OPINI

Andai Nabi Muhammad Bersama Kita Hari ini

Bulan Puasa seperti sekarang, paling enak tentunya mendengarkan musik-musik religi seperti El Mighwar. Grup musik asal Bandung ini memang masih kalah populer dibandingkan Sabyan. Tapi sebetulnya El Mighwar lebih menjiwai lirik dan suasana religinya.

Lagu Law Kana Baynanal Habib bisa menjadi contohnya. Lagu ini pertama kali dipopulerkan oleh Adulrahman Mohammad, musisi Arab. Di tangan El Mighwar, dengan vokal Ai Khodijah yang bening, lagu ini justru lebih menyentuh.

Lirik lagu ini puitis sekali. Puji-pujian kepada Nabi Muhammad, yang kepadanya kita semua berhutang shalawat dan salam.

Penulisan lirik Arabnya di video di atas masih perlu perbaikan. Tapi jika diterjemahkan secara musikal yang mempertahankan rima dan suku katanya, liriknya dalam bahasa Indonesia kira-kira seperti ini:

Andai kau di sisi kami

Yang jauh ‘kan menghampiri

Mengharap jiwa bestari

Ingin dekat dengan Nabi

Di dekatmu jiwa damai

Doa pun diijabahi

Cahayamu tak ‘kan usai

Pertemukan kami, Rabbi

Petunjukmu tuntun kami

Menuju rahmat ilahi

Ucapanmu bagai sungai

Di dekatmu kami b’rseri

Padamu kami tergadai

Muhammad yang menghormati

Di sampingmu bersih hati

Rahmat s’mesta alam ini

Wahai kasihku Muhammad

P’lipur lara yang terpuji

Kemulyaanmu teruji

Allah jalla pun memuji

ANEKA

Jasa Pembuatan Karikatur, Edit Foto & Video di Lamongan

Di internet sebetulnya ada banyak aplikasi gratisan untuk bikin karikatur, edit foto, atau edit video. Tapi hasilnya biasanya kurang halus.

Jika kita menginginkan hasil yang halus, foto harus diolah manual dengan program grafis. Sayangnya, olah grafis ini agak repot. Tidak semua orang bisa.

Kalau tidak ingin repot, kita bisa pakai jasa olah grafis profesional. Di antara daftar teman Lamongan Pos di medsos, setidaknya ada dua penyedia jasa ini yang bisa Anda manfaatkan.

KADOUYE LAMONGAN
Instagramkadouye_lamongan/
WA085604193406
Sudah murah, diskon pula!

J-MART KARIKATURSpesialis Karikatur
Instagramj.mart_karikatur/
WA

Berbeda dengan Kadouye yang mengandalkan olah grafis di komputer, karikatur JMART adalah karya lukis murni menggunakan cat air. Biasanya jadi kado untuk kalangan pejabat.

Karena berupa karya seni lukis murni, harganya lumayan mahal. Yang eksklusif bisa sampai Rp 2,5 juta per lukisan. Tapi tarifnya tergantung tema dan kerumitan. Jika sederhana, tentu tarifnya tidak sebesar itu.

ANEKA

Gensa Kidz, Klinik Anak Berkebutuhan Khusus di Lamongan

Punya anak yang sehat sempurna adalah dambaan semua orangtua. Tapi kehendak Tuhan sering tidak sesuai dengan kehendak kita.

Anak-anak tertentu terlahir autistik. Ada yang telat bicara. Ada yang down syndrom. Ada yang punya masalah dengan perhatian, kalau dipanggil tidak menoleh.  Ada yang hiperaktif. Dan sebagainya.

Bagaimanapun kekurangannya, mereka adalah anugerah Tuhan. Yang diciptakan dalam “ahsani taqwim”. Sebagus-bagusnya penciptaan. Maka adalah tugas orangtua untuk merawat “anak-anak spesial” ini sebaik-baiknya. Sesabar-sabarnya. Seikhlas-ikhlasnya.

