Pesantren Wirausaha Sunan Drajat
Pesantren ini dinamai Sunan Drajat bukan sekadar karena dekat dengan makam Sunan Drajat. Lokasi pesantren ini memang dulu merupakan padepokan Sunan Drajat. Kiai Abdul Ghofur, pendiri pesantren ini, merupakan salah satu keturunan Sunan Drajat.
Abdul Ghofur barangkali adalah kiai yang paling banyak pengikutnya di seantero Lamongan. Ini tidak hanya bisa dilihat dari banyaknya murid Perguruan Sunan Drajat tapi juga dari pengaruh politiknya.
Di musim pemilu, Pesantren yang didirikan tahun 1977 ini hampir pasti menjadi tempat sowan para politisi. Tidak hanya politisi lokal tapi juga politisi nasional. Megawati, SBY, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Surya Paloh, adalah beberapa nama yang pernah singgah ke sini.
Kiai Ghofur adalah seorang tokoh yang multitalenta. Ia tidak hanya kiai tapi juga pendekar silat, pengusaha yang sukses, dan politisi yang berpengaruh. Ia bisa disebut politisi karena pernah menjadi pengurus Golkar di masa Pak Harto,hingga menjadi salah satu pendiri Partai Gerindra.
Figur multitalenta inilah yang membedakan Pesantren Sunan Drajat dari pesantren kebanyakan. Di pesantren NU ini para santri tidak hanya mempelajari aneka kitab tapi juga belajar berwirausaha. Ini sesuai dengan pandangan Kiai Ghofur bahwa lulusan pesantren tidak hanya harus bisa mengajar tapi juga bisa berwirausaha.
Jenjang pendidikan di pesantren ini terbilang sangat lengkap, mulai dari tingkat dasar, menengah, atas, madrasah muallimin-muallimat, kejuruan, hingga perguruan tinggi Institut Sunan Drajat. Buat orangtua yang kesulitan mendidik anak, pesantren ini bisa menjadi solusi praktis. Lulus dari SD, anak dikirim ke sini, tahu-tahu ia pulang sudah dewasa dan siap hidup mandiri.
Di luar bangku sekolah, santri di sini bisa belajar dari aneka usaha yang didirikan oleh Kiai Ghofur. Bidang usahanya bermacam-macam. Sampai hal-hal yang mungkin tidak terpikir oleh kebanyakan pengusaha Lamongan. Mulai dari air minum dalam kemasan Aidrat, garam dapur Samudra, pertambangan kapur, agrobisnis, pupuk pertanian, peternakan, koperasi, minimarket Sunan Drajat, radio Persada FM, hingga televisi lokal Persada.
Tak ada pesantren di Lamongan yang bisa menandinginya.
Pesantren Sunan Drajat | Ds. Banjarwati Kecamatan Paciran |
Google Maps | Klik di sini |
Website | https://ppsd.or.id/ |
facebook.com/MajalahPesantrenSunanDrajat | |
instagram.com/majalahmenara_sunandrajat/ | |
Youtube | Majalah Menara Sunan Drajat |
Belajar Membaca Kaligrafi di Masjid Namira
Masjid Namira di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, punya daya tarik yang tak dimiliki sebagaian besar masjid di Tanah Air.
Di dalam masjid tersebut terpajang potongan kiswah atau kain penutup kakbah. Tulisan di kiswah Namira ini terbuat dari 120 kg benang emas dan 25 kg benang perak.
Kiswah ini berukuran 6 m x 3,5 meter. Lebih besar ketimbang kiswah Masjid Istiqlal. Seperti diketahui, masjid di Jakarta itu mendapat kiswah dari Raja Salman bin Abdulaziz ketika berkunjung Maret 2017.
Banyak orang mengira bahwa nama Namira meniru nama masjid Namirah di Arafah, Arab Saudi. Ternyata tidak. Nama masjid ini sebenarnya diambil dari nama salah satu anak dari pemilik yayasan yang membangun masjid ini.
Yayasan keluarga ini jugalah yang menanggung biaya operasional bulanan masjid ini, selain hasil kotak infak. Karena masjid ini menyelenggarakan cukup banyak kegiatan pengajian rutin, biaya bulanan yang dikeluarkan pun cukup besar, sekitar Rp 300 juta.
