APOTEK

Di Google, kata kunci obat tradisional, obat herbal, atau obat alami digunakan hampir untuk segala macam penyakit, mulai dari panu sampai kanker. Banyaknya orang yang mencari obat tradisional ini menandakan bahwa obat modern masih belum memuaskan. Sebagai contoh, sampai sekarang obat kimia sintetis belum bisa menyembuhkan diabetes, hipertensi, asma, hingga kanker. Maka wajar jika orang-orang melirik obat tradisional.

Ini bisa juga disebabkan karena orang awam tidak mengetahui cara menggunakan obat sehingga penyakit mereka tidak membaik. Sebagai contoh, obat kimia memang sampai saat ini belum bisa menyembuhkan diabetes dan hipertensi. Tapi kedua penyakit ini bisa dikendalikan dengan sangat baik menggunakan obat kimia sehingga penderita bisa sehat walafiat sampai lansia. 

Banyak orang yang tidak puas dengan obat kimia lalu mereka beralih ke obat herbal yang sebetulnya juga sama-sama tidak bisa mengobati penyakit itu. Sampai sekarang tidak ada satu pun obat herbal yang bisa menyembuhkan diabetes, hipertensi, asma, atau kanker. Tapi banyak orang meyakini penyakit tersebut bisa disembuhkan dengan obat herbal. Mereka mudah percaya begitu saja pada cerita yang dibaca di grup WA.

Walaupun termasuk obat bebas, obat tradisional sebetulnya cukup rumit. Manfaatnya besar. Tapi mudaratnya juga besar kalau salah pakai. Agar kita bisa memperoleh manfaatnya, ada beberapa pedoman umum yang perlu kita ketahui.

  • Jangan dilebih-lebihkan

Penjual obat tradisional cenderung melebih-lebihkan dagangannya. Sering kali membual. Biasanya mereka menceritakan testimoni para pemakai yang berhasil sembuh. Bagi mereka, pengalaman itu adalah bukti keampuhan obat tersebut.

Argumen seperti ini sebetulnya tidak valid. Siapa yang menjamin cerita testimoni itu tidak dilebih-lebihkan? Lagi pula, cerita kesembuhan satu dua orang tidak bisa dijadikan dasar keampuhan obat. Harus ribuan orang, baru bisa dianggap valid.

Sebagai konsumen, kita harus berpikir kritis. Obat tradisional sangat mungkin bermanfaat. Mungkin bisa meringankan penyakit. Tapi jangan berharap terlalu tinggi sebab kita belum tahu. 

  • Jangan pula diremehkan

Masih banyak orang meremehkan obat tradisional. Bahkan dokter pun sering melarang pasien minum obat tradisional bersamaan dengan obat resep. Sebetulnya ini juga lebay. Obat tradisional memang belum punya banyak data penelitian seperti obat modern. Tapi meremehkan obat tradisional itu seperti melupakan sejarah.

Banyak sekali obat modern pada awalnya adalah obat herbal. Obat batuk dextrometorfan dan kodein adalah turunan morfin yang berasal dari tanaman opium (candu). Obat-obat pelega hidung adalah turunan efedrin yang berasal dari Efedra, tanaman khas Cina.

Obat demam salisilat pada awalnya adalah obat tradisional dari kulit kayu tanaman Salix. Obat batuk berdahak gliseril guaiakolat pada mulanya adalah ekstrak guaiac, tanaman khas Amerika. Obat kemoterapi kanker, vinkristin dan vinblastin,  berasal dari bunga tapak dara. 

Obat jantung digitalis berasal dari tanaman khas Eropa, Digitalis. Obat malaria artemisin berasal dari tanaman khas Cina, Artemisia. Obat asam urat kolkisin berasal dari tanaman Colchicum. 

Daftarnya masih panjang. Ini semua adalah bukti bahwa bahan herbal punya zat obat yang mungkin saat ini belum kita ketahui. Jadi, kalau kita meremehkan obat tradisional dengan alasan tidak ilmiah, itu seperti melupakan sejarah obat modern.

  • Gunakan sebagai pelengkap obat dokter

Untuk penyakit berat yang sudah jelas bisa diatasi dengan pengobatan medis, sebaiknya utamakan metode pengobatan medis. Obat tradisional tetap boleh dipakai sebagai pelengkap. Misalnya diabetes dan hipertensi. Sampai sekarang keduanya belum bisa disembuhkan. Tapi kadar gula darah dan tekanan darah bisa dikendalikan dengan sangat baik menggunakan obat resep.

