Tanam Melon dengan Metode Greenhouse, Menjanjikan!
Di musim kemarau seperti ini, para petani biasanya lebih memilih untuk menanam jenis-jenis buah, salah satunya adalah buah melon. Seperti yang dilakukan oleh Zed Firdaus (37) warga Desa Dadapan, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan. Namun cara yang dilakukan oleh Zed sedikit berbeda dari biasanya.
Jika para petani biasanya menanam melon di lahan sawah, Zed melakukan terobosan dengan menanam melon di tegal dekat rumahnya menggunakan metode greenhouse. Inovasi ini menjadi yang pertama di desanya tersebut. Ia membangun greenhouse itu dari tahun 2017.
Meski sempat dipandang aneh, Zed berhasil membuktikan bahwa inovasinya tersebut berhasil setidaknya hingga saat ini. Zed membangun greenhouse tersebut dengan biaya yang cukup mahal yakni 30 juta.
“Pembuatan greenhouse ini secara keseluruhan memakan biaya hingga 30 juta. Biaya pipanya sendiri saja habis hingga 7 juta. Meski terkesan mahal, namun ini bisa bertahan setidaknya hingga 5 sampai 7 tahun,” ujar Zed pada Rabu (9/9/2020).
Ukuran greenhouse ini memiliki lebar 10 meter dan panjang 25 meter. Untuk saat ini, jenis melon yang ditanam adalah varietas green flesh dan sudah berusia 45 hari. Buah baru bisa dipanen ketika sudah berusia 65 sampai 70 hari masa tanam.
Perlu diketahui, tanah yang berada di desa tersebut adalah tanah merah. Di mana lebih gampang menyerap air. Oleh karena itulah, air yang dibutuhkan pun cukup banyak.
“Untuk menyirami melon tiap harinya, setidaknya saya membutuhkan 2 tangki air berukuran 650 liter,” lanjutnya.
Greenhouse milik Zed ini terbuat dari dinding dan atap plastik. Plastik yang digunakan adalah jenis UV yang mampu menyaring sinar matahari. Selain itu, plastik tersebut juga berfungsi untuk melindungi tanaman dari derasnya hujan.
Jika musim panen tiba, Zed sudah memiliki mitra sehingga tak perlu lagi memikirkan untuk menjualnya. Bahkan waktu menanam melon jenis kinanti, ia mampu menghasilkan puluhan juta sekali panen.
“Saat bulan puasa tiba, tempat ini (greenhouse) saya ubah menjadi pasar ramadhan. Di mana orang-orang bisa beli sekaligus memetik langsung dengan harga yang cukup murah,” ucapnya.
Menurut Zed, metode greenhouse sendiri memiliki beberapa keuntungan daripada menggunakan lahan sawah. Salah satunya adalah bisa mengurangi hama tikus. Selain itu, penggunaan pestisida juga minim.
Selain menanam melon, greenhouse miliknya itu juga pernah ditanami sayur mayur seperti mentimun.
Menanam Padi Sistem Hidroponik
Di era yang serba modern seperti ini, apa pun bisa dibuat di rumah. Seperti halnya Rasmian, warga RT 19 RW 03 Desa Sekaran, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam padi sekaligus menyibukkan diri saat pandemi.
Saat ditemui di rumahnya, Jumat (29/5/2020), pekarangan berukuran 4 x 12 meter disulapnya menjadi kebun dan kolam ikan dadakan. Yang unik, di atas kolam ikan berukuran 3 x 5 meter ia membuat “sawah” untuk menanam padi dengan sistem hidroponik.
Kolam yang menggunakan alas terpal itu diisi dengan berbagai jenis ikan seperti nila, mujair dan tombro. Adapun jenis padi yang ditanam di 8 pipa hidroponik tersebut adalah padi mentik wangi susu dan jasmine.
Untuk mengerjakan hal tersebut, pria yang juga berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah menengah atas (SMA) di Lamongan itu tidak sendirian. Ia juga dibantu oleh mantan muridnya yang kebetulan menyukai dunia pertanian yaitu Somad.
