengan es dawet khas Jepara yang hanya memakai dawet hijau, sirup gula merah, santan, dan es batu, tentu es batil ini lebih bervariasi isinya.

Sayangnya, warung Bu Bayinah ini terletak agak jauh dari jalan raya besar. Berada sekitar 5 km dari Petiyin (pertigaan Desa Drajat arah selatan) dan sekitar 8 km dari Gampang Sejati (pertigaan Desa Blimbing ke arah selatan). Meskipun begitu, saat sudah sampai di warung ini, kita dijamin tidak rugi setelah menikmati es batil.

Memotong Roti BatilTertarik untuk mencoba? Warung yang  sudah ada sejak 1990 ini buka setiap hari dari pukul 09.00 sampai 17.00. Tapi saran saya, akan lebih baik apabila Anda datang tidak lebih dari pukul 14.00. Karena, biasanya warung ini telah kehabisan batil saat sudah sore, dan hanya menyisakan es dawet siwalan atau kacang hijau saja.

Sebagai pelengkap es batil, Bu Ifa juga menyediakan gorengan. Jadi, Anda bisa bersantai lebih lama sambil makan gorengan dan menghabiskan semangkuk es batil.

SEJARAH

“TENGGELAMNYA” MONUMEN VAN DER WIJCK

Monumen Van Der WijckAnda tentu pernah mendengar tentang novel Hamka, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Meskipun novel yang menceritakan tentang kisah cinta Zainuddin dan Hayati ini hanya berupa cerita fiksi, kapal Van Der Wijck yang ada di cerita tersebut memang benar-benar ada. Dan benar-benar pernah tengelam di perairan pesisir Lamongan seperti yang diceritakan dalam novel tersebut. Di Desa Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, ada sebuah monumen bersejarah bernama Monumen Van Der Wijck.  Monumen tersebut dibangun pada tahun 1936 sebagai tanda terima kasih masyarakat Belanda kepada para nelayan yang telah banyak membantu saat kapal yang namanya diambil dari nama Gurbenur Jenderal Hidia–Belanda itu tenggelam.

Monumen Van Der WijckKapal yang juga disebut dengan nama De Meeuw atau The Seagull, yang dalam bahasa Indonesia berati “Burung Camar”, sangat cocok untuk menggambarkan keanggunan kapal yang pada bulan Oktober 1936 tenggelam saat dalam perjalanan dari Bali menuju ke Semarang dan sempat bersinggah di Surabaya. Kapal besar dengan lebar 13,5 meter dan berat lebih dari 2,5 ton ini tengelam karena kebanyakan muatan orang. Korban meninggal sebanyak 4 orang, dan hilang di laut diperkirakan sekitar 50 orang dari sekitar 240 penumpang. Jumlah korban tidak diketahui pasti karena ada yang mengatakan banyak warga pribumi yang ikut hilang dan tak tercatat sebagai penumpang dalam kapal ini. Saat kapal mulai tenggelam, para nelayanlah yang membantu proses evakuasi dan menyelamatkan korban-korban yang bisa ditolong.

Monumen berbentuk persegi panjang yang menjulang ke atas ini merupakan salah satu dari monumen bersejarah di Indonesia. Memang, apabila dibandingkan dengan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Tugu Pahlawan di Surabaya, Monumen Bandung Lautan Api di Bandung, atau Monumen Palagan Ambarawa di Semarang, tentu Monumen Van Der Wijck ini lebih sederhana dan tidak sepopuler keempat monumen di atas. Tapi Monumen Van Der Wijck ini memiliki keunikan cerita tersendiri yang berbeda dibanding empat monumen itu.

Monumen Van Der WijckJika Monas, Tugu Pahlawan, Monumen Bandung Lautan Api, serta Monumen Palagan Ambarawa memiliki makna perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda, monumen Van Der Wijck lebih bercerita tentang perjuangan nelayan Brondong membantu penumpang kapal Belanda yang tenggelam.

Ironisnya, tidak banyak masyarakat sekitar Brondong yang tahu tentang cerita yang tersimpan di balik monumen ini. Bahkan ada yang tidak tahu tentang keberadaan monumen tersebut. Memang monumen yang tigginya hanya sekitar 4 meter ini tidak begitu menonjol, bahkan lebih rendah dari sebuah menara yang berada tepat di sebelahnya. Saat pertama kali kita melihatnya, tidak terkesan bahwa monumen tersebut memiliki cerita yang melegenda. Padahal jika dilihat dari sudut pandang sejarah yang ada, monumen ini bisa dijadikan ikon tersendiri bagi masyarakat Brondong selain Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Monumen ini bisa kapan saja Anda kunjungi, karena memang terbuka untuk umum. Untuk mengunjunginya pun tidak dikenakan biaya alias gratis. Lokasinya di area Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, sekitar 15 km sebelah timur Tuban, atau sekitar 84 km sebelah barat
shipsandharbours.com
shipsandharbours.com

Surabaya. Berada persis di belakang gerbang masuk TPI dan bersebelahan dengan kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera, membuat monumen ini sangat mudah ditemukan. Selain melihat monumen ini Anda juga bisa sekalian berbelanja ikan secara langsung di pedagang ikan laut yang letaknya tidak lebih dari 100 meter dari monumen.

Meskipun terlihat sepi dari pengunjung, monumen ini layak Anda kunjungi, terutama jika Anda pencinta wisata sejarah atau jika Anda ingin tahu sejarah yang menginspirasi Hamka menulis novel.