Sejarah Bangkai Pesawat Tempur di Desa Weru, Paciran, Lamongan
Hari Minggu, 21 Mei kemarin, nelayan Desa Weru Kecamatan Paciran Lamongan menemukan bangkai pesawat tempur saat melaut. Lokasi penemuan sekitar 12 mil dari pantai.
Penemuan ini menambah daftar bangkai alat tempur yang ditemukan di wilayah Lamongan. Tahun 2019 lalu, warga Desa Mertani Karanggeneng juga menemukan perahu baja di Bengawan Solo. Awalnya perahu baja ini diduga milik tentara Sekutu yang sedang di Jawa untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang pada tahun 1945. Dugaan ini didasarkan pada cap yang menunjukkan perahu ini buatan Amerika.
Namun berdasarkan penelusuran sejarah yang kami lakukan, bangkai perahu baja ini kami duga kuat milik tentara Belanda yang digunakan pada saat agresi militer sesudah kemerdekaan RI. Pada masa itu Belanda memang banyak menggunakan alat tempur buatan Amerika. Ini bagian dari bantuan Amerika yang diberikan kepada negara-negara sekutunya selama Perang Dunia II.
Selengkapnya tentang Sejarah Perahu Baja bisa dibaca di sini.
Bagaimana dengan bangkai pesawat di Weru ini?
Pada awalnya masyarakat Weru menduga bangkai pesawat itu ada hubungannya dengan penuturan orang-orang tua dulu bahwa di desa ini ada tangsi (barak militer) zaman Belanda. Namun, sepertinya dugaan ini sulit dihubungkan. Seandainya pun di Weru pernah ada tangsi, sejauh ini tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan desa ini pernah menjadi pangkalan pesawat tempur.
Daftar Isi
Kemungkinan Pertama: Pesawat Tempur Belanda
Dugaan paling kuat sejauh ini baru dikemukakan oleh Zaki Yamani, pegiat komunitas sejarah Begandring, Surabaya. Menurut dugaannya, bangkai pesawat itu adalah potongan sayap pesawat milik Belanda yang jatuh di laut Jawa pada tahun 1941.
Pesawat jenis Martin 166 WH-3 itu terbang dari Singkawang menuju Palembang pada tanggal 23 Desember 1941. Data ini tercatat di situs Aviation Safety. Dilihat dari bentuknya, bangkai pesawat itu memang sesuai dengan bentuk sayap pesawat Martin 166.
Dilihat dari kerangka bagian dalamnya (ragangan), sepertinya ini memang cocok dengan kerangka Martin 166.
Cuma, yang jadi pertanyaan, kenapa pesawat itu jatuh di perairan Lamongan? Padahal pesawat itu terbang dari Singkawang, di pesisir barat Kalimantan, menuju ke Palembang, Sumatera Selatan. Pertanyaan ini masih belum bisa dijawab. Mungkin pesawat itu dikejar oleh pesawat tempur Jepang.
Spekulasi ini masih bisa diterima mengingat pada hari itu Jepang mengebom pangkalan udara Belanda di Singkawang. Beberapa pesawat Belanda yang masih selamat dilarikan ke pangkalan udara Belanda di Palembang. Jadi memang terbangnya pesawat Belanda dari Singkawang ke Palembang ini bukan penerbangan biasa melainkan penerbangan darurat dalam rangka melarikan diri.
Pada bulan Desember 1941, Jepang melakukan agresi militer ke semua wilayah Sekutu. Pada tanggal 7 Desember penerbang-penerbang Jepang mengebom pangkalan militer Amerika di Pearl Harbor. Setelah itu mereka merangsek ke Asia Tenggara yang saat itu dikuasai oleh Inggris, Amerika, dan Belanda. Pangkalan militer Belanda di Singkawang menjadi target awal karena tempatnya yang strategis. Dari sini, Jepang kemudian merangsek ke Jawa dan Sumatera.
Kemungkinan Kedua: Pesawat Tempur Jepang
Pada saat Perang Dunia kedua itu, kekuatan tempur Belanda jauh di bawah kekuatan tempur Jepang, baik dalam hal mental pasukan maupun peralatan. Maka Singkawang pun jatuh ke tangan Jepang dengan mudah. Setelah itu, selama Februari dan Maret 1942, terjadi beberapa kali pertempuran besar di laut Jawa antara kapal-kapal perang Jepang melawan kapal perang Sekutu. Ini adalah pertempuran laut terbesar selama Perang Dunia ke-2. Bisa dibayangkan, pada saat itu di laut Jawa hilir mudik kapal-kapal perang Sekutu dan Jepang. Dalam pertempuran besar ini, Sekutu keok. Kapal-kapal tempur mereka ditenggelamkan oleh tentara Jepang. Hingga akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942.
Di pertempuran Laut Jawa ini Jepang maupun Sekutu juga mengerahkan pesawat-pesawat tempurnya. Walaupun Jepang menang besar, beberapa kapal perang mereka juga tenggelam. Mungkin ada juga pesawat tempur Jepang yang jatuh dan tidak tercatat. Beberapa pesawat tempur Jepang era Perang Dunia kedua juga memiliki desain yang mirip dengan bangkai yang ditemukan di Weru, misalnya Mitsubishi G4M.
Salah satu lokasi Pertempuran Laut Jawa adalah di perairan Lamongan-Gresik-Bawean. Pertempuran ini melibatkan belasan kapal perang. Di perairan inilah kapal perang Belanda De Ruyter yang dipimpin oleh panglima perang mereka, Karel Doorman, ditenggelamkan oleh pasukan Jepang. Jadi, Laut Jawa sebelah utara Lamongan memang penuh dengan bangkai bom dan kendaraan tempur.
Kelemahan utama dari dugaan ini adalah kita tidak memiliki referensi mengenai pesawat tempur yang jatuh dalam pertempuran ini.
Kemungkinan Kecil: Pesawat Belanda Saat Agresi Militer
Setelah kemerdekaan RI, Belanda masih berusaha menguasai kembali Jawa lewat dua kali agresi militer tahun 1947 dan 1949. Selama agresi militer ini, Belanda juga menyerang pesisir Lamongan menggunakan pesawat-pesawat tempur. Foto-foto di bawah ini adalah dokumentasi tentara Belanda yang dijepret dari pesawat tempur.
Apakah ada pesawat Belanda yang jatuh saat operasi ini? Kemungkinan besar tidak. Saat itu Belanda menyerang dengan tiba-tiba. Pejuang Lamongan saat itu juga tidak punya senjata untuk menjatuhkan pesawat. Apalagi bagkai pesawat ini ditemukan di tengah laut.
Kemungkinan Paling Kecil: Pesawat Zaman Hindia Belanda
Satu tahun setelah kapal Van der Wijck tenggelam tahun 1936 di perairan Brondong, sebuah pesawat tempur Belanda jenis T2 tenggelam di sekitar tempat yang sama. Tapi bangkai pesawat ini sudah diangkat menggunakan kapal Belanda. Jadi ini jelas bukan pesawat jenis T2 yang jatuh itu. Desain pesawat juga berbeda dari bangkai yang ditemukan di Weru.