Meski namanya tak berkaitan, masjid Namira Tikung ini memang didesain mirip Masjid Namirah Arafah tapi dengan ukuran minimalis. Awalnya, Masjid Namira dibangun hanya untuk menampung sekitar 700 jamaah.
Namun karena banyaknya pengunjung, masjid ini akhirnya tak bisa menampung jamaah. Pada 1 Oktober 2017, masjid baru dengan ukuiran yang lebih besar dibangun di sisi belakang bangunan pertama.
KUIS: Bagaimana bunyi tulisan Arab di Kiswah tersebut? Silakan balas di kolom komentar.
Kami mulai dari baris pertama: QS al-Baqarah 144.
Silakan dilanjutkan. Boleh minta bantuan teman yang bisa bahasa Arab.
Masjid Kubah Emas “Ussisa ‘Alat Taqwa” Paciran
Manusia pada dasarnya menyukai keindahan dan kemegahan. Apalagi di zaman Instagram dan ponsel tiga kamera seperti hari ini.
Belum lama kita terpesona dengan keindahan masjid Namira, sekarang ada masjid di Lamongan yang menjadi primadona baru, yaitu Masjid Taqwa Paciran. (Google Maps klik di sini)
Masjid ini menggantikan masjid lawas yang sudah dirubuhkan dan kini menjadi tempat parkir. Sampai tahun 2019, masjid lawas tampilannya masih benar-benar bangunan lawas. Ubinnya jadul, kusam, dan kasar. Tempat wudunya model bak pancuran dengan gayung. Toiletnya seperti toliet umum. Sehari-hari masjid ini sepi. Hanya ramai di jam salat jamaah.
Sekarang, masjid Taqwa selalu ramai, tidak hanya di jam salat jamaah. Orang-orang dari luar Paciran mungkin hanya tertarik dengan keindahan dan kemegahannya. Tapi di luar tampilan fisiknya, masjid ini sebetulnya memiliki latar belakang yang lebih patut diketahui daripada kemegahannya.
Paciran, tak diragukan lagi, adalah “Desa Pesantren”. Di sini ada Pesantren Karangasem (Muhammadiyah), Pesantren Modern (Muhammadiyah), Pesantren Mazra’atul Ulum (NU), Pesantren Manarul Quran (Muhammadiyah), dan Pesantren Karangsawo (NU). Lima pesantren di satu desa!
Meski punya pesantren sendiri-sendiri, orang Muhammadiyah dan NU di Paciran masih berjamaah di satu masjid jami, yaitu Masjid Taqwa. Demi menjaga persatuan ini, mereka berdamai dalam urusan fikih, seperti soal azan Jumat, bilangan salat taraweh, dan qunut.
Kaifiyah ini dipergilirkan di antara Muhammadiyah dan NU. Ini adalah kemegahan sejati yang lebih agung daripada kemegahan batu keramik dan lampu kristalnya yang konon diimpor dari Cina, India, dan Spanyol.
Itulah masjid yang sebenar-benarnya masjid. Masjid yang mempersatukan jamaah, bukan yang memecah belah. Masjid yang lebih mengutamakan ukhuwah daripada kaifiyah. Masjid yang “ussisa ‘alat taqwa”. Masjid yang dibangun untuk ibadah, bukan untuk bermegah-megah.
Cafe Aola Paciran, Kafe Pantai yang Instagrammable (1)
Walaupun sekarang masih pandemi, tempat-tempat nongkrong tumbuh menjamur di Lamongan, khususnya Pantura. Cafe Aola Paciran melengkapi daftar ini. Sebelumnya sudah ada Taman Kuliner Paciran (TKP) yang belum lama dibuka. Tempat nongkrong baru ini ada di Kandang Semangkon, Kecamatan Paciran. Kira-kira 5 km sebelah barat Wisata Bahari Lamongan. (Google Maps klik di sini)
Sebelum cafe aola dibuka, Taman Kuliner Paciran menjadi tujuan utama warga setempat yang ingin jalan-jalan. Begitu Cafe Aola dibuka, TKP seketika punya saingan berat. Berbeda dengan TKP yang dikelola oleh Pemerintah Desa, kafe Aola ini milik Duta Group, perusahaan lokal pemilik toko besi Duta Merpati, percetakan Duta Print, toko kemasan Duta Plastik, dsb.
