DIREKTORI
DIREKTORI

Sastra Kelir, Penerbit dan Toko Buku Sastra Lamongan

IG : sastrakelirstore/ 

WA: 081233349031

Lokasi toko: 200 meter sebelah selatan kampus Unisda. Melayani pengiriman ke semua wilayah. Beli lewat Shopee juga bisa. 

Langsung aja cekidot beranda IG-nya. Lihat-lihat judul bukunya, mungkin ada yang cocok. Ada beberapa judul buku karya penulis Lamongan. Di antaranya:

  • Upacara Penyeretan Jiwa  karya Ahmad Farid Yahya
  • Memilih Terus Berjuang karya Alfan Syahril
  • Politik Santuy karya M. Iqbal Hasbullah
  • Mat Klobot, Serba-Serbi Wong Ciran karya Agus Nur Buchori
https://www.instagram.com/p/CUNbAVgJsY_/
https://www.instagram.com/p/CTr9v9epEgA/
https://www.instagram.com/p/CTmq2DlJnMP/
https://www.instagram.com/p/CTG7Zy7lgwg/
https://www.instagram.com/p/CUNaHQWp_vP/
https://www.instagram.com/p/CUDBwN4pryB/
https://www.instagram.com/p/CUAHMKqpo7l/
SEJARAH

Camat Paciran Mengiklankan Tabib India

Saat ungkrah-ungkrah arsip koran zaman Belanda, kami menemukan sebuah iklan yang sungguh menggelitik. Wedono Paciran meng-endorse seorang tabib asal India yang berhasil menyembuhkan penyakit ambeiennya. 

Sampai era sandiwara radio Saur Sepuh, tabib-tabib asal India masih banyak yang mengiklankan diri di radio. Keahliannya seragam: mengobati wasir tanpa operasi.

Tapi iklan di koran Belanda ini agak unik karena atas nama seorang wedono. Mungkin iklan ini bentuk barter. Sang wedono tidak perlu membayar biaya berobat. Ini hanya spekluasi sih.

Iklan ditulis dalam bahasa Belanda. Tampaknya iklan ini menyasar para pejabat yang saat itu memang diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda. 

Koran ini terbit 30 Juni tahun 1925. Tulisan iklan kalau diterjemahkan kira-kira begini:

Dengan ini saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Tuan Tabib Tjaragodin Abdulhamid dari India, yang buka praktek di Kranggan 18 Surabaya. Beliau telah mengobati penyakit wasir yang sudah saya derita selama 6 bulan cukup dengan perawatan selama 12 hari saja. 

Siapa saja yang menderita wasir sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan beliau. 

Ttd

Mas Djojoadinoto

Wedono Paciran (Lamongan)

OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

Wisata Kuliner Rujak Cemplang

Saat ini kita hidup di zaman ketika urusan makan tidak sekadar mengisi perut tapi kegiatan rekreasi. Mampir di warung sekarang kita sebut sebagai “wisata kuliner”. 

Di mana-mana, kita cenderung memilih tempat makan yang viral, laris, dan maknyus. Jika mungkin, yang instagramable dan tiktokable. 

Bahkan sekarang kita rela menempuh jarak berkilo-kilometer hanya demi makan siang yang sebetulnya bisa kita dapatkan di warung mana saja. Orang Laren bisa sengaja sarapan di Sego Sambel Pak Botak Brondong yang lokasinya mblusuk-mblusuk. Hanya supaya tidak ketinggalan berita viral.  

Tentu saja kami juga melakukan ini. Misalnya, ketika sedang jalan-jalan di sekitar Paciran, kami hampir selalu mampir Rujak Mak Tas sejak zaman rujaknya diulek Mak Tas sendiri. Tiap kali melewati jeglongan jembatan Paciran, motor kami seperti tiba-tiba ngerem sendiri. Mungkin karena kampas remnya Honda KW.

Mak Tas adalah wanita penggoda. Di warung ini, semuanya enak. Rujaknya sedap. Es dawetnya gurih legit. Santannya selalu dibuat baru. Entalnya juga empuk, kematangannya pas. Tidak ada yang mengecewakan.

