Pedoman umum obat hipertensi sama dengan obat diabetes. Ada lima pasal yang sama persis.
Pasal 1: hipertensi belum bisa disembuhkan.
Ini adalah pasal pertama dan utama. Semua pasal berikutnya hanya penjelasan dari pasal ini. Hipertensi mirip diabetes, sama-sama belum bisa disembuhkan. Tapi hipertensi levelnya lebih ringan.
Sampai sekarang tidak ada satu pun obat yang bisa menyembuhkan hipertensi. Semua obat hipertensi hanya mengendalikan tekanan darah sementara. Ini harus kita sadari. Kalau kita sudah memahami ini, kita tidak akan mudah terbujuk dengan obat ini itu yang diklaim bisa menyembuhkan darah tinggi.
Menyembuhkan dan mengendalikan tekanan darah itu beda. Obat hanya mengendalikan tekanan darah. Para penjual obat herbal biasanya mengklaim pasiennya sembuh setelah minum obatnya. Jangan mudah percaya. Sebab obat herbal apa pun hanya bisa mengendalikan tekanan darah sementara. Tidak menyembuhkan.
Pasal 2: Hipertensi bisa dikendalikan dengan baik.
Ini berita bagusnya. Walaupun hipertensi tidak bisa disembuhkan, tekanan darah relatif mudah dikendalikan. Bahkan penderitanya bisa sehat sampai lanjut usia. Caranya tentu saja adalah menjaga pola hidup yang sehat secara disiplin.
Pasal 3: Obat hipertensi harus diminum seumur hidup.
Apakah tidak bahaya minum obat seumur hidup? Tentu saja akan ada efek buruknya. Tapi kalau obat tidak diminum rutin, justru lebih berbahaya. Sebab tekanan darah yang tidak terkontrol malah bisa meningkatkan kemungkinan serangan jantung dan stroke. Lebih baik mengatasi efek samping minum obat daripada kena stroke.
Pasal 4: Semua obat hipertensi adalah obat resep.
Obat hipertensi harus diminum terus-menerus. Agar efek buruknya bisa dihindari, maka pemilihannya harus benar-benar tepat, dosisnya harus benar-benar pas. Yang bisa memilihkan jenis dan dosis ini hanya dokter. Kalau pasien sok tahu dan membeli obat sendiri, bisa jadi hipertensinya tidak terkendali dengan baik. Mungkin tekanan darahnya masih tinggi, atau turun terlalu rendah.
Pasal 5: Obat tradisional bisa sangat bermanfaat.
Banyak obat tradisional terbukti bisa mengendalikan tekanan darah. Kalau Anda Lebih suka minum obat tradisional, sebaiknya pilih obat yang bahannya biasa kita konsumsi sehari-hari. Misalnya yang bahan bakunya rempah dapur seperti bawang putih, seledri, jintan. Atau yang terbukti aman seperti kumis kucing.
Obat hipertensi harus diminum jangka panjang. Kalau kita minum obat herbal yang “keras”, seperti sambiloto, buah merah, atau mahkota dewa, mungkin saja akan menimbulkan efek buruk dalam jangka panjang. Kita tidak tahu. Beda halnya kalau kita makan bawang atau seledri yang memang merupakan bahan pangan sehari-hari.
Obat Hipertensi di Apotek
Seperti yang sudah disebutkan di poin nomor 3 di atas, obat hipertensi adalah obat resep. Sebaiknya pasien tidak membelinya sendiri begitu saja. Sebab kalau salah jenis dan dosisnya, bisa jadi tekanan darahnya tidak terkontrol dengan baik.
Di apotek ada banyak sekali obat hipertensi. Satu jenis obat ada puluhan merek. Dosisnya pun bermacam-macam. Beberapa yang penting antara lain:
- Amlodipin
Tersedia dosis 5 mg dan 10 mg. Biasanya diminum 1 kali sehari, tergantung kondisi tensi pasien. Amlodipin bekerja dengan cara melonggarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah turun. Salah satu efek sampingnya kaki bengkak. Contoh merek: Norvask dan merek lain yang berakhiran –vask.
- Captopril
Tersedia dosis 12,5 mg dan 25 mg. Biasanya diminum 2 atau 3 kali sehari. Diminum saat perut kosong. Cara kerjanya juga melonggarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah turun.
Captopril dan amlodipin adalah dua obat hipertensi yang sering diresepkan dokter. Walaupun captopril kelihatannya sama dengan amlodipin, yakni sama-sama melonggarkan pembuluh darah, sebetulnya keduanya berbeda. Ini terlalu rumit buat orang awam. Sekali lagi, kita sebaiknya tidak membeli sendiri obat hipertensi. Serahkan urusannya kepada dokter.