Di zaman digital seperti sekarang, orangtua sebetulnya dimudahkan dalam hal mencari tempat bertanya. Di internet ada banyak komunitas orangtua anak berkebutuhan khusus. Komunitas-komunitas ini bisa menjadi wadah curhat, bertanya, dan berbagi pengalaman.

Di Lamongan sendiri, masalah tumbuh kembang seperti ini masih kurang mendapat perhatian. Setidaknya ini bisa dilihat dari jarangnya klinik buat anak berkebutuhan khusus.

Di Lamongan Kota, klinik anak spesial ini bisa kita temukan di Ruko Tambakboyo Regency Lamongan Kota, yang dikelola oleh terapis okupasi wong Lamongan lulusan Universitas Indonesia, Laili Fitri Isnaini.

Sekadar untuk diketahui, terapi okupasi itu seperti terapi buat orang stroke agar bisa bicara atau berjalan lagi. GenSa Kidz mengkhususkan diri pada masalah tumbuh kembang anak.

Walaupun seorang anak punya masalah tumbuh kembang, ia tetap bisa tumbuh dan berkembang menjadi “Generasi Salahuddin Al-Ayyubi”—tokoh yang menjadi inspirasi nama GenSA.

GenSA KidzRuko Tambakboyo Regency Lamongan Kota
Google MapsKlik di sini
Websitehttps://gensakidz.com/
Telp0322-314966
WA081311992012 (Indah)
Instagramgensakidz
FacebookGenSAKidz
Emailemail@gensakidz.com
SEJARAH

Sejarah Perahu Baja di Bengawan Solo Karanggeneng

Pada akhir musim kemarau tahun 2019 lalu warga Lamongan dihebohkan oleh penemuan tiga bangkai perahu baja di Bengawan Solo, di Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng. Hingga hari ini kita baru bisa menduga-duga sejarah perahu itu.

Kita memang punya masalah dalam dokumentasi sejarah. Namun, ada beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk menyusun kepingan sejarah perahu itu.

  • Perahu baja buatan Amerika

Perahu ini bukan buatan Belanda atau Jepang melainkan Amerika Serikat. Ini ditunjukkan oleh adanya cetakan logo MEB di badan perahu. Arkeolog Wicaksono Dwi Nugroho meyakini, logo MEB ini milik Marine Expeditionary Brigade, satuan marinir Amerika Serikat.

Wicaksono menduga, peristiwa tenggelamnya perahu ini terjadi ketika tentara Sekutu mendarat di Jawa Timur tahun 1945, untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang.

Ini salah satu teori.

LamonganPos punya teori lain (Ampuuun, Pak Wicaksono!) Bisa jadi perahu itu tak ada hubungannya dengan tentara Sekutu, melainkan memang dipakai tentara Belanda.

Sebab selama agresi militer Belanda banyak menggunakan alat tempur buatan Amerika. Bantuan Amerika ini adalah bagian dari paket Marshall Plan yang diberikan kepada negara-negara yang terdampak PD II.

Pertanyaanya, ngapain Belanda di Karanggeneng?

  • Mungkin terkait agresi militer 1948

Sebagai gambaran utuh, mari kita lihat peristiwa agresi militer Belanda tahun 1948. Pada tanggal  18 dan 19 Desember pasukan marinir Belanda mendarat di Glondong, Jenu, Tuban. Mereka memulai operasi militer yang diberi sandi “Burung Camar”.

Foto nomor 1 dan 2 adalah pendaratan marinir Belanda di Jenu dari koleksi Sjilvends.nl/

Dari Jenu, marinir Belanda berpencar. Sebagian ke arah Jawa Tengah, sebagian ke Tuban kota lalu ke Babat lewat Cincim Lawas.

Marinir Belanda di Cincim Lawas, Babat.

Setelah menguasai Babat, mereka tidak langsung menyerang Lamongan lewat Pucuk-Sukodadi, melainkan bergerak ke Ngimbang dan Mantup.

Marinir Belanda di Ngimbang.