Foto: Dewangga S.R.D/uut_udhel 29

Semua jualan Mak Tas enak karena dia menggunakan bahan-bahan kualitas nomor satu. Gula merah siwalan asli. Terasi udang asli. Petis ikan asli.

Saking larisnya rujak Mak Tas, kapan pun kita datang, warungnya selalu ramai. Sing adol sampek ora ketok bokonge. Kadang kita harus menunggu antrian sampai setengah jam lebih karena satu orang bisa mbungkus banyak sekali.

Foto: Gallant Tsany Abdillah

Mampir Mak Tas hampir menjadi protap tiap kali lewat Paciran. Ketika kampas rem motor kami ganti dengan suku cadang Aspira, ndilalah remnya semakin error. Tidak lagi ngerem sendiri di jembatan Paciran, tapi ngerem secara acak di warung-warung rujak sepanjang pinggir Jalan Raya Paciran. Gonta-ganti di warung yang sepi. 

Sebagian besar warung di sana sudah kami coba satu-satu. Banyak yang enak walaupun tidak seenak Mak Tas. Tapi ada yang rujaknya asin sekali. Ada yang cemplang. Ada yang es dawetnya agak kecut, mungkin karena santannya sudah dibuat sejak pagi. 

Ada yang entalnya terlalu keras karena terlalu tua. Ada yang legennya sudah masam. Macam-macam kekurangannya. Intinya, kalau diibaratkan rating di Play Store, mungkin bintangnya 3.

Tapi kata Pak Ustad di Masjid Taqwa Paciran yang kami singgahi, Nabi Muhammad, manusia mulia itu, melarang kita mencela makanan. Sepanjang hidupnya ia tidak pernah mencela makanan walaupun makanan itu terlalu asin. 

Ibu-ibu yang rujaknya cemplang itu mungkin memang tidak dikarunia kecerdasan sambal seperti Mak Tas dan keluarganya. Tapi yang pasti mereka adalah para perempuan mulia, yang mencari nafkah bagi keluarganya. 

Rujak mereka mungkin hanya bintang 3. Tapi kehadiran kita, dua tiga orang pembeli, jelas sangat berarti bagi nafkah mereka. 

Setelah mendengar penjelasan Pak Ustad ini, kami tidak jadi membawa motor ke bengkel Ahass. Rem Aspira yang error itu ternyata membawa kami pada eksperimen wisata baru yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya. Wisata kuliner di warung yang sepi, tidak viral, tidak maknyus. 

Wisata kuliner di warung maknyus memang memuaskan selera lidah kita. Tapi wisata kuliner di warung yang sepi bisa jadi lebih bermanfaat bagi pemerataan ekonomi. 

DIREKTORI

Damkar Tak Cuma Memadamkan Kebakaran

Di beberapa serialnya, Upin & Ipin menampilan cerita tentang petugas pemadam kebakaran. Awalnya mereka heran, ada ular masuk rumah kok disuruh manggil petugas pemadam kebakaran. 

Sebagian besar dari kita mungkin juga seperti Upin & Ipin. Tahunya pemadam kebakaran itu tugasnya ya memadamkan kebakaran. 

Padahal tugas mereka banyak sekali. Selain memadamkan kebakaran, mereka juga bisa menangkap ular yang masuk rumah, memindahkan sarang tawon di wuwungan, bahkan melepas cincin yang nyangkut di jari. 

Di Lamongan ada 4 kantor pemadam kebakaran, yaitu di Lamongan Kota, Babat, Paciran, dan Ngimbang.

https://www.instagram.com/p/CSUW3a6J6Pe/
https://www.instagram.com/p/CS6LBrEJ1Z0/

OPINI

Rocky Gerung, Ade Armando, dan Wabah Flu Akal

“Rocky Gerung diusir oleh Developer Sentul City.”

Berita lokal di Bogor ini menjadi berita nasional karena melibatkan orang yang sangat terkenal. 

Kita semua tidak tahu duduk persoalannya. Juga tak punya urusan dengan mereka. Tapi lucunya, kita semua sudah punya keyakinan. Yang pro-Jokowi bilang, “Mampus lu! Tanah orang diserobot! Dungu!” Sebaliknya, yang anti-Jokowi yakin Rocky Gerung pasti benar. 