Rasmian yang dibantu oleh Somad memulai menanam padi tersebut saat awal Bulan Februari. Kini di usia tanam yang hampir menginjak empat bulan, daunnya sudah mulai menguning dan butir-butir padi sudah siap dipanen.
Rencananya setelah menanam padi, Rasmian ingin kembali menyibukkan diri dengan menanam sayur-sayuran hidroponik seperti sawi dan selada.
“Perbedaan bertani di sawah dan di rumah hanyalah soal kebersihan. Kalau di lahan (pekarangan) seperti ini kita bertani tanpa kotor,” ujar Somad.
Pupuk yang digunakan untuk menanam padi sendiri adalah pupuk organik tanpa menggunakan pupuk kimia. Sedangkan gangguan hama yang paling berpengaruh adalah wereng.
“Untuk hama sebenarnya hampir sama dengan di sawah, cuma kalau di rumah lebih condong ke hama wereng karena terpengaruh oleh cahaya lampu. Itu bisa mengundang hama wereng untuk datang karena terdapat cahaya yang terang. Untuk penyakit sendiri, sejauh ini Alhamdulillah tidak ada penyakit yang menyerang,” lanjut pemuda berusia 24 tahun itu.
Biaya yang dihabiskan untuk membuat tanaman hidroponik tersebut mencapai 2,5 juta. Biaya mahal karena untuk membeli pipa paralon yang berukuran besar. Untuk penanaman selanjutnya, Rasmian tak lagi perlu mengeluarkan biaya sebesar itu.
Mungkin apa yang dilakukan oleh Rasmian di rumahnya bisa menjadi inspirasi buat orang yang bingung mencari kesibukan di rumah saat pandemi virus corona. Tertarik mencoba?
Mengenal Reptil dari Pencinta Satwa
Ada yang tidak biasa di Jalan Raya Jembatan Laren Desa Laren, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, setiap Minggu sore. Tempat yang biasanya biasa-biasa saja mendadak ramai.
Mendadak banyak hewan reptil di sana, mulai dari ular, musang, iguana, hingga biawak. Alih-alih takut, orang-orang yang ada di sana malah memegangnya dan berfoto bersama.
Pemandangan itu terlihat pada Minggu (30/6/2019). Komunitas Hewan Marvel memperlihatkan hewan-hewannya sembari mengedukasi masyarakat sekitar agar paham tentang hewan.
Komunitas ini merupakan kelompok para pencinta binatang, salah satunya reptil. Tetapi tak hanya reptil, mereka juga memiliki berbagai jenis binatang yang lain.
“Nama Komunitas Marvel sendiri memiliki kepanjangan yaitu Mamalia Reptil Aves Lovers. Mamalia adalah hewan menyusui, Reptil adalah hewan melata, Aves adalah hewan unggas dan Lovers adalah pecinta,” tutur Arif salah satu anggota Komunitas Hewan Marvel.
Orang yang datang ke sana dari berbagai kalangan. Ada yang hanya sebatas melihat-lihat, memegang, hingga menggendong binatang sembari menunggu azan magrib,” imbuhnya.
Komunitas ini baru terbentuk pada 1 April 2019. Komunitas ini bermula saat Arif dan teman-temannya mengikuti sebuah perkumpulan komunitas serupa di Lamongan bagian utara. Karena jarak yang begitu jauh akibatnya ia memutuskan untuk mendirikan komunits sendiri yang beranggotakan 7 orang saja.
“Awalnya kami ikut serta dalam salah satu komunitas yang ada di Lamongan bagian utara, namun karena jarak yang begitu jauh dan memakan waktu begitu lama untuk berkumpul, akhirnya kami membuat komunitas di daerah kami,” imbuhnya.
Untuk hewan-hewannya Arif mendapatkan kebanyakan dari peternak.