Dari Mantup, mereka baru menyerbu Lamongan lewat Tikung. Dari Lamongan, mereka bergerak ke Sukodadi dan Karanggeneng. Rute serangan yang sulit ditebak. Tampaknya untuk mengecoh TNI.

Marinir Belanda di Mantup, menuju ke Lamongan.

Jadi, mungkin perahu baja ini bagian dari pasukan yang dikirim ke Karanggeneng pada Operasi Burung Camar itu.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana perahu itu bisa tenggelam?

  • Mungkin tenggelam akibat baku tembak

Di lokasi penggalian ditemukan juga peluru. Beberapa media melaporkan, salah satu perahu ada bagian yang rusak seperti bekas tembakan. Mungkin saat itu ada baku tembak yang menyebabkan perahu itu tenggelam. Apalagi menurut cerita turun-temurun di kalangan warga setempat, dulu di tempat ini pernah ada baku tembak di zaman Belanda.

Di video amatir di Youtube di bawah, menit 2.05 tampak ada bagian perahu yang bolong bundar simetris. Mungkin bekas ditembus peluru lalu lubangnya melebar karena karat. Tapi ini hanya spekulasi yang sulit dipastikan.

  • Perahu multifungsi

Ada tiga buah perahu yang ditemukan di sini. Dua perahu disambung jadi satu di bagian buritan yang memang punya pengait. Dilihat dari bentuknya, perahu ini adalah perahu serbu (assault boat).

Perahu serbu ini multifungsi. Bisa untuk menyeberangkan tentara seperti ilustrasi nomor 4. Ini bukan foto tentara Belanda di Karanggeneng melainkan foto tentara Amerika di Eropa saat PD II melawan Jerman.

Kalau 6 buah perahu dikaitkan satu sama lain, fungsinya seperti rakit yang bisa mengangkut satu buah mobil.

Kalau beberapa puluh perahu dijajar, fungsinya seperti jembatan apung (pontoon bridge) yang bisa dilewati oleh kendaraan perang dalam jumlah banyak seperti ilustrasi nomor 5.

Tapi  tampaknya di Karanggeneng ini armada marinir Belanda tidak begitu banyak karena sebagian besar wilayah Lamongan saat itu praktis sudah mereka kuasai. Mereka ke Karanggeneng hanya untuk berpatroli.

Foto nomor 6 dibuat sebelum tahun 1920. Universitas Leiden memberi keterangan foto ini “Bengawan Solo Karanggeneng Jawa Tengah”. Tapi desa-desa bernama Karanggeneng di Jawa Tengah tidak memiliki jembatan penyeberangan melintasi Bengawan Solo. Jadi kemungkinan ini adalah Karanggeneng Lamongan.

Dari foto ini tampak jelas bahwa “tambangan” Karanggeneng sudah biasa dipakai Belanda untuk menyeberangkan kendaraan.

Jika Anda punya informasi atau analisis lain, silakan sampaikan di kolom komentar atau sampaikan lewat email redaksi@lamonganpos.com

ANEKA

Mbois, Produk UMKM Lamongan Sekarang Masuk Alfamart dan Indomaret

Ini benar-benar mbois. Sekarang cemilan buatan usaha rumahan di Lamongan bisa masuk di Alfamart dan Indomaret setempat. Bersanding dengan produk Garuda Food dan selevelnya.

Di masa pandemi seperti sekarang, ini adalah peluang yang sangat bagus untuk meningkatkan penjualan. Apalagi syaratnya pun tidaki sulit:

  • Berupa makanan kering yang tahan lama seperti keripik, bubuk kopi, permen jahe, dan sejenisnya
  • Kemasan bagus, sesuai standar Alfamart dan Indomaret
  • Sudah memiliki Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Lamongan
  • Mencantumkan tanggal kedaluarsa di kemasan
Rak UMKM di Alfamart Desa Bulutengger, Sekaran

Kedua retail modern ini bersedia menerima produk-produk UMKM karena menjalankan instruksi dari Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi.