Mirip TKP, Aola juga menyediakan tempat bermain buat anak-anak. Tapi Aola lebih luas, meja kursinya juga lebih banyak. Bangunan utama Aola seperti aula yang tidak berdinding. Jadi walaupun hujan, pengunjung tidak kehujanan seperti di TKP.
Ini adalah kafe keluarga paling mbois di Pantura. Di kafe ini, anak-anak bisa bermain pasir sementara orangtuanya makan dan menikmati suasana pantai yang instagrammable. Sebetulnya pantainya landai, anak-anak bisa nyebur ke air. Sayangnya pasir pantainya tidak begitu bersih.
Memang bukan kotor sampah sih, hanya serasah daun tanaman laut yang terbawa ombak. Meski tidak jorok, alangkah bagusnya kalau serasah ini dibersihkan secara berkala. Kalau pantainya bersih, kafe ini punya kelebihan yang tidak bisa ditandingi tempat nongkrong mana pun, termasuk TKP.
Cafe Aola Paciran dan Co-Working Space
Orang Pantura mungkin heran, kok ada pantai berpasir putih di Paciran? Sebetulnya pasir asli di pantai sini warnanya gelap. Aola mendatangkan pasir putih ini dari pantai di Jenu, Tuban. Kebetulan salah satu lini usaha Grup Duta adalah jualan material bangunan, termasuk pasir.
Pemiliknya menyebut kafe ini sebagai “co-working space”. Sebetulnya ini adalah konsep kafe modern. Nongkrong sambil bekerja. Masalahnya adalah saat ini masih pandemi. Nongkrong berlama-lama di sini jelas sangat beresiko, apalagi di tempat ini pengunjung berkerumun dan banyak di antaranya yang mengobrol tanpa masker.
Di malam Minggu kafe ini ramai sekali. Biasanya ada live music. Tapi, lagi-lagi, kerumunan seperti ini sebetulnya sangat beresiko di masa pandemi. Kalau Anda penasaran dengan tempat ini, silakan datang dan pastikan pakai masker. Pilih tempat duduk di pinggir atau di tempat yang terbuka.
Salah satu kekurangan kafe ini adalah kurang cepatnya pelayanan pesanan. Tidak cocok buat pengunjung yang sudah lapar. Di sini ada banyak kedai makanan tapi pesanan minuman hanya bisa dilakukan di satu tempat yang antriannya menumpuk. Jadi agak lama.
Pelayanannya memang gaya Arab. Arab maklum, ini memang tempat nongkrong, bukan warung.
Baca juga Tebing Cafe vs Cafe Aola Paciran vs Taman Kuliner Paciran.
Awam, Retail Lokal dari Babat
Di Lamongan, ada beberapa perusahaan lokal yang usahanya bisa kita temukan di banyak kecamatan. Salah satunya adalah Awam Group, yang nama perusahaannya adalah PT Awam Bersaudara.
Usaha ini dirintis oleh keluarga Ahmad Wasil Maksum (alm) dan Dewi Masitoh pada tahun 1972 di Pasar Babat. Saat itu usahanya baru berupa toko perlengkapan rumah tangga. Sekarang usaha ini dikelola oleh anak-anaknya, “Ahmad Bersaudara”, yaitu Ahmad Zainal Fanani, Ahmad Arif Rahman Saidi, Ahmad Muflikh Asyrofi, dan Ahmad Dzaqolbi Nadhifi.
Bidang usaha Awam kini sudah sangat beragam, melayani semua kebutuhan orang awam. Mulai dari toko perabot rumah (home store), toko swalayan (minimarket), toko komputer dan alat elektronik, hingga apotek. Lokasinya tidak hanya di Babat tapi sudah merambah beberapa kecamatan.
Awam Bersaudara mengembangkan lini apotek karena “Ahmad Pertama” dari Ahmad Bersaudara ini adalah seorang apoteker.