“Bagi siapapun boleh gabung ke komunitas kami. Tidak harus punya hewan, asal punya minat yang serius kepada hewan. Sekaligus tukar pengetahuan dan saling belajar bersama tentang hewan,” lanjutnya.
Salah satu target lanjutan komuntas ini adalah mengedukasi dan sosialisasi ke sekolah-sekolah dari TK hingga SMA. Mereka untuk mengenalkan hewan-hewan itu kepada para siswa. Agar mereka tahu, misalnya, mana ular berbisa dan tidak berbisa, serta cara penanganannya.
“Kejadian paling unik yang pernah teman saya alami, pernah digigit ular 3,5 meter. Tapi karena penanganan yang tepat, dia tidak kenapa-kenapa. Meskipun sudah pernah digigit ular tapi dia masih suka pelihara ular. Alasnnya karena hobi,”imbuhnya.
Tujuan komunitas ini adalah mengubah mindset masyarakat bawasannya semua jenis binatang, reptil khususnya, itu tidak selamanya menakutkan dan berbahaya. Asalkan tau penanganannya.
Belajar dan Bermain Bersama Perpustakaan Sejati
Masih rendahnya minat baca di masyarakat membuat beberapa anak muda bergerak untuk mendirikan sebuah perpustakaan keliling. Mereka menamakannya Komunitas Perpustakaan Sejati (KPS).
Perpustakaan Sejati sendiri baru berdiri awal Bulan Januari 2019. Berada di Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, komunitas ini berisikan anak-anak muda setempat yang kebanyakan masih mahasiswa.
Afriko (22), salah satu anggota Komunitas Perpustakaan Sejati mengungkapkan, berdirinya komunitas ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan anak muda terutama anak sekolah dasar agar tidak melulu bermain gadget.
“Target kami adalah anak-anak kecil, supaya mereka bisa meninggalkan gadget dan lebih suka membaca buku. Agar bisa menjadi generasi emas di masa depan,” ucapnya.
Sabtu (20/4/2019), mereka terjun untuk kedua kalinya. Bertempat di MI Hidyatul Ummah Gampangsejati.
“Terjun pertama kali pada Bulan Februari di SDN Gampangsejati. Kemudian lanjut yang kedua kami di MI Hidayatul Ummah ini,” imbuhnya.
Komunitas tersebut membuka lapak dan menggelar karpet di halaman sekolah dan di antara pepohonan yang rindang. Ada sekitar 200 koleksi buku yang disediakan untuk bahan bacaan anak-anak dan para guru.
Buku-buku tersebut dapat dibaca secara gratis bahkan dapat dipinjam oleh siswa maupun guru.
“Alhamdulilah, respons para siswa dan guru sangat mendukung dan senang adanya perpustakaan keliling ini,” imbuh mahasiswa Universitas Merdeka Surabaya semester 8 tersebut.
Tak hanya menyedikan buku, anggota komunitas itu juga memberikan kegiatan lain, seperti ice breaking, game dan bahkan bernyanyi bersama.
“Kami tidak hanya mengajak siswa untuk membaca tetapi mengajak mereka juga untuk bernyanyi lagu wajib nasional. Supaya mereka tidak hanya menghafal lagu-lagu pop ataupun dangdut,” ucap Mahasiswa Jurusan Ekonomi tersebut sambil tertawa.
Semua buku koleksi yang dimiliki komunitas tersebut sebagaian besar didapat dari hasil sumbangan. Ada sumbangan perseorangan, ada juga dari komunitas perpustakaan lain.
“Kami bersyukur masyarakat sekitar mengapresiasi kegiatan dari Komunitas Perpustakaan Sejati. Senyum, tawa, dan gembira dari anak-anak sekolah dasar ini membuat kami semangat dan ingin terus melapak,” tuturnya.
Kepala MI Hidayatul Ummah, Irfa’i, mengatakan, sangat mendukung dan merespon positif adanya perpustakaan yang didirikan oleh Pemuda Desa Gampangsejati.
“Bangga ketika ada generasi muda baik dari alumni SD maupun MI sudah perduli terhadap adek-adek kita. Apalagi ini sudah jadi program bapak bupati yaitu literasi,” ucapnya.