Agar urusannya lebih mudah, produk-produk rumahan ini bisa dikumpulkan lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat. Nanti produk-produk ini akan difasilitasi untuk dipajang di swalayan di kecamatan setempat.

Di Kecamatan Sekaran, misalnya, produk-produk UMKM ini dikumpulkan di Sekaran Mekar, gerai UMKM setempat. Saat ini produk-produk tersebut sudah dipajang di Alfamart Desa Bulutengger, Sekaran.

Wingko krispi, produk Desa Besur, Sekaran. Dengan dibuat krispi, wingko jadi lebih tahan lama dan “anti-mainstream”.
Keripik keong emas, produk Desa Bugel, Sekaran. Keong emas adalah siput sawah sejenis besusul. Sering menjadi hama padi. Dengan sedikit inovasi, bisa menjadi cemilan yang bikin penasaran.
Kerupuk kopi, produk Desa Manyar, Sekaran. Kopi umumnya diseduh tapi kali ini ia tampil sebagai “makanan yang berbunyi”.

Selain cemilan-cemilan unik di atas, ada juga produk-produk yang biasa seperti keripik ubi (bolet), keripik bawang, keripik pisang, dan lain-lain.

Wah, ini typo, Bu. Harusnya stik lele. Stick=batang. Steak=daging panggang.
Gerai UMKM Sekaran Mekar
Instagramsekaran_mekar/
FacebookGerai Umkm Kec Sekaran
WA082120413903
MEGILAN

Iwak Sili, Lauk Khas Sego Boran yang Kian Langka

Sebagian besar cah Lamongan generasi Tiktok sekarang mungkin tidak pernah melihat wujud hidup ikan ini langsung. Padahal ini adalah ikan legendaris yang menjadi ciri khas sego boran.

Sekarang sebagian besar penjual sego boran tidak lagi menyediakan lauk ikan sili. Harap maklum, ikan ini memang sudah jarang sekali ditemukan. Harganya juga mahal sekali. Sampai puluhan ribu sekilo. Jauh lebih mahal daripada daging ayam.

Berbeda dengan ikan-ikan air tawar lain yang banyak dibudidayakan, iwak sili (Mastacembelus sp) masih tergolong sulit dibudidayakan.

Foto Kahji Ajir Buronan Mertua

Beberapa karakter iwak sili:

  1. Karnivora (pemakan daging)

Ikan ini makan hewan lain seperti udang, kerang-kerangan, yuyu (kepiting air tawar), larva serangga, keluarga siput, dan ikan-ikan kecil.

  • Suka dengan perairan yang berlumpur

Dulu ikan ini juga mudah didapat di jublang linet (kolam lumpur) yang airnya mengering saat kemarau. Ketika ikan-ikan lain sudah tewas karena tidak bisa hidup di lumpur, ikan ini bersama iwak kutuk (ikan gabus) dan iwak lele, masih bisa bertahan hidup.

  • Suka tinggal di tempat yang ternaungi

Iwak sili tidak suka panas matahari langsung. Biasanya tinggal di bawah barongan (rumpun bambu). Pada awalnya ikut terbawa air banjir lalu tertinggal di jublang dan berkembang biak di sini.

Monggo, dulur-dulur ahli perikanan Lamongan, barangkali tertarik mengembangkan teknik budidaya iwak sili agar tidak punah. Daripada bikin penelitian yang mengawang-awang di udara, iwak sili lebih konkret.

Iwak conggah (lobster air tawar) sekarang juga sulit ditemukan di Bengawan Solo. Tapi kini sudah banyak yang membudidayakannya. Begitu juga iwak wagal (keluarga ikan patin).