Supermarket perabot rumah ada di sebelah Pasar Babat dan Desa Gembong Kecamatan Babat. Toko swalayannya ada di Babat, Pucuk, Paciran, Sekaran, Ngimbang, dan Kedungpring. Sementara apotek Awam ada di Babat, Kaliotik Lamongan, Ruko LTC Lamongan, dan Ngimbang.
Sesuai slogannya, “Lebih Lengkap, Lebih Murah”, kelebihan Toko Awam adalah harga dan variasi produk. Jika dibandingkan dengan Alfamart dan Indomaret, barang di Toko Awam memang lebih lengkap dan lebih murah.
Tapi jika dibandingkan dengan toko swalayan lokal sejenis, perbedaan harganya tidak signifikan. Perbandingan ini misalnya berlaku antara Toko Awam dengan Toko Annisa yang sama-sama ada di Paciran. Bahkan untuk sebagian jenis barang, harga di Annisa sedikit lebih murah.
Pada hari-hari tertentu, kadang ada promo cuci gudang di Awam yang menawarkan harga sangat murah. Karena harganya yang relatif murah, toko swalayan ini bisa juga dijadikan tempat kulak. Untuk memperoleh harga kulak, pembeli bisa minta kartu member khusus. Kartu ini tidak selalu tersedia di toko. Harus dipesan lebih dulu ke Kepala Toko di jam kerja.
PT AWAM BERSAUDARA | Jl. Pendidikan, Babat, Lamongan |
https://www.facebook.com/tokoawam | |
https://www.instagram.com/tokoawam/ | |
Telp. | (0322) 451419 |
Awam Grosir | 081232583248 |
Awam Apotek Babat | 085895819610 |
Awam Elektronik | 081232583250 |
Awam Home Store Babat | 082311113350 |
Awam Home Store Gembong | 082139372474 |
Awam Apotek Kaliotik Lamongan | 085895819611 |
Awam Apotek LTC Lamongan | 085895819612 |
Awam Apotek Ngimbang | 085895819613 |
Awam Shopee | https://shopee.co.id/tokoawam |
Awam Bukalapak | https://www.bukalapak.com/u/tokoawam |
Yuhronur Efendi, Birokrat Kawakan Calon Bupati Lamongan
Lamongan akan punya bupati baru. Bupatinya memang baru tapi ia adalah pejabat lama. Selama 34 tahun Yuhronur Efendi sudah malang melintang di birokrasi Lamongan.
Dibandingkan dengan dua cabup lain di pilkada kemarin, pengalaman Yuhrnonur memang paling komplet di Lamongan. Dari aspek ini, YES memang unggul dan layak menang.
Dia mengawali karier birokratnya benar-benar dari nol, dengan menjadi PNS rendahan di tahun 1986. Saat itu ia baru setahun lulus dari SMA Negeri 1 Tuban. Umurnya baru 18 tahun.
Bekerja Sambil Kuliah
Di jalur PNS, kariernya naik setahap demi setahap. Sembari bekerja, ia menyempatkan diri menempuh kuliah. Gelar sarjana ekonomi ia dapatkan dari Universitas WR Supratman Surabaya tahun 1998 alias 20 tahun terhitung sejak ia menjadi PNS.
Tak berhenti di situ, Yuhronur melanjutkan ke jenjang S2 di Universitas Gadjah Mada. Gelar Master of Business Administration (MBA) ia peroleh tahun 2010.
Lagi-lagi ia tak berhenti di sini. Selesai S2 ia langsung menempuh pendidikan S3. Gelar doktor di bidang ilmu administrasi didapat dari Universitas Brawijaya tahun 2015.
Semenjak lulus sarjana, kariernya mulai melesat. Tahun 1999, setahun setelah menyandang sarjana ekonomi, Yurohnur menjabat sebagai Kasubag Verifikasi BKBD Lamongan. Setelah itu ia berturut-turut diangkat sebagai Kepala Bidang Anggaran Kabupaten Lamongan, lalu Direktur BPR Bank Daerah Lamongan.
Selama menjadi PNS, Yuhronur pernah tiga kali mendapat penghargaan sebagai ASN Teladan tingkat nasional. Pertama kali saat ia lulus sarjana, kedua saat ia sedang kuliah S2, dan terakhir setelah ia selesai menempuh pendidikan S3. Komplet.