Belajar Pertanian di Besur Agro Wisata
Pertanian selalu identik dengan hal-hal yang kotor, dari penanamannya hingga panennya. Namun mindset Anda akan berubah jika melihat pertanian di Desa Besur, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan.
Di lahan sawah Desa Besur yang luasnya kurang lebih 2 hektare itu tumbuh berbagai macam bunga, buah, dan sayur-sayuran. Misalnya bunga matahari, bunga keningkir, bunga kertas, bunga dahlia, dll. Sedangkan untuk buah dan sayur-sayurannya, ada buah melon, buah semangka, bawang merah, lombok, tomat, sawi, terong, kangkung, labu, dan tanaman lainnya.
Warga sekitar menyebutnya Besur Agro Wisata yang berbasis Manajemen Tanaman Sehat. Tentu dari namanya semua jenis tanaman pangan di sini menggunakan pupuk organik, tanpa menggunakan bahan kimia alias 0% bahan kimia. Besur Argo Wisata ini model wisata baru dan menjadi yang pertama di Lamongan.
Khamim, salah satu pengagas terwujudnya Besur Agro Wisata menjelaskan, untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses pengolahan sawah dimulai saat 16 Mei 2016, kemudian penanaman bunga-bunga dan tanaman pangan dimuali saat Bulan Juli 2018.
“Untuk peresmiannya, kami tidak meresmikan secara langsung, tapi kami menyebutnya puncak acaranya ialah saat seminar dan pelatihan gelar teknologi perlindungan tanaman 2018 pada tanggal 30-31 Oktober 2018,” tuturnya.
Seminarnya itu bukan hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh pertanian dari Jawa Timur, tapi juga dari seluruh Indonesia. Ada yang berasal dari Jawa Barat dan Kalimantan.
“Untuk seminar kami menggundang 1.500 orang dari seluruh Indonesia dan ternyata membludak hingga 5.000 orang,” imbuhnya.
Dipilihnya Desa Besur bukan tanpa alasan, karena masyarakat dan pertanian Desa Besur sangat mendukung. Apalagi desa itu dekat dengan Pasar Agro Babat, yang notabene pasar banyak menjual sayur-sayuran dan buah-buahan. Rencananya Besur Agro Wisata ini ingin menjadi pemasok buat Pasar Agro Babat.
“Seluruh luas sawahnya adalah 4.5 hektare, namun baru 2 hektare yang kami kelola. Rencananya kami ingin kembali lagi mengelola sebagian sawah yang belum terolah. Tentu dengan sedikit demi sedikit,” imbuhnya.
Rencananya sebagian sawah yang belum terolah akan ditambah peternakan juga, seperti sapi perah, kambing, dan kelinci. Pengelolahan tanaman bunga dan tanaman pangan dilakukan oleh warga setempat.
Desa Besur bekerja sama dengan Dinas Pertanian Jawa Timur sehingga terbentuknya Besur Agro Wisata. Anda juga bisa langsung membeli buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah matang di Saung Sinau. Saung Sinau adalah tempat informasi untuk bertanya-tanya soal pertanian di Besur Argo Wisata. Saung sendiri adalah persamaan dari kata sanggar (dalam dunia tari) atau dapat diartikan sebagai bangunan kecil seperti rumah namun diperkhususkan untuk dunia pertanian.
Bagi anda yang suka hiburan bernyanyi, di Saung Sinau juga disediakan tempat untuk berkaraoke sekadar untuk menghibur para penggunjung.
Pengunjung yang berdatangan di tempat wisata pun banyak. Saat hari biasa bisa antara 500-700 pengunjung setiap harinya. Untuk weekend bisa sampai ribuan lebih orang yang berkunjung setiap harinya.
Anda yang ingin memanjakan mata di Besur Agro Wisata ini cukup membayar Rp 2.000 untuk tiket masuk setiap orangnya. Anda juga bisa mengabadikan setiap momen dengan kamera telepon selular.
