
Band Sukatani sudah viral bulan lalu. Tapi baru hari ini saya sempat mendengarkan albumnya di internet. Saya harus berterima kasih kepada Pak Polisi yang sudah membuat band ini jadi berita. Sukatani memang layak didengarkan oleh penggemar musik rok progresif. Musiknya mungkin tidak se-progresif Iwan Fals atau Rhoma Irama. Tapi liriknya jelas jauh lebih progresif dari keduanya. Seperti inilah seharusnya musik.
Musik Sukatani sekilas terdengar seperti Green Day, grup musik punk dari Amerika. Suarajauh vokalisnya mirip Mel Shandy.
Satu album isinya full potret sosial manusia zaman sekarang. Tak ada cinta-cintaan. Sebab mereka memang benar-benar sudah selesai dengan urusan asmara. Duo penyanyi dan gitaris Sukatani adalah pasangan suami istri. Mungkin inilah terjemahan yang paling pas dari kata “soulmate”.
Band asal Purbalingga ini memang layak naik panggung nasional agar lebih banyak orang mengenalnya. Di panggung, pasangan ini selalu tampil memakai topeng serupa topeng orang-orangan sawah pengusir burung pemakan padi. Rupanya ini untuk menutupi identitas mereka. Di atas panggung, sang vokalis adalah Twister Angel. Di belakang panggung, sang Angel ini adalah Novi Citra Indriyati, seorang ustazah di sebuah SD Islam yang biasanya identik dengan emak-emak PKS. Dua persona yang sulit kita bayangkan ada di dalam diri satu orang. Dan memang benar, setelah Sukatani viral dan identitasnya terbuka, Novi dipecat dari guru SD karena pakaian dan aktivitasnya dianggap “tidak Islami’ padahal ia hanya menyampaikan kritik sosial lewat musik.
Dulu lagu-lagu kritik sosial banyak dinyanyikan oleh Sang Legenda Iwan Fals. Tapi kini Iwan Fals sudah uzur dan suaranya sudah benar-benar fals. Ia bahkan sering menyindir gerakan demonstrasi mahasiswa.
Setelah era Iwan Fals tamat, muncul grup musik Efek Rumah Kaca, yang vokalisnya masih keturunan Babat, Lamongan. ERK banyak menyanyikan lagu-lagu perlawanan, salah satunya Di Udara, yang terus mengingatkan kita betapa jahatnya organ-organ Pemerintah, mereka menghabisi Munir dengan racun saat terbang ke Belanda.
Bertahun-tahun setelah lahirnya ERK yang melodinya mirip Radiohead, sekarang baru muncul lagi band pemberontakan yang musiknya rancak, enak dinikmati sebagai teman goyang kaki.
Di skena musik Indonesia, band Sukatani dikelompokkan sebagai band punk. Musiknya post punk. Tapi sebetulnya label punk justru membatasi audiens mereka. Sejarah punk sendiri sebetulnya adalah tradisi perlawanan terhadap pemerintah. Tapi di masyarakat kita, label punk bergeser menjadi sekadar gaya hidup “ora urus”. Lebih ironis lagi, yang disebut anak-anak punk adalah mereka yang hidup di jalan dan menjadi tukang palak di Indomaret atau pom bensin.
Sukatani layak keluar dari label punk.
Daftar Isi
Album Konsep
Album Gelap Gempita diawali dengan intro cerita Mbah Gatot Surono, seorang petani pelestari benih padi lokal Rojolele yang hidup di zaman ketika Pak Harto terobsesi dengan swasembada beras. Untuk mencapai swasembada itu, Pak Harto memaksa semua petani menanam padi IR yang cepat panen. Gatot menolak. Ia tetap menanam Rojolele.
Karena sikapnya yang menentang pemerintah ini, dia ditangkap tentara dan sempat ditahan di penjara Koramil. Keluar dari penjara, ia menanam padi lagi. Ketika panen, ia mengadakan syukuran dan mengundang tentara Koramil yang dulu menangkapnya. Ketika makan nasi suguhan Gatot, tentara itu memuji, nasinya enak sekali. “Ini dari padi yang dulu Bapak cabuti,” kata Gatot. Sebuah cerita lucu yang getir.
Gaya intro seperti ini lazim digunakan oleh band-band rok progresif dunia seperti Pink Floyd dan Dream Theater. Dalam tradisi musik rok progresif, album musik adalah sebuah konsep cerita yang bersambung mulai dari lagu pertama sampai lagu terakhir.