Ini adalah contoh paling nyata bagaimana politik kebencian membuat akal kita masuk angin. Semua orang yang berseberangan politik dengan kita adalah penjahat. Titik.

Kita semua mengalami penurunan kesehatan akal secara berjamaah. Semua pihak. Pendukung Jokowi maupun yang anti.

Jauh sebelum terkenal di tivi dan yutub, Rocky Gerung adalah seorang intelektual muda yang brilian. Salah satu gagasannya yang menonjol adalah soal kesetaraan perempuan dan laki-laki yang secara rutin ia publikasikan di Jurnal Perempuan. Tulisan-tulisannya tajam dan bernas. 

Rocky adalah ahli retorika yang tiada duanya. Tak ada yang bisa menerangkan topik filsafat seenak Rocky. Sayang sekali, sejak era Cebong & Kadrun, ia selalu mengakhiri semua analisisnya dengan satu kata: Dungu! Apa pun analisisnya, kesimpulannya selalu begitu. Walaupun dikenal sebagai “profesor akal sehat”, sebetulnya ia punya andil menurunkan kesehatan akal banyak orang.

Tapi Rocky masih bisa dibilang mending karena dia mengkritik pemerintah. Sesuatu yang memang harus dilakukan, siapa pun presidennya, entah Jokowi atau misalkan Anies nanti. 

Di kubu sebelah, kita bisa melihat akal yang masuk angin secara jelas pada diri Ade Armando, sama-sama dosen Universitas Indonesia. Dulu Ade Armando adalah intelektual muslim yang cendekia. Ia banyak menulis isu-isu agama. Pernah menjadi wartawan Republika, bahkan memimpin majalah pemikiran Islam, Madina, milik Paramadina, yang salah satu anggota dewan redaksinya adalah Anies Baswedan.

Tapi itu dulu. Duluu… sekali. Sejak wabah virus kampret menyebar di Indonesia, Ade Armando hanya punya satu rumus, “Jokowi pasti benar sebab Anies Baswedan adalah joker”.

Sekarang, sungguh lucu membayangkan Ade Armando melakukan rapat redaksi dengan Anies Baswedan. “Eh, lu jangan main setuja-setuju aja, Wan Abud. Kasih argumen, dong!”

Rocky dan Ade Armando adalah orang-orang yang cerdas. Dosen di universitas nomor satu di Indonesia. Tapi toh itu tak membuat mereka imun dari wabah flu akal. Semua bisa kena. Apalagai kita yang intelektualitasnya pas-pasan. Gampang nggumun. Gampang percaya dengan isi grup WA. 

Satu-satunya vaksin yang bisa menghindarkan kita dari flu akal ini adalah vaksin anti-kebencian! Jangan berlebihan benci kepada Jokowi, Anies Baswedan, Rocky Gerung, Ade Armando, atau siapa saja. Sebab kebencian selalu membuat kita tidak bisa bersikap adil. 

Jokowi tidak mungkin benar terus atau salah terus. Begitu juga Anies Baswedan. Mereka adalah penguasa. Orang yang memegang amanat dan uang rakyat. Mereka memang harus dikritik. Bukan dipuja-puji, apalagi dijilat pantatnya.

DIREKTORI
OLEH-OLEH KHAS LAMONGAN

Latoh, Anggur Laut Khas Pantura

Orang Lamongan non-Pantura mungkin belum pernah makan sayuran ini. Bentuknya sekilas mirip bunga mainan dari plastik. Prentil-prentil, indah sekali. Terlalu indah untuk masuk kategori sayuran. 

Tak hanya indah bentuknya, rasanya pun enak. Orang pesisir menyebutnya “latoh”. Ini adalah salah satu jenis rumput laut. Bahasa Indonesianya “anggur laut”. Disebut demikian karena bentuknya berdompol-dompol mirip anggur. Berbeda dari rumput laut yang biasa digunakan untuk membuat agar-agar. 