Jabatan terakhirnya adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan. Posisi ini hanya selangkah dari kursi bupati. Ia mengundurkan diri dari jabatan yang ia pegang sejak 2012 ini untuk maju di pilbup kemarin.
Keputusannya itu memang tidak salah. Dengan dukungan sebagian besar parpol, ia memenangi pilkada walaupun dengan selisih yang tipis dari pesaingnya.
Ibarat pemain catur, Yuhronur adalah pemain yang sangat telaten. Ia memang bukan grandmaster yang menang lewat strategi besar yang sulit ditebak. Ia mencapai tujuan lewat langkah-langkah kecil. Bidak demi bidak.
Penyanyi Rock
Di luar birokrasi pemerintahan, Yuhronur punya kegiatan “sak embong”. Ia menjadi dosen di Universitas Islam Lamongan (Unisla), CEO Persela, Ketua Kwarcab Pramuka Lamongan, dan Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Lamongan.
Kehidupan di luar pekerjaannya juga terbilang megilan. Hobinya menyanyi rock. Sejak SMA, pria kelahiran Karanggeneng 12 Januari 1968 ini bahkan punya grup band. Saat ia menjabat Sekda, ia sempat menghasilkan album rock religi bertajuk “Gemerlap Cahaya-Mu”.
Jiwa mudanya tak hanya tampil lewat hobi musik. Di media sosial, ia juga cukup aktif seperti anak muda kebanyakan. Mulai dari medsos anak gaul sepert Facebook dan Instagram, hingga medsos orang serius macam Twitter hingga LinkedIn.
Keluarga Terpelajar
Prestasi Yuhronur tidak sebatas di kantor. Keluarganya sendiri adalah potret keluarga yang terdidik dan berprestasi. Istrinya, Anis Kartikawati, adalah Ners (profesi keperawatan) yang, seperti lazimnya istri pejabat, punya banyak jabatan kedharmawanitaan.
Anak pertama, Yustika Izziyatu Anindita adalah dokter lulusan Undip Semarang. Anak kedua, M. Aindra Imawan lulusan agrobisnis, Universitas Gadjah Mada. Anak ketiga, Vinisalasi Ramadhanty, arsitek ITS.
Dari riwayat kerja, pendidikan, hobi, dan kehidupan pribadinya, Yuhronur memang terbilang komplet. Sebagai akademisi maupun birokrat, sebagai pribadi maupun pejabat. Dari latar belakang keluarganya, kita layak berharap Yuhronur nanti tidak akan disibukkan oleh urusan membangun dinasti politik seperti Bupati Fadeli.
Mari Bantu dan Awasi
Soal pengalaman, Yuhronur tak perlu diragukan. Ia sudah kenyang asam garam pemerintahan. Tapi apakah itu jaminan dia tidak akan menyelewengkan kekuasaan? Tentu saja tidak ada jaminan. Kompetensi dan integritas adalah dua hal yang berbeda. Karena itu kita sebagai warga harus membantunya supaya ia mengemban amanat ini dengan amanah.
Sekarang adalah era warganet. Dalam berbagai kesempatan, Yuhronur menjanjikan pemerintahan Lamongan yang Go Digital. Janji ini bisa terpenuhi pertama-tama dengan cara mengunggah dokumen-dokumen pemerintahan, terutama yang melibatkan anggaran, di internet sehingga bisa diakses oleh semua warga.
Dengan cara ini, warga bisa terlibat langsung mengawasi jalannya Pemerintahan. Jika Yuhronur melakukan ini, ia akan dicatat sebagai Bupati Lamongan yang melakukan lompatan besar transparansi pemerintahan. Hanya dengan cara ini, slogan kampanyenya akan terwujud.
YESSSS. Yuhronur Efendi Semoga Sukses.
Semoga Selamat!
Servis dan Jual Beli Laptop di Sambeng
CAHAYA KOMPUTER | Jalan Raya Pasarlegi RT1 RW2, Pasarlegi Sambeng |
Google Maps | Klik di sini |
Telp | 0856-4649-9123 |
Website | https://cahaya-komputer-store.business.site/ |
Kampus ITS dan Unair Cabang Lamongan
Universitas ini sering dijadikan bahan guyonan sebagai ITS, Institut Telon Semlaran. Ada juga yang menyebutnya Unair, Universitas Airlangga, karena terletak di Jalan Airlangga Sukodadi.