Desa ini tidak sulit untuk dicari. Dari Jalan Raya Lamongan-Babat, jalan masuk menuju desa ini berada di Desa Gembong, Babat, tepatnya di sebelah SMPN 3 Babat. Desa Besur berjarak sekitar 3 km ke arah utara dari jalan nasional itu.
Panen Ikan Mabuk di Bengawan Solo
Meningkatnya debit air sungai Bengawan Solo bukan hanya dianggap sebagai musibah karena berpotensi banjir, tetapi juga sebagai rezeki. Pada Kamis 29 November 2018, ikan-ikan di sungai tersebut mabuk dan terhempas ke pinggiran sungai, mulai dari ikan kecil sampai yang berukuran cukup besar. Warga sekitar menyebutnya dengan istilah Oyang-oyang atau Ikan ngumbo.
Hal ini dimanfaatkan oleh warga sekitar aliran sungai Bengawan Solo untuk berbondong-bondong menangkap ikan di pinggir-pinggir sungai. Dalam satu hari, ada ratusan orang turun ke sungai menangkap ikan saat oyang-oyang. Aktivitas paling ramai di malam hari. Sementara saat siang hari, jumlahnya hanya beberapa saja. Hal tersebut kebetulan dikarenakan saat malam ikannya lebih banyak terutama yang berukuran lebih besar.
Surya (23) warga Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren, juga tak ingin ketinggalan momen yang terjadi setiap setahun sekali ini. Ia sudah menyiapkan banyak bekal untuk menangkap ikan, dari tombak, serok, hingga timba.
“Fenomena ini dikarenakan debit air dari hulu naik, lalu air Bengawan Solo menjadi naik secara drastis dan akhirnya warna air menjadi keruh kecoklat-coklatan. Hal itulah yang menyebabkan ikan-ikan pada mabuk,” ungkapnya.
Jenis-jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan Patin, Mujair, Gabus, Bader, hingga Udang.
“Ikan-ikan yang kecil saya konsumsi sendiri, untuk ikan-ikan yang besar akan saya jual ke warga,” imbuhnya.
Di tempat yang sama Ali Muji warga Desa Gampangsejati menangkap ikan dengan menggunakan jala. Tentu ikan yang didapatkan pun lebih banyak meskipun hanya ikan-ikan kecil.
Ada macam-macam alat tangkap ikan yang digunakan oleh para pencari ikan, di antaranya tombak, serok, jala, hingga menggunkan setrum listrik. Bahkan ada yang menggunakan tangan kosong.
Momen ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh warga sekitar, tak hanya bapak-bapak atau akan laik-laki, tetapi banyak juga ibu-ibu yang langsung turun ke sungai Bengawan Solo untuk mendapatkan ikan dengan menggunakan serok.
Fenomena ini pun dijadikan oleh warga sekitar sebagai tontonan, tak hanya orang dewasa tetapi juga ada anak-anak kecil.
Momen oyang-oyang atau ikan ngumbo ini berlangsung dari pagi hari hingga pukul 9 malam. Untuk setiap orang rata-rata mendapatkan 3 kg sampai 5 kg ikan, bahkan ada yang mendapatkan sampai 8 kg.
Momen Oyang-oyang akan berakhir ketika air sungai Bengawan Solo sudah tidak keruh kembali. Biasanya membutuhkan waktu 1 sampai 2 hari untuk air kembali jernih setelah penangkapan ikan.
Mencari Jejak Joko Tingkir di Lamongan
Saat mendengar nama “Laskar Joko Tingkir” — julukan tim sepak bola Persela Lamongan — apa yang ada dibenak Anda? Ya, tentu Kota Lamongan. Cerita rakyat mengisahkan Joko Tingkir pernah singgah di salah satu desa di Kabupaten Lamongan tersebut, lebih tepatnya di Desa Pringgoboyo.
Sebenarnya banyak cerita yang berkembang tentang Joko Tingkir. Ada cerita yang menyatakan makam Joko Tingkir ada di Kompleks Pemakaman Butuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ada juga cerita bahwa makam tersebut ada di Dusun Dukoh, Desa Pringgoboyo, Maduran, Lamongan, Jawa Timur. Mana kisah yang paling benar? Wallahu A’lam.
Pada akhir September 2018, saya berkesempatan berkunjung ke tempat yang dipercayai warga sekitar sebagai pemakaman Mbah Anggungboyo atau Joko Tingkir di Lamongan. Saya bertemu juru kunci makamnya, Muslik. Ia sering menghabiskan waktunya di gubuk kecil dekat makam tersebut.
Ia bercerita panjang bahwa dulu seorang tokoh besar RI pernah berkunjung ke makam tersebut. Tokoh itu diantar oleh Yai Midkhol, kiai desa setempat, pada tahun 1996.
“Yai Midkhol bahkan sempat mendatangkan sejarawan dari luar negeri dan kerjasama dengan Pak Faried (Bupati Lamongan kala itu) untuk ngelacak kebenaran makam Joko Tingkir,” tuturnya.
Di sebelah makam tersebut terdapat pohon yang oleh warga sekitar disebut Dandu dan Pohon Asam yang begitu besar kurang lebih memiliki tinggi 50 meter dengan diameter kurang lebih 2 meter.
Rencananya akhir tahun 2018 dengan menggunakan uang Pemda, Bupati ingin makam Joko Tingkir dibuat untuk wisata religi.
Pohon Harry Potter ada di Lamongan
Wisata Kapur Gunung Suru Lembor
Penulis: Auliyau Rohman
Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan tak pernah kehabisan tempat wisata. Setelah sebelumnya Pantai Kutang di Desa Labuhan dan Pohon Trinil di Dusun Wide, Desa Sendangharjo, satu lagi wisata baru muncul, yakni Gunung Suru Lembor di Desa Lembor.
Sebelum menjadi tempat wisata, Gunung Suru Lembor merupakan pegunungan kapur biasa. Sebagaimana umumnya pegunungan kapur yang ada di bagian utara Lamongan. Namun masyarakat sekitar mempunyai ide untuk mengubah pegunungan kapur tersebut menjadi lebih bermanfaat.
Afiq (23) warga Desa Lembor sekaligus tim perintis desa wisata atau dalam umumnya sering disebut Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ikut berperan dalam pembangunan Gunung Suru Lembor.
“Idenya muncul awal mulanya ketika pegunungan kapur ini tidak bisa digunakan untuk menanam padi karena tekstur tanahnya yang kurang mendukung. Kalau ditanami jagung ketika jagungnya sudah berbuah malah dimakan oleh monyet-monyet yang berada di pegunungan kapur ini,” kata Afiq.
Dari situlah, ia mengajak masyarakat desa bermusyawarah lalu membahas untuk dibentuknya pegunungan itu menjadi wisata kekinian. Apalagi kondisi alamnya sudah mendukung.
Diberi nama Suru Lembor sebab pegunungan kapur tersebut sering ditumbuhi tanaman suru (semacam kaktus yang berbentuk seperti centong nasi). Masyarakat sekitar menyebutnya tanaman entong-entongan. Sementara nama Lembor diambil dari nama desa tersebut.
“Gunung Suru Lembor sendiri jika dilihat dari maps, kurang lebih memiliki tinggi sekitar 200 mdpl (meter dari permukaan laut),” imbuhnya.
Pembiayaan untuk menjadikan Gunung Suru Lembor hampir seluruhnya dari desa. Rencananya, waduk Desa Lembor yang juga berada di tempat itu akan dijadikan tempat wisata. Luas waduknya sekitar 6 hektare. Rencananya, akan ada wahana sepeda air, bebek air, dan tempat pemancingan.
Pada Rabu (25/7/2018), Bupati Lamongan H. Fadeli, SH. MM resmi membuka wisata Gunung Suru Lembor di Desa Lembor, Kecamatan Brondong, Lamongan. Pembukaan tersebut dilakukan dengan pemotongan pita.
Gunung Suru Lembor memiliki spot-spot foto antara lain pintu langit, dream star, dan studio alam. Selain itu Gunung Suru Lembor bisa dijadikan sebagai tempat perkemahan, out bound dan bahkan panjat tebing.
Bagi kalian yang ingin menggunakan mobil bersama keluarga menuju lokasi tak perlu khawatir. Akses jalan menuju Gunung Suru Lembor bisa ditempuh dengan mobil.
Untuk mengikuti kegiatan atau ingin tahu lebih tentang Gunung Suru Lembor bisa diakses melalui Instagram @lemborbeautiful atau jika ingin langsung berkunjung ke lokasi bisa mengetik di google maps Gunung Suru Lembor.
Rezeki Petani Buah di Bekas Rawa Pucuk
Penulis: Auliyau Rohman
Musim panas menjadi rezeki bagi petani buah. Mereka selalu menunggu musim tersebut, saat tepat ketika mereka menanam buah-buahan.
Salah satu tempat yang hampir setiap tahun dimanfaatkan untuk menanam buah-buahan adalah rawa di Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, atau satu kilometer ke arah utara dari pertigaan pos polisi Kecamatan Pucuk.
Rawa ini pada saat musim hujan dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengairi sawah-sawah dan tempat pemancingan. Namun ketika musim panas, rawa ini disulap oleh petani-petani sekitar menjadi penuh tanaman buah-buahan seperti semangka, melon, dan belewah.
Sunari, salah satu petani buah asal Desa Latek, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, ikut andil dalam menanam semangka di rawa Bulutengger tersebut. Jenis semangka yang ditanam adalah bibit Esteem.
Saat ditanya mengapa tidak menanam buah melon? Dia menjawab, ”buah melon terlalu mahal biayanya”.
Dia juga menjelaskan, tanah rawa itu cocok untuk semangka. Hasilnya tergantung juga bibit yang ditanam. “Penanaman dimulai ketika rawa kering lalu tanahnya dibersihkan dan dicangkul sebelum di tanami bibit semangka,” imbuh petani buah yang semangkanya baru berumur kurang lebih 30 hari tersebut.
“Untuk buah semangka sendiri agar bisa dipanen membutuhkan waktu sekitar 60-70 hari,” tandasnya.
Lima ratus meter dari petak sawah Sunari terdapat petani buah lain, yaitu Keman dan Kasemi yang berasal dari Desa Waru Kulon, Kecamatan Pucuk, Kabupaten Lamongan. Tak perlu heran jika di rawa tersebut juga ditanami buah-buahan oleh warga Pucuk sekitar sebab rawa tersebut berada di perbatasan Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Sekaran.
Jika semangka Sunari baru berumur kurang lebih 30 hari, beda cerita dengan Keman dan Kasemi. Mereka sudah menanam semangka saat lima hari sebelum Bulan Puasa. Jadi hingga hari itu kurang lebih sudah 60 hari dan siap untuk di panen.
“Saya sudah belasan tahun menanam semangka di rawa ini,” imbuhnya. Salah satu penyebab gagalnya panen para petani adalah begitu banyak tikus di rawa tersebut. Tetapi Keman dan Kasemi bersyukur sebab hampir 95 persen semangka miliknya bisa dipanen.
Keman dan Kasemi juga menanam semangka bibit Esteem. Pada hari itu juga semangka miliknya dibeli oleh orang Jawa Tengah dengan borongan sekaligus. Sepetak sawah yang penuh dengan semangka tersebut dibeli dengan harga Rp 20 juta.
Namun bagi Anda yang ingin membeli per bijinya atau per kilonya tak perlu khawatir sebab di sepanjang jalan rawa tersebut terdapat banyak penjaul buah, mulai dari buah semangka, melon, maupun belewah. Untuk buah semangka sendiri dijual perkilonya kisaran harga Rp 6000 sampai dengan Rp 8000.