Walaupun cerita Mbah Gatot Surono ini jadul sekali, pesannya tetap relevan dengan situasi hari ini ketika para petani tetap menjadi menjadi alat produksi yang dibayar dengan upah jauh di bawah batas minimum.
Semua lagu di album ini direkam dengan vokal suarajauh sehingga liriknya kurang jelas terdengar. Persis seperti teriakan petani dari gubuknya ketika mengusir burung di sawah yang hendak dipanen. Teriakan jengkel karena selalu kalah. Ingin putus asa tapi menolak menyerah.
Sukatani
Untuk mendengarkan, klik tombol PLAY di atas.
Sukatani seneng karo wong tani
Sukatani pengin dadi wong tani
Sukatani tapi ra ndue lemah
Sukatani mayuh pada nggembor
Maturnuwun wong tani
Dewek dadi teyeng mangan
Maturnuwun wong tani
Sing wis ngejaga lingkungan
Bayar Bayar Bayar
Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs bayar polisi
Lapor barang hilang bayar polisi
Masuk ke penjara bayar polisi
Keluar penjara bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau korupsi bayar polisi
Mau gusur rumah bayar polisi
Mau babat hutan bayar polisi
Mau jadi polisi bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Semakin Tua Semakin Punk
Semakin tua banyak pikiran
Semakin tua banyak persoalan
Semakin tua banyak tanggungan
Semakin tua banyak keluhan
Semakin tua semakin punk
Semakin tua butuh hiburan
Semakin tua kurang kerjaan
Semakin tua jadi emosian
Semakin tua abang-abangan
Semakin tua semakin punk
Tanam Kemandirian
Dan kami tak pernah berharap
Sebab bila tak nyata kami ‘kan kecewa
Dan lakukan yang kami bisa
Bekerja dan belajar di jalan yang ada
Selama itu bukan segala kejahatan
Selama itu adalah sebuah pilihan
Nak, kami adalah kawanmu
Bergabung dengan kami dan menjadi satu
Nak, prinsip ayah dan ibumu
Membawa kami datang di hadapanmu
Bangun relasi keluargamu yang aman
Pertahankan jalan mandiri berjuang
Selama itu bukan segala kejahatan
Selama itu adalah sebuah pilihan
Alas Wirasaba
Pas esih cilik inyong, pada mlaku – mlaku
Karo batir – batir maring, alas Wirasaba
Pada ngarahi tebu, meneki wit jambu
Dolanan sundamanda, karo brancakan
La la la la la la la la
Pas esih cilik inyong, pada mlaku – mlaku
Karo batir – batir maring, alas Wirasaba
Pada ngarahi tebu, meneki wit jambu
Dolanan sundamanda, karo brancakan
Lah siki alase ra ana
wis didadikna bandara
Terus inyong arep dolanan nang ngendi ya
Jebul batire mbarang, wis pada ilang
Realitas Konsumerisme
Kehidupan dihadapkan banyak keinginan
Keinginan tak ubahnya ujian
Kredit cicilan dan hutang tanpa ada urgensi
Kaji ulang dan dipikir lagi
Sesungguhnya kemampuan
Belum mencukupi
Realitas konsumerisme
Produktivitas nol
Kehidupan dihadapkan banyak keinginan
Keinginan tak ubahnya ujian
Kredit cicilan dan hutang tanpa ada urgensi
Kaji ulang dan dipikir lagi
Sesungguhnya kemampuan
Belum mencukupi
Realitas konsumerisme
Produktivitas nol
Jangan Bicara Solidaritas
Jangan bicara tentang solidaritas
Jika hanya untuk terlihat keras
Menjadi tren menciptakan kelas
Kelas para pejuang
Dipajang di panggung dan kertas
Jangan bicara tentang perjuangan
Sementara keluarga, tetangga dan teman
Tak merasa aman dan ditinggalkan
Berujung kecewa
Penuh kesakitan dan malang
Terbitnya sang mentari adalah bukti
Sinarnya menerangi seisi bumi
Tenggelam saat senja tak perlu kata
Malam pun akan tiba tanpa di murka
Jangan bicara tentang solidaritas
Gelap Gempita
Di dalam otak mereka hanyalah kekuasaan
Di dalam hati mereka tak ada kepuasan
Di dalam cara mereka terpampang kedzaliman
Di dalam harap mereka cahaya kemenangan
Di dalam otak mereka hanyalah kekuasaan
Di dalam hati mereka tak ada kepuasan
Di dalam cara mereka terpampang kedzaliman
Di dalam harap mereka cahaya kemenangan
The light shining on them
Will be blocked by this flag
The light shining on them
Will be blocked by this flag