Ikan sili mungkin lebih sulit dibudidayakan. Tapi bukan wong Lamongan kalau tidak suka tantangan. Budidaya iwak sili tidak ada apa-apanya dibandingkan perjalanan Joko Tingkir ke Pajang menyusuri Bengawan Solo sampai harus bertarung mengalahkan 40 ekor buaya…

Referensi:

  1. Kebiasaan Makan Ikan Tilan (Mastacembelus erythrotaenia, Bleeker 1850) di Sungai Musi.
  2. Kajian Morfologis dan Kelimpahan Ikan Sili (Famili : Mastacembelidae) di Sungai Seruai Desa Namu Suro Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
  3. Ikan Sili Nyaris Punah. Sains Kompas.
JUAL BELI

Keripik Gayam Si Buah Genderuwo dari Latukan, Karanggeneng

Keripik singkong? Sudah biasa. Keripik ubi? Kentang? Tempe? Sudah banyak yang jual.

Keripik buah genderuwo? Nah, ini baru horor!

Di Lamongan Anda bisa mendapatkan keripik ini di Desa Latukan, Kecamatan Karanggeneng.

Keripik ini berasal dari biji buah gayam. Pohon ini kadang disebut pohon genderuwo karena bisa tumbuh sangat besar, bertajuk lebat dan rindang. Sering dianggap sebagai sarang genderuwo.

Pohon ini sekarang sudah jarang sekali ditemukan. Di Latukan pun tinggal beberapa batang saja.

Dalam biologi, gayam (Inocarpus fagiferus) masih berkerabat dengan petai dan jengkol. Buahnya berupa polong yang keras. Bentuk bijinya mirip jengkol.

Karena buahnya sangat keras dan sulit dikonsumsi, pohon ini biasanya ditebang. Padahal sebetulnya dengan sedikit pengolahan, buah ini bisa menjadi komoditas yang sangat menguntungkan.

Inilah yang dilakukan oleh Bu Liandra, warga Latukan. Selama enam tahun ini ia menekuni usaha produksi keripik gayam. Buah yang keras itu dipecah satu-satu, lalu bijinya direndam, dikupas, diiris-iris, lalu digoreng.

Walaupun bumbunya hanya penyedap rasa, keripik gayam sangat gurih. Gurihnya khas buah polong. Kira-kira selevel gurihnya petai atau jengkol. Tapi karena ini keripik, sama sekali tak ada bau yang menyengat.

Keripik ini dijual dalam kemasan 1 ons seharga Rp 10 ribu. Tersedia juga kemasan 2,5 ons dan 5 ons. Harganya lumayan mahal karena memang proses pembuatannya melelahkan dan bahan bakunya sulit didapat.

Berbeda dari ketela, ubi, kentang, atau tempe yang bahan bakunya selalu ada, buah gayam tidak selalu ada. Selain karena pohonnya jarang, gayam berbuah musiman. Setahun tiga kali.

Tak harus datang ke Latukan, Anda bisa membelinya secara online. 

Keripik Gayam Bu LiandraDesa Latukan, Kecamatan Karanggeneng
WA0856-4871-0391
Facebookfacebook.com/briliandra.pecek
  
ANEKA

Wisata Sambil Belajar Membatik di Sendangagung Paciran

Belajar tidak harus di dalam kelas.  Di luar kelas, kegiatan belajar sebetulnya jauh lebih menyenangkan.

Contohnya ini: wisata edukasi membatik di Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran.

Di sini siswa bisa mengenal batik, praktek membatik, belajar sains mengenai zat warna, kelarutan zat di dalam air, dan sebagainya.

Setelah membatik, anak-anak belajar biologi mengenai reptil, aves, dan sebagainya lewat interaksi dengan aneka satwa koleksi komunitas Pencinta Satwa Sendangagung.

Sebelum pulang, mereka bisa menikmati hidangan khas Sendang nasi muduk, sejenis nasi kuning/punar. Lengkap.

Biayanya, satu siswa antara Rp30.000 sampai 50.000. Sudah termasuk semua keperluan membatik, hasil batik dibawa pulang, piagam, dan suvenir.

Tak hanya tema batik, di sini ada juga wisata dengan tema kerajinan emas-perak, bordir, dan siwalan. Lengkap. Kalau cuma wisata batik, tak harus jauh-jauh ke Jogja atau Solo. Di Lamongan sudah ada.

