Apakah saat ini Indonesia sedang baik-baik saja?
Secara ringkas, jawabannya TIDAK.
Ekonomi sedang lesu. Daya beli mayarakat turun. Omset usaha turun. Membuat usaha baru juga sulit sekali.
Apalagi sekarang terjadi demonstrasi di mana-mana. Harga saham (nilai perusahaan-perusahaan Indonesia) runtuh. Nilai rupiah anjlok mendekati angka saat krisis moneter tahun 1998.
Di saat ekonomi sedang lesu begini, Presiden Prabowo malah sibuk dengan mainan barunya, Proyek Danantara. Gara-gara proyek ini, anggaran negara dipangkas habis-habisan dan uangnya dialihkan untuk Danantara.
Danatara ini proyek yang nilainya amat sangat besar sekali. Angkanya sampai seribuan TRILIUN. Kita bahkan sudah tidak bisa membayangkan seberapa banyak uang ini. Ini kira-kira sama dengan memberi uang hampir satu miliar rupiah kepada semua penduduk Lamongan, mulai bayi sampai manula, yang jumlahnya sekitar satu jutaan orang.
Yang licik, Prabowo sama sekali tidak menyebut proyek Danantara ini pada saat kampanye pilpres. Begitu dia terpilih, langsung dieksekusi. Padahal ini melibatkan uang negara yang sangat besar.
Demonstrasi hari ini adalah akumulasi dari kekesalan warga kepada Pemerintah, dipicu oleh revisi UU TNI yang berlangsung secepat kilat dan diam-diam. Pemerintah bilang, nggak usah khawatir karena nggak ada pasal yang mengkhawatirkan. Tapi kocaknya, warga tidak pernah bisa membaca pasal-pasal revisi itu karena DPR tidak pernah mempublikasikannya.
Ini sama saja dengan bilang, “Sudahlah, kalian nurut dan percaya sama saya saja.” Padahal amanat reformasi memerintahkan agar semua proses pembuatan undang-undang dilakukan secara terbuka. Jika sudah begini, Pemerintah akan makin sewenang-wenang membuat undang-undang untuk menaikkan pajak, mengurangi subsidi, memenjarakan warga, dan sebagainya sambil bilang, “Sudahlah, kalian nurut dan percaya sama saya saja.”
Bagaimana mungkin kita bisa percaya begitu saja? Kemarin kita percaya Pertamax itu memang bensin elite. Tapi ternyata itu cuma Pertalite. Berita tentang korupsi datang bertubi-tubi. Kita ditipu berkali-kali sampai lupa kapan terakhir kita percaya.
Di tengah situasi seperti ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai rakyat jelata?
Tidak ada yang lain kecuali mengencangkan ikat pinggang. Krisis ini mungkin akan memburuk. Setidaknya, akan lama. Karena Presiden Prabowo masih tidak bisa meninggalkan gaya militernya, yang menganggap warga sebagai prajurit yang tidak pernah membantah dan harus selalu berkata “Siap, Komandan.”