Untuk kasus seperti ini, utamakan pengobatan medis dari dokter. Silakan pakai obat tradisional untuk melengkapi obat dokter. Biasanya kalau obat tradisional dan obat dokter digabungkan, dosis obat dokter perlu dikurangi. Paling aman, konsultasikan ke dokter. 

Kalau obat herbal diabetes digabungkan begitu saja dengan obat resep tanpa penyesuain dosis, mungkin saja kadar gula darah pasien akan turun drastis. Begitu juga obat hipertensi. 

  • Mulai dari dosis kecil dan amati efeknya

Obat tradisional selama ini dipercaya tidak punya efek samping buruk. Sebetulnya tidak demikian. Obat tradisional tetap punya efek samping. Tapi karena data penelitian sangat terbatas, kita tidak tahu efek samping itu. Ada yang efek sampingnya ringan, ada pula yang berat.

Sebagai contoh, rebusan daun jambu biji yang biasa digunakan untuk obat diare. Kalau diminum terlalu banyak, bisa menyebabkan tinja keras dan bibir kering, pecah-pecah. Rebusan daun sambiloto kalau diminum jangka panjang bisa menyebabkan pendarahan di luar haid. Jamu pahit brotowali kalau diminum banyak bisa menyebabkan gula darah anjlok.

Karena itu, yang paling aman adalah mulai dari dosis yang kecil lebih dulu sambil diamati efeknya. Kalau yang diminum adalah obat herbal untuk hipertensi, sebaiknya kita punya alat pengukur tekanan darah yang mudah digunakan sendiri di rumah. 

Kalau yang diminum adalah obat herbal untuk diabetes, sebaiknya kita punya alat periksa gula darah yang instan. Walaupun alat seperti ini akurasinya kurang bagus, setidaknya kita punya gambaran naik turunnya gula darah. 

  • Pilih bahan yang sudah terbukti aman

Bahan yang sudah jelas aman itu misalnya kategori bumbu dapur yang memang sudah biasa kita konsumsi. Atau yang sudah secara turun-temurun dikonsumsi.

Misalnya, kunyit. Rempah ini banyak sekali manfaatnya, salah satunya untuk jamu buat penderita sakit mag yang tidak sembuh-sembuh. Seledri atau kumis kucing untuk hipertensi. Kayumanis untuk diabetes. Temulawak untuk sakit lever. Kejibeling untuk batu kemih.

Untuk bahan-bahan herbal yang belum digunakan secara luas, sebaiknya kita lebih hati-hati sebab kita belum tahu efeknya. Kita bisa belajar dari sejarah penemuan obat kanker vinkristin dan vinblastin dari tanaman tapak dara. 

Pada mulanya ekstrak tapak dara diteliti manfaatnya sebagai obat diabetes karena diketahui bisa menurunkan kadar gula darah. Di tengah penelitian, ternyata para ilmuwan menemukan efek samping yang cukup parah. Bahan herbal ini ternyata bisa merusak sel darah putih. 

Penemuan ini kemudian membuat para peneliti berubah pikiran. Mereka tidak lagi menelitinya sebagai obat diabetes melainkan sebagai obat kanker darah (leukimia). Pada penderita leukimia, sel darah putih mereka menjadi ganas. Keganasan ini bisa dihentikan dengan vinkristin dan vinblastin yang ada di dalam ekstrak tapak dara.

Pada orang sehat, ekstrak tapak dara berbahaya karena bisa merusak sel darah putih. Sebaliknya, pada penderita leukemia, bahan herbal ini menguntungkan karena bisa menjinakkan sel darah putih yang ganas.

Bahan-bahan herbal yang lain bisa saja punya efek samping buruk. Kita tidak tahu. Karena itu, paling aman adalah memilih yang sudah terbukti aman. 

Kalau kita membaca artikel obat tradisional di internet, kita biasanya hanya akan disuguhi informasi tentang manfaatnya ini dan itu. Jarang sekali kita diberi informasi efek buruk yang mungkin terjadi. Padahal, dalam ilmu farmasi yang benar, urusan khasiat itu nomor dua. Nomor satunya adalah keamanan. 

Aman dulu, baru berkhasiat. Urutannya harus begitu. Tidak boleh dibalik.