 WISATA EDUKASI MEMBATIKDesa Sendangagung, Kec. Paciran
Telp/WA082230409990 (Mas Agus)
FacebookWisataedukasi Sendangagung
Instagramwisataedukasisendangagung

ANEKA

Melon Hidroponik Prayoga, Tidak Manis Uang Kembali

Beli melon di pasar pada umumnya untung-untungan. Kadang dapat yang manis, kadang sepoh. Harga melon, rasa timun.

Tapi di Dusun Penanjan, Desa Paciran, Anda bisa membeli melon bergaransi. Dijamin manis pol. Kalau tidak manis, jaminan uang kembali. Matoh tenan!

Pada musim kemarau, kemanisannya sekitar 17 briks. Briks adalah skala kemanisan. Angka 17 briks ini dalam ungkapan orang Lamongan adalah “legi nyer“. Pada musim hujan, briks agak turun tapi tetap manis, sekitar 14-15. Kemanisan sebesar ini masih kategori melon premium.

Pemilik kebun, Gigih Prayoga, berani memberi garansi karena melon ini ditanam di dalam rumah kaca (greenhouse) yang kondisinya benar-benar terkontrol. Nutrisi dialirkan lewat selang-selang hidroponik sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara.

Serangga sulit masuk sehingga tanaman tidak mudah penyakitan seperti melon pada umumnya yang ditanam di lahan terbuka. Sekadar diketahui, penyebab utama melon hambar adalah kondisi tanaman yang kena penyakit.

Ada beberapa jenis melon yang tersedia di sini. Melon hijau dan melon kuning, atau yang biasa disebut melon Apollo. Satu buah melon bobotnya sekitar 1-2 kg.

Melon ini dijual dengan sistem pesan dulu. Pembeli datang dengan janji lebih dulu. Harganya Rp 20 ribu sekilo. Cukup mahal jika dibandingkan dengan melon pada umumnya. Selain karena bergaransi, biaya produksi sistem hidroponik rumah kaca memang cukup tinggi.

Sebagai gambaran, untuk membuat rumah kaca dengan luas 15×10 meter saja butuh dana Rp 40 juta.

Kelebihan lain melon Prayoga adalah lebih sehat karena penggunaan pestisidanya sangat minimal. Tidak seperti di lahan terbuka yang harus sering disemprot pestisida karena tanaman mudah kena penyakit.

Namun, karena di sini hanya ada satu lahan rumah kaca, melon hanya tersedia pada saat panen. Sekali siklus tanam butuh waktu sekitar tiga bulan. Panen terakhir kemarin bulan Maret. Saat ini sedang tahap awal menanam lagi dan baru tersedia bulan Juni nanti.

Yang unik, Gigih Prayoga bukan sarjana pertanian melainkan sarjana teknik sipil lulusan Untag Surabaya. Selepas lulus tahun 2019, ia langsung terjun ke agrobisnis ini di awal 2020. Ia belajar hidroponik secara otodidaktik dari Google dan Youtube.

Cah Lamongan memang pinter-pinter.

Jika Anda berminat mencicipi melon premium made in Penanjan ini, silakan hubungi pemilik kebun. Bisa tanya-tanya juga. Gratis.

Kalau ingin serius belajar hidroponik, Anda juga bisa magang dan belajar privat di sini sampai lulus dan bisa bikin kebun sendiri. Tentu saja tidak gratis.

Melon PrayogaDusun Penanjan, Desa/Kecamatan Paciran, sebelah barat Wisata Bahari Lamongan
Google Mapsklik di sini
Cari Penanjan Paciran, masuk lewat gapura, lihat video di bawah
Telp/WA085730009567
Facebookfacebook.com/yoga.avenged.37
InstagramLadang Prayoga
  
SEJARAH

Lele Lamongan, Ikan Keramat Pembawa Selamat

Ikan lele adalah hewan bertuah bagi orang Lamongan. Ikan ini, bersama bandeng, menjadi lambang Kabupaten Lamongan. Para perantau Lamongan terkenal sebagai penjual pecel lele di mana-mana, bahkan sampai di Bulan hehe…

Foto: @Trida_dha

Bagi sebagian orang Lamongan, ikan lele adalah hewan dengan kasta tertinggi, mirip sapi bagi orang Hindu. Saya punya beberapa kawan orang asli Lamongan yang pantang makan lele. Turun temurun sejak zaman kakek-buyutnya. Mirip orang Hindu yang tak makan daging sapi.

