SEJARAH
Ani/Mantup

Pada tahun 1890-1930, pemerintah Hindia Belanda mengirim ribuan orang Jawa ke Suriname, Amerika Selatan, untuk bekerja di perkebunan milik Belanda di sana. Mereka dikirim ke Suriname untuk menggantikan pekerja asal India yang susah diatur. Belanda lebih menyukai pekerja asal Jawa karena mereka dikenal penurut.

Dasminah/Songo, Ngimbang. Foto ini aslinya buram. Diedit oleh KADOUYE_LAMONGAN. Jika Anda butuh jasa edit foto dan video profesional yang bisa edit apa saja, silakan hubungi WA 085604193406 atau Instagram kadouye_lamongan.

Dari ribuan orang Jawa itu, 132 orang di antaranya berasal dari Lamongan. Kebanyakan dari Ngimbang, Doongpring (Kedungpring), dan Bangbau (Kembangbahu). Mungkin karena pada saat itu Belanda sudah banyak mempekerjakan mereka di perkebunan di wilayah Ngimbang dan sekitarnya.

Kamidjah/Gedong, Kedungpring   

Sampai saat ini foto dan data mereka masih disimpan di Arsip Nasional Belanda. Sebagian besar orang Lamongan ini berangkat ke sana awal tahun 1900-an, dengan masa kontrak lima tahun.

Mbok Djasman/Blumbang, Kedungpring

Dilihat dari data tinggi badan, buyut-buyut kita dulu kecil dan pendek-pendek. Yang perempuan banyak yang cuma 140-an cm. Yang laki-laki banyak yang cuma 150-an cm. Tampaknya karena kurang gizi. Mereka juga menikah di usia muda. Umur 20 tahun sudah bertatus mbok.

Kamisah/Deket

Tentu butuh keberanian, kenekatan, dan kepasrahan tingkat tinggi untuk memutuskan pergi bekerja ke suatu tempat entah di mana nun jauh di sana, lebih jauh daripada Mekkah yang mereka dengar ceritanya dari khotbah.

Karsih/Nglawan, Kembangbahu

Saat berangkat ke Suriname, mereka mungkin meninggalkan anak-anak di Tanah Air, dan berangkat dengan berlinang air mata. Karena kontraknya hanya sekitar 5 tahun, saat itu mereka pastinya berpikir akan kembali ke Lamongan.

Kasmidjah/Suruan, Kedungpring

Tapi sejarah berkata lain. Situasi politik yang kacau membuat hanya sebagian kecil yang bisa kembali ke Jawa. Banyak yang meninggal di sana selama masa kontrak. Sebagian besar selesai kontraknya dan tetap tinggal di Suriname, berkeluarga di sana, dan punya keturunan.

Kiatoen/Banaran, Babat

Sebagian dari mereka sempat dipulangkan ke Hindia Belanda (Indonesia) tapi tidak ke Jawa, melainkan ke Sumatera Barat. Tapi karena di sini hidup mereka lebih sulit, akhirnya mereka minta kembali ke Suriname.  

Marinah/Dinoyo, Deket

Data mereka sebetulnya cukup lengkap. Ada data keberangkatan, perusahaan tempat bekerja, tanggal kematian, data keluarga mereka yang memutuskan tinggal di Suriname, dan sebagainya.

Ngaisah/Songo, Bluluk

Tapi kami hanya menampilkan data nama dan asal kecamatan. Beberapa nama desa mungkin tidak dikenal karena nama zaman Hindia Belanda bisa jadi berbeda dengan nama desa yang kita kenal sekarang.

Ning/Ngonko, Ngimbang

Nama kecamatan juga tidak selalu sama dengan kecamatan sekarang. Sidajoe (Sedayu), misalnya, pada zaman itu meliputi wilayah Lamongan Pantura.

Markillah/Banjaranyar, Sedayu

Dari arsip sejarah ini kita bisa menyaksikan bagaimana kerasnya hidup buyut-buyut kita. Status pekerja kontrak pada masa itu hanya satu tingkat di atas perbudakan. Belanda sendiri setengah abad sebelumnya masih mempekerjakan budak di Suriname. Mereka diganti dengan pekerja kontrak karena perbudakan resmi dilarang tahun 1860.

Sakirah/Babat

Di sana mereka bekerja di kebun tebu, kopi, kakao, pabrik gula, dll, seperti yang tampak di video berikut. Soundtrack video ini adalah lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng, oleh penyanyi Belanda, Wieteke van Dort.

Lagu ini bercerita tentang makanan-makanan di Jawa: nasi goreng, sambel, kerupuk, lontong, sate babi, terasi, serundeng, bandeng, tahu petis, kue lapis, onde-onde, ketela, bakpau, ketan, gula jawa.

Video berasal dari grup Sambung Roso Java-Suriname Indonesia.

Barangkali di antara pembaca ada yang punya buyut pergi ke Suriname dan pernah dengan ceritanya dari kakek-nenek? Jika sampeyan punya cerita, silakan sampaikan di kolom komentar atau lewat email redaksi@lamonganpos.com/

Atrap/Bandangan
(Kandangan? Sambeng)
Ponidin/Kramat,
Lamongan
Saridin/DalitRais/Sedayu
Saridjan/Sepat, Candiretto
(Tambakmenjangan, Sarirejo?)
Ramidin/Koloputih
(Karanggeneng)
Saridjan/Sukomalo, MojonanRasmie/Patalan
Sarimin/LamonganRebo/Rangkak, Turi
Sarman/Bejujar, KembangbahuReksosoedarmo/Ngimbang
Sidin/Sukobendo, NgimbangSadi/Kembangbahu
Singoredjo/Kradenan
(Kedungpring?)
Sakiman/Kalen, Kedungpring
Kasmidjah/SedayuSampan/Karanggeneng
Sitam/Pangean (Maduran)Saridin/Balan (Babat?)
Soeromedjo/Selagi, NgimbangLassiman/Menongo
Markati/SedayuMarsoepi/Bandung, Lamongan
Soewirio/NgimbangMartibin/Bessar (Besur, Sekaran?)
Martidjah/LamonganMarto/Mlati, Ngentir
Moeinah/TlogoanyarNaridin/Ngimbang
Sokarto/Gondang, NgimbangNgaido/Brumbun (Maduran?)
Somedjo/Gempalpendawo,
Ngimbang
Ripan/Kedungpring
Toidjojo/Kemesik, KembangbahuPare/Kembangbahu
Sani/KedungturiPartok/Ngimbang
Saridjah/SawoSinah/Bluluk
Mbok Sarimin/Nglawak
(Lawak/Ngimbang?)
Soepinah/Babat
Sidah/KarangkawisWasirah/Babat
Wagijo/SukorameWarsono/Suren (Bluluk?)
Masih ada beberapa puluh
nama lagi tapi tidak kami
tampilkan karena tidak ada
fotonya.
Wiroredjo/Tlatar, Ngimbang