Di Indonesia ada puluhan ribu merek obat. Merek obat sebetulnya adalah bentuk penindasan pabrik obat atas konsumen. Kalau kita fanatik terhadap merek, yang paling diuntungkan adalah pabrik obat. Sementara yang paling dirugikan adalah konsumen. Kalbe Farma akan sangat senang jika orang-orang fanatik dengan obat mag merek Promag. Begitu juga pabrik Mylanta.
Mereka yang sudah biasa minum Mylanta tidak mau obatnya diganti Promag. Begitu pula sebaliknya. Padahal Mylanta dan Promag sebetulnya sebelas-duabelas. Memang ada bedanya dalam hal kandungan simetikon. Tapi untuk kasus sakit mag pada umumnya, perbedaan ini tidak signifikan.
Di Indonesia, tiap tahun ada ribuan merek obat membanjiri pasar. Banyaknya merek obat ini sebetulnya sangat merepotkan. Merepotkan apotek. Merepotkan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Merepotkan Kementerian Kesehatan. Dan yang paling penting sebetulnya adalah merepotkan konsumen sendiri.
Merek-merek obat yang isinya sama sebetulnya bisa saling menggantikan. Kalau kita tidak fanatik terhadap merek, urusan obat sebetulnya sederhana. Kita sendirilah yang membuatnya jadi repot.
Kalau kita tinggal di kota besar, mencari merek obat tertentu mungkin tidak begitu sulit. Tapi kalau kita tinggal di kabupaten pinggirian, urusan merek bisa sangat merepotkan. Apotek di daerah kecamatan pada umumnya tidak begitu lengkap. Akan tetapi, walaupun tidak begitu lengkap, sebetulnya semua apotek sudah bisa melayani kebutuhan dasar kita terhadap obat.
Kalau kita sakit perut dan perlu obat, tapi kita fanatik terhadap merek, maka sebetulnya penyakit kita ada dua. Satu di dalam perut. Satu di dalam otak. Penyakit yang pertama mudah diobati. Penyakit yang kedua jauh lebih sulit.
Obat Generik vs Obat Bermerek
Di apotek ada dua jenis obat, yaitu obat generik dan obat bermerek. Obat generik adalah obat yang namanya sesuai dengan isinya, misalnya parasetamol. Sementara obat bermerek adalah obat yang namanya berbeda dari isinya. Misalnya PT Sanbe Farma membuat obat berisi parasetamol yang diberi merek Sanmol.
Harga obat-obat bermerek ini lebih mahal daripada obat generik. Memang obat-obat bermerek ini bisa jadi kualitasnya lebih bagus daripada obat generik. Tapi selisih kualitasnya tidak sejauh perbedaan harganya. Lagi pula, obat-obat generik ini sebetulnya sudah memenuhi standar BPOM.
Intinya, kalau Anda mencari obat dengan merek tertentu di apotek, dan ternyata stoknya tidak ada, sebaiknya tanyakan ke apoteker apakah ada obat yang isinya sama dan kualitasnya sepadan. Tidak perlu merepotkan diri sampai mencari ke apotek di tempat yang jauh.
Tidak perlu fanatik dengan merek. Sebab sikap fanatik, dalam hal apa pun, hanya akan membuat hidup kita jadi repot.