Dompolan-dompolan itu sebetulnya adalah kantung yang berisi cairan. Jika digigit, kantung air itu akan meletus. Menciptakan sensasi unik. Basah tapi krispi, krenyes-krenyes. Rasanya asin agak gurih. 

Anggur laut ini biasanya tumbuh di perairan dangkal yang berpasir. Bisa dimakan begitu saja tanpa harus dimasak. Cukup dibilas dengan air panas untuk membersihkannya. 

Dimakan langsung dengan nasi pun enak karena rasanya asin agak gurih. Tapi paling enak jika dinikmati dengan urap kelapa. Orang Pantura biasa menikmatinya dengan sambal kacang. Dicampur lauk apa pun bisa. Tidak mengganggu lauk utama karena rasa latoh hanya asin gurih. 

Latoh ini tidak hanya khas Lamongan sebab bisa dijumpai di semua wilayah pesisir landai. Di toko-toko online, sayuran eksotik ini dijual dengan harga yang lumayan mahal, puluhan ribu sampai seratusan ribu rupiah sekilo. Pembelinya tentu saja horang-horang kaya yang suka bereksplorasi masakan. 

Macam-macam anggur laut

Di Pantura Lamongan, latoh dijual hampir di semua pasar. Harganya murah meriah. Satu plastik kresek kecil cuma Rp 5 ribu. Bisa dimakan sehari untuk sekeluarga.

Soal gizi tak perlu diragukan lagi. Sayur laut ini sumber mineral, vitamin, antioksidan, asam lemak tak jenuh, dan tentu saja serat. Rasanya gurih karena mengandung glutamat. Glutamat adalah amino yang menjadi penyusun micin (penyedap rasa sodium glutamat).

Anggur laut sebetulnya macam-macam jenisnya. Latoh hanya salah satunya. Semua anggur laut punya potensi ekonomi tinggi, bahkan termasuk komoditas ekspor. Di pasar nasional pun harganya lumayan. Latoh bisa dibudidayakan di tambak jadi cocok buat mata pencaharian alternatif masyarakat pesisir. 

Karena tumbuhnya di perairan dangkal, anggur laut sangat dipengaruhi oleh sampah laut. Kalau kita membuang sampah ke laut, cemarannya akan mengkontaminasi biota laut dekat pantai seperti latoh dan kerang. 

Kalau tercemar, latoh tentu tak menyehatkan.

DIREKTORI
DIREKTORI

Belikopi & Fariz Julinar Maurisal, Duta Kopi & Persela (1)

Persela baru saja menggandeng sponsor baru, Belikopi. Tak hanya itu, pemiliknya, Fariz Julinar Maurisal, diangkat menjadi manajer baru Persela. Bagi sebagian besar kita, berita ini mungkin biasa-biasa saja. Paling-paling kita bertanya, Belikopi ini perusahaan apa sih? Siapa sih Fariz Julinar Maurisal ini? Masih muda kok jadi manajer Persela.

Dari nama perusahaannya, “Belikopi”, kita sudah bisa menebak apa yang dijual perusahaan ini. Tapi itu tidak menarik. Yang lebih menarik adalah bahwa Belikopi merupakan perusahaan lokal Lamongan, lebih tepatnya dari Babat. Sponsor Persela yang lain seperti So Nice dan Extra Joss adalah perusahaan nasional dari luar Lamongan. 

Yang lebih menarik lagi, Belikopi adalah perusahaan rintisan. Secara resmi, merek Belikopi baru terdaftar tahun 2019.

Belikopi memang masih usaha baru, tapi sebagai sebuah grup perusahaan, induk usaha Belikopi sudah lama malang melintang lajur membujur di Lamongan dan sekitarnya. Banyak dari kita mungkin sudah pernah makan produknya.

Bisa menebak? Petunjuk: toko roti. 

Toko roti ini tersebar di beberapa kecamatan dan biasa menjadi isi berkat. Pilihannya banyak sekali. Semuanya enak. Tidak mengecewakan. Pokoknya jaminan mutu-lah.

Ya, betul: Lyly Bakery! Modal jaminan mutu inilah yang membuat toko roti Lyly menjadi jaringan toko roti terbesar di Lamongan. Dan ini pula yang menjadi modal Belikopi.