Di samping kedua obat di atas, masih ada banyak jenis obat hipertensi. Secara garis besar, cara kerjanya ada dua.
- Mengeluarkan cairan di pembuluh darah
Obat golongan ini memaksa kita sering kencing. Ketika cairan darah dikeluarkan, tekanan darah pun akan ikut turun. Karena menyebabkan sering kencing, obat golongan ini sebaiknya tidak diminum menjelang tidur. Contoh obat: furosemide, spironolakton, hidrokolorotiazid/HCT.
- Melonggarkan pembuluh darah
Di kategori ini juga ada banyak jenis obat. Misalnya yang berakhiran “-pril” sejenis captopril atau berakhiran “sartan” seperti losartan, irbesartan. Selain itu, masih ada sangat banyak jenis obat hipertensi. Ini semua wilayah dokter. Orang awam tidak mungkin bisa memilih sendiri. Serahkan urusannya kepada dokter.
Obat Hipertensi untuk Ibu Hamil
Pada saat hamil, tekanan darah harus dijaga tetap normal. Jangan meninggalkan obat hipertensi hanya karena takut. Tensi yang terlalu tinggi berbahaya buat kesehatan janin. Itu sebabnya ibu hamil yang punya hipertensi harus tetap minum obat.
Pemilihan obat harus dilakukan oleh dokter untuk meminimalkan efek buruknya. Sekadar contoh saja, captopril bisa mengganggu pertumbuhan janin tapi nifedipin (kelompok amlodipin) tidak. Obat hipertensi yang merangsang kencing juga tidak disarankan karena bisa mengganggu cairan bumil.
Efek Samping Obat Hipertensi
Semua obat hipertensi punya efek samping. Misalnya, batuk, diare, sembelit (susah buang air besar), sakit kepala, pusing, badan letih, ruam kulit, sampai masalah ereksi. Ada yang ringan dan hilang dengan sendirinya. Ada yang sangat mengganggu. Gampangnya, tiap kali ada efek samping, laporkan ke dokter. Mungkin obatnya perlu diganti. Mungkin dosisnya perlu dikurangi. Atau obatnya dikombinasikan dengan obat lain.
Obat Herbal untuk Hipertensi
Ada banyak pilihan obat herbal untuk hipertensi. Sama halnya seperti memilih obat apotek, pemilihan obat tradisional sebetulnya juga harus coba-coba dan diamati efeknya. Sebab satu obat herbal yang cocok buat seseorang bisa saja tidak cocok untuk orang lain.
Sayangnya, untuk urusan obat tradisional ini, kita tidak bisa minta bantuan dokter. Sebagian besar dokter tidak menyarankan penggunaan obat tradisional. Mereka lebih suka meresepkan obat apotek. Ini mudah dimaklumi karena memang obat-obat kimia memiliki data penelitian sementara obat-obat herbal masih minim data penelitian. Di bangku kuliah, para calon dokter dan apoteker lebih banyak belajar tentang amlodipin, captopril, dan sejenisnya. Hanya sedikit tahu saja tentang kumis kucing dan sejenisnya.
Obat tradisional sebetulnya juga cukup ampuh mengendalikan tekanan darah. Sayangnya, dosisnya sulit ditentukan dan efek sampingnya sulit diperkirakan. Kalau kita mau mencoba obat tradisional, pedomannya:
- Kalau mau digabung dengan obat apotek, sebaiknya beritahukan ke dokter. Obat tradisional dan obat apotek sama-sama bisa menurunkan tekanan darah. Kalau dokter sudah memberi obat, lalu kita juga minum obat tradisional, maka tensi darah bisa turun terlalu rendah. Ini bahaya.
- Pantau terus tensi darah. Sebaiknya beli alat pengukur tensi darah mandiri sehingga kita bisa mengukurnya sendiri di rumah. Catat hasilnya di buku. Laporkan ke dokter.
- Pantau efek sampingnya. Efek samping obat herbal macam-macam dan lebih sulit diprediksi daripada obat apotek. Biasanya efek samping obat herbal baru muncul setelah pemakaian lama.
- Jangan lupa barengi dengan pola hidup sehat. Kurangi makanan asin. Olahraga rutin, misalnya tiap hari jalan kaki 30 menit. Istirahat cukup, sekitar 8 jam sehari. Hindari makan berlebihan, stres berkepanjangan, dan kecapekan.