Biasanya kampus ini hanya dipandang sebagai pilihan terakhir setelah gagal masuk perguruan tinggi negeri. Kebetulan sekali, perintis dan pengelola website ini adalah lulusan UNISDA. Satu dari Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, satu dari Pendidikan Matematika.
Dua-duanya, sebelum memutuskan masuk Unisda, memang mengikuti seleksi masuk PTN di Surabaya. Dengan restu dari orangtua tercinta, alhamdulillah keduanya diterima di PTN tujuan. Satu diterima di “Unair”. Satunya lagi diterima di “ITS”. Keduanya cabang Sukodadi.
Mbelgedhes.
“Yowes kuliah nang Unisda wae”. Begitulah akhirnya.
Banyak pertimbangan. Terutama alasan ekonomi. Apalagi orangtua tinggal ibu. Kuliah di Unisda sudah jelas lebih murah. Tak perlu biaya kos. Juga bisa membantu orangtua di rumah.
Pada awalnya Unisda seperti hanya menjadi pelarian. Daripada tidak kuliah.
Pada suatu hari, di tengah perjalanan pulang dari kampus, ketika sedang membeli es tebu, mahasiswa “Unair” itu bertemu dengan seorang penjual bengkoang yang berjanggut putih panjang seperti domba jawa yang siap dikurbankan. Kata penjual bengkoang itu, “Anakku, nama besar universitas bukan hal penting. Bahkan jurusan kuliah juga bukan hal penting. Yang paling penting dari kuliah adalah pembentukan budaya belajar sendiri seumur hidup.”
Mak jleb!
Setelah mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba penjual bengkoang itu menghilang begitu saja. Orangnya lenyap tapi kata-katanya lekat. Kata-kata inilah yang seketika membuat mahasiswa “Unair” itu mengubah pola pikirnya tentang kuliah, Unisda, dan kampus impian.
Sejak itu ia menjadi begitu bersemangat. Bukan bersemangat kuliah. Tapi bersemangat belajar hal-hal lain di luar kuliah. Seperti kata penjual bengkoang itu, jurusan kuliah bukan hal penting. Maka ia pun mulai keluyuran ke mana-mana mencari wangsit.
Tempat pertama yang ia kunjungi adalah makam Sunan Sendang Duwur. Pulang dari makam, ia mencoba menulis perjalanan ini dalam sebuah diary yang kacau balau. Tak jelas subjek predikatnya. Diary inilah yang menjadi konten pertama dari cikal bakal blog yang kini berkembang menjadi LamonganPos.com/
Ternyata membuat diary terasa begitu menyenangkan. Sejak itu ia merasa ketagihan. Lalu keluyuran lagi. Melihat pemanjat siwalan memanen legen, lalu membuat gula merah, yang kemudian dijual untuk dibikin rujak, jumbrek, dawet siwalan, dan seterusnya. Ia mengikuti perjalanan air sadapan pohon siwalan itu ke mana-mana. Lalu menulis lagi. Keluyuran lagi. Menulis lagi. Keluyuran lagi. Sampai tak terasa, blog yang memuat diary itu sudah banyak sekali isinya.
Suatu hari, entah bagaimana awal-mulanya, di tengah perjalanan pulang dari kampus, saat sedang duduk minum es tebu, ia tiba-tiba berjumpa lagi dengan si penjual bengkoang berjanggut panjang yang dulu. “Anakku, kamu harus baca koran Surya hari ini.”
Belum sempat kaget, dengan sekelebatan mata, penjual bengkoang itu lagi-lagi menghilang begitu saja. Merasa penasaran dengan ucapan orang misterius itu, ia pun membuka koran Surya di internet. Dan… sungguh di luar logika, ucapan penjual bengkoang itu ternyata ada maksudnya. Di koran itu ada tulisan tentang es dawet. Mirip sekali dengan tulisannya. Tapi penulisnya seseorang yang tidak ia kenal.
“Wah gawat, daripada begini, kenapa tidak kukirim saja tulisanku ke Surya?”
Lalu ia pun mengirim satu tulisan dan, di luar dugaan, ternyata dimuat! Kirim lagi, dimuat lagi, kirim lagi, dimuat lagi. Walaupun tak mendapat honor sama sekali, tulisan-tulisan yang dimuat itu membuat ia seperti melihat penjual bengkoang itu ada di mana-mana.
Setahun, dua tahun, akhirnya berbekal tulisan-tulisan inilah mahasiswa “Unair” cabang Sukodadi itu diterima bekerja sebagai wartawan.
Semua bermula dari diary yang tidak jelas subyek predikatnya. Yang sekarang berkembang menjadi konten dari website ini.
Semua bermula dari Unisda.
Universitas ini memang bukan kampus bonafid. Tapi ia memberi suaka buat calon mahasiswa yang menghadapi banyak keterbatasan ekonomi dan sosial. Ia juga memberi banyak waktu kepada mahasiswanya untuk belajar sendiri, apa saja, sesukanya, di luar kampus.
Ada banyak pilihan jurusan di Unisda. Bisa dilihat di unisda.ac.id/ Tapi jurusan tidak usah dianggap begitu penting. Bisa dipilih saja secara acak. Sebab yang paling penting dari kuliah, seperti kata penjual bengkoang itu, adalah pembentukan budaya belajar sendiri seumur hidup. Lifelong learning.
Long Live Learning!
Long Live Unisda!
Universitas “STIKES” Muhammadiyah Lamongan
Universitas ini pada awalnya adalah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah. Sampai sekarang pun kernet-kernet bus saat menurunkan penumpang masih menyebutnya STIKES.
Sebetulnya universitas ini berasal dari gabungan beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah. Tidak hanya STIKES, tapi juga Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Paciran dan Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Paciran. Sekarang kampus-kampus Muhammadiyah di Paciran itu berubah menjadi Kampus 2 UMLA.
Program studi utama dari UMLA adalah ilmu-ilmu kesehatan, seperti kebidanan keperawatan, dan farmasi. Karena lulusannya cepat diserap dunia kerja, jurusan ilmu kesehatan memang tak pernah sepi peminat. Apalagi dengan banyaknya rumah sakit dan klinik Muhammadiyah di Lamongan.
Saat ini kebanyakan program studinya baru terakreditasi C. Hanya beberapa yang terakreditasi B, yaitu D3 Kebidanan, S1 Keperawatan, dan Profesi Ners. Tapi dengan modal jaringan Muhamadiyah yang luas, universitas ini berpeluang besar menjadi perguruan tinggi level regional Jatim.
Dengan lokasi yang strategis, universitas ini bisa melayani mahasiswa dari Bojonegoro, Tuban, bahkan Gresik. Walaupun usianya masih kalah tua dibandingkan Universitas Muhammadiyah Gresik, UMLA sudah berani membuka jurusan S1 Farmasi, yang bahkan di UMG saja belum ada.
Berikut jurusan yang tersedia:
Fakultas | Jurusan | Akreditasi |
Ilmu Kesehatan | S1 Keperawatan | B |
S1 Farmasi | C | |
S1 Administrasi Rumah Sakit | C | |
D3 Kebidanan | B | |
D3 Fisioterapi | C | |
D3 Farmasi | C | |
Profesi Ners | B | |
Ilmu Ekonomi | S1 Akuntansi | C |
S1 Manajemen | C | |
S1 Ekonomi Syariah | C | |
Keguruan & Ilmu Pendidikan | S1 Pendidikan Guru SD | C |
Sains & Teknologi | S1 Biologi | C |
S1 Fisika | C | |
S1 Teknologi Komputer | C |
Website | umla.ac.id |
info@umla.ac.id | |
WA | 082331923447, 085854796474 |
Instagram/Twitter | um_lamongan |
Universitas Muhammadiyah Lamongan | |
Telp | 0322-322356 |
Servis dan Jual Beli Laptop-Komputer di Kecamatan Sugio
SURABAYA COMPUTER | Jl. Raya Sugio – Lamongan No. 54 Sugio |
Google Maps | Klik di sini |
Telp | 0857-3143-7473 |
Website | https://surabaya-computer-la.business.site/ |