Bupati Fadeli juga termasuk yang punya pantangan ini. Di acara “1.000 Penyet Lele Massal” Juli 2019, Fadeli mengaku terus terang tak mau makan lele. “Karena saya orang Lamongan asli, pantang makan lele. Sambele tak pangan, tapi iwake sampeyan sing mangan,” katanya.

Beda dengan orang Hindu yang tak makan daging sapi karena agama, pantangan makan lele bagi wong Lamongan erat kaitannya dengan cerita rakyat atau folklor. Salah satu versi dongeng yang terkenal menceritakan:

Alkisah, Sunan Giri bertamu di rumah Mbok Rondo Barang di wilayah Karangbinangun, Lamongan. Ketika ia pulang, di tengah jalan ia menyadari kerisnya tertinggal di rumah Mbok Rondo. Ia pun meminta salah satu orang kepercayaannya, Ki Bayapati, untuk mengambil pusaka itu. Ki Bayapati pun datang ke rumah Mbok Rondo untuk mengambilnya. Tapi, ia keburu dikira mau mencuri pusaka itu sehingga ia dikejar-kejar oleh warga.

Untuk menghindari amukan massa, ia melarikan diri dan melompat ke dalam kolam yang berisi banyak ikan lele di daerah Glagah. Di kolam ini ia selamat dari kejaran warga.

Karena merasa diselamatkan oleh lele-lele itu, Ki Bayapati bersumpah, ia dan anak-turunnya tidak akan makan ikan lele.

Cerita Ki Bayapati ini memang hanya dongeng, tapi di Lamongan ada prasasti yang menyatakan bahwa orang Lamongan zaman dulu memang menyucikan ikan. Prasasti itu diperkirakan berasal dari era Raja Majapahit Jayanegara sekitar abad ke-14.

Foto:dennycaturprabowo

Isi prasasti itu, yang dituliskan kembali oleh Muhammad Yamin dalam Buku “Tata Negara Majapahit Parwa I & II” (1962), menuliskan: “… pamūjā hyang iwak, sakinabhaktyanya ri lagi phalanyān susṭubhakti ri Çrī Mahārāja..”

Artinya kurang lebih: … pemujaan [kepada] hyang iwak, pemujaan yang tiada hentinya sebagai tanda setia kepada maharaja…”.

Peneliti sejarah menduga, ikan suci yang dimaksud dalam prasasti itu ada kaitannya dengan ikan lele.

Menurut Denny Catur Prabowo, peneliti sejarah Lamongan, pemujaan kepada ‘hyang iwak’ ini karena masyarakat Lamongan zaman dulu hidupnya bergantung pada sungai, yaitu Bengawan Solo dan anak sungainya, Bengawan Jero, serta Kali Brantas. Mungkin mirip pemujaan kepada Dewi Sri (Dewi Kesuburan) di masyarakat petani.

Di luar kepercayaan itu, makan atau berpantang ikan lele lebih merupakan pilihan pribadi. Saya sendiri asli cah Laren, pinggiran Bengawan Solo, tapi senang makan lele. Dibotok atau digoreng sama enaknya. Apalagi lele adalah salah satu ikan yang kaya protein, asam lemak omega 3, omega 6, vitamin, dan gizi lain.

Berpantang atau tidak, lele tetap hewan keramat bagi orang Lamongan. Dulu lele menyelamatkan hidup Ki Bayapati. Sekarang lele menghidupi para perantau Lamongan. Kekeramatan yang sama, hanya beda bentuknya.