Sejarah wingko Babat adalah sejarah orang Tionghoa di Lamongan. Tak dapat diingkari, tradisi kuliner peranakan Cina sangat banyak mempengaruhi khazanah kuliner Jawa dan Nusantara pada umumnya. Hal ini juga berlaku dalam urusan sejarah wingko Babat Lamongan.
Kata “wingko” berasal dari bahasa Tionghoa, bibingka, yang artinya kue berbahan beras ketan. Pada awalnya bibingka adalah kueg populer di kalangan peranakan Cina. Beras ketan merupakan unsur dapur Tionghoa yang banyak digunakan di dalam aneka resep. Padi ketan sendiri adalah tanaman yang banyak tumbuh di Asia Timur (termasuk Cina), India, sampai Asia Tenggara.
Daftar Isi
Sejarah Wingko Babat Zaman Belanda
Di Jawa, kue ini disebut bingka saja, lalu menjadi wingko. Bingka tampaknya bukan makanan asli Babat Lamongan. Sebab makanan ini dengan resep yang serupa juga populer di kalangan keturunan Tionghoa di Filipina, Sulawesi Utara, dan Maluku. Akan tetapi wingko yang kita kenal hari ini mungkin bisa disebut asli Babