ANEKA

Mangga mungkin tidak begitu menarik untuk dibudidayakan karena harga jualnya yang rendah. Di Lamongan, mangga jenis gadung (arumanis) dan manalagi adalah jenis tanaman rakyat yang tumbuh di mana-mana. Mulai dari pekarangan rumah sampai tegalan yang tak terawat.

Jika sedang musimnya, buah mangga nyaris tak berharga. Satu buah cuma dihargai seribu rupiah. Padahal rasanya enak sekali, gizinya juga padat. 

Kalau kita hendak mengembangkan kebun mangga, pilihan yang lebih menguntungkan adalah menyasar pasar premium. Bukan pasar tradisional. Pasar premium ini melayani konsumen horang kaya seperti supermarket kota.

  1. Mangga Alpukat

Mangga arumanis sebetulnya bisa dikelola untuk pasar premium. Caranya adalah dengan membungkus semua buah mangga satu demi satu dan membiarkannya matang pohon. Mangga dipanen pada saat sudah matang sempurna. Supermarket menyebut mangga ini dengan nama mangga alpukat. Harganya lumayan. Di tingkat konsumen mencapai Rp25 ribu per kilo walaupun sedang musim mangga. Padahal ini adalah jenis mangga gadung biasa. Hanya beda perlakuan.

Di pasar diberi nama mangga alpukat karena cara makannya seperti alpukat. Buah diiris melintang lalu daging buahnya disendoki seperti alpukat. Tidak diiris-iris layaknya cara kita makan mangga gadung. Daging buahnya bisa disendoki karena memang mangga gadung yang matang sempurna itu daging buahnya lembut sekali tanpa serat.

Kelemahannya adalah tingkat kesulitan membungkus mangga satu demi satu. Di tempat kita pohon mangga biasanya dibiarkan tumbuh tinggi besar. Hampir tidak mungkin buahnya dibungkus satu-satu. Kalau memang kita ingin membudidayakan mangga alpukat, sejjak masa tanam, pohon mangga harus diatur tidak boleh terlalu tinggi sehingga buahnya mudah dibungkus satu demi satu. 

  1. Mangga Agri Gardina

Mangga jenis ini belum begitu populer tapi sebetulnya termasuk mangga unggul yang mudah dikembangkan. Kelebihannya antara lain:

  1. Cepat berbuah (genjah)

Umur tiga tahun, mangga sudah berbuah dan jumlah buahnya cukup banyak. Tidak sekadar “belajar berbuah”. Buahnya sudah merata di semua bagian ranting. Karena batangnya masih pendek, hanya setinggi badan kita, panennya pun gampang. Tinggal petik pakai tangan. Mangga ini kategorinya seperti mesin buah, bukan mesin daun. Jadi nutrisi yang diserap memang diolah menjadi buah dalam jumlah banyak. Yang lebih menarik, mangga ini bisa berbuah terus, tidak mengenal musim. Setelah buanya habis dipanen, pucuk-pucuknya akan mengeluarkan bunga kembali. 

  1. Tampilan buahnya menarik

Warna buahnya sangat menarik. Kulitnya dominan ungu-merah-oranye. Sangat sesuai dengan selera konsumen premium. Tidak seperti mangga gadung yang warnanya tetap hijau dan tidak menarik walaupun sudah matang sempurna dan rasanya legit sekali.

  1. Aroma harum rasanya legit 

Mangga agri gardina rasanya mirip gadung: manis, tidak kecut. Aromanya lebih harum daripada gadung. Enak sekali buat dicium-cium saat matang sempurna. Bahkan selesai dimakan, ketika kita bersendawa, aroma harumnya masih terasa. 

  1. Cara makannya unik

Nah, ini bagian yang paling menarik. Mangga ini ukurannya kecil, hanya segenggam tangan. Pada saat matang sempurna, kulitnya bisa dikupas seperti kulit pisang, hanya dengan menggunakan kuku jempol. Jadi, sama sekali tidak perlu pisau. Kulitnya tinggal dikupas lalu dagingnya langsung dikerokoti. Dagingnya lembut sekali seperti mangga alpukat. Tidak berserat, tidak menyebabkan selilitan. 

  1. Harganya masih bagus

Di tingkat petani, harga mangga ini masih cukup mahal, Rp15 ribu sekilo. Maklum, karena saat ini masih jarang yang mengebunkan. Bandingkan dengan harga mangga manalagi di tingkat petani yang satu buahnya hanya dihargai seribu pada saat musim.

Kelemahan mangga ini adalah butuh perawatan yang intensif. Mangga agri gardina berbeda dari mangga gadung atau manalagi yang tidak perlu dirawat pun akan berbuah sendiri. Mangga agri gardina harus disiram dan rutin dipupuk organik. Jika tidak dirawat, buahnya akan kecil-kecil sehingga porsi bijinya lebih banyak daripada porsi dagingnya.

Jadi mangga ini cocok dikembangkan di lahan yang mudah pengairannya. Misalnya daerah sepanjang bantaran Bengawan Solo. Adapun lahan tegal bebukitan yang tidak punya sumber air tidak cocok untuk kebun agri gardina.