Direktur Belikopi, Fariz Julinar Maurisal, alumnus SMAN 2 Lamongan tahun 2000, adalah generasi kedua dari “Dinasti Lyly Bakery”, yang didirikan oleh Lilik Chusnaeni. 

Fariz Julinar Maurisal, Darah Muda Persela

Faris Julinar Maurisal persela

Ditunjuknya “Sultan Lokal” Faris Julinar Maurisal sebagai manajer baru Persela adalah harapan baru. Usianya yang masih muda diharapkan bisa memberi darah segar dan harapan baru di tengah terpuruknya Persela musim 2021/2022 ini yang baru saja terdegradasi ke Liga 2.

Kesuksesan Faris membesarkan Belikopi diharapkan akan menular ke Persela sehingga tak perlu berlama-lama di Liga 2. Walaupun umurnya baru beberapa tahun, Belikopi sudah merambah banyak kota. Saat ini ada 60-an cabang, tak hanya di Lamongan atau Jawa Timur saja, tapi juga sampai Jawa Tengah. Bahkan rencananya Belikopi juga akan membuka cabang di Jakarta dan Bali. 

Keren!  Sebentar lagi, tak hanya pecel lele atau soto ayam yang menjadi duta kuliner Lamongan. 

Yang unik, walaupun cabangnya begitu banyak, Belikopi tidak menerapkan model waralaba. Jadi semua cabang itu dikelola langsung oleh PT Belikopi. 

Penasaran ‘kan dengan produknya?

Fariz Julinar Maurisal Belikopi

Untuk mencicipi kopinya, kami mengunjungi kedai yang ada di Blimbing, Paciran, yang letaknya berseberangan dengan toko roti Lyly. 

Cabang ini baru dibuka bulan Agustus lalu. Waktu promo grand opening kemarin, antriannya mengular sampai bikin penasaran pengendara yang lewat. “Sakjane iki dodolan opo seh, kok sing tuku sampek koyok antri bantuan corona?”  

Menu Belikopi adalah jenis minuman kekinian. Bukan kopi-kopi dari berbagai daerah melainkan kopi dengan berbagai pilihan rasa: susu gula aren, cokelat, alpukat, matcha, teh susu, susu karamel, boba, dll. Makanannya cuma roti panggang aneka rasa: cokelat, naget, srikaya, keju, oreo, boba, dll. 

Fariz Julinar Maurisal manajer persela

Sejak awal Belikopi memang didesain untuk menjadi perusahaan nasional yang akrab dengan generasi digital. Pemesanan bisa dilakukan lewat aplikasi Grab atau Whatsapp. Pembayaran bisa dengan aneka dompet digital seperti GoPay, Dana, LinkAja, Ovo, ShopeePay.

Gerai di Blimbing ini tidak begitu luas. Ada beberapa tempat duduk plus meja tapi tidak begitu lapang. Di masa pandemi seperti sekarang, nongkrong dan ngobrol berlama-lama tentu lebih aman di tempat terbuka.

Soal harga, kategorinya “wajar dan terjangkau”. Bahkan rombongan anak-anak SMP dan SMA pun banyak yang mampir ke sini. Ini mudah dipahami karena dengan Rp 11 ribu saja sudah bisa dapat minuman gaul seperti es milo boba. Tambah Rp 4 ribu sudah bisa dapat es plus roti panggang.

Roti panggangnya padat tapi empuk, mengenyangkan, dan bikin haus. Satu gelas minuman mungkin kurang. Soal roti, Lyly tentu jagonya.

Unsur utama yang menentukan rasa roti Lyly maupun Belikopi adalah aroma, bukan specialty coffee. Dalam urusan ini, Lyly sudah berpengalaman. Maka wajar Belikopi mudah cocok dengan selera kebanyakan orang dan cabangnya laris di mana-mana.

Soal rasa, standar jaminan mutu Lyly jelas tak akan menipu. Satu-satunya yang menipu kita adalah nama gerainya. Namanya Belikopi padahal ia Jualkopi. 

Ini seperti Cak Lontong. Namanya Lontong tapi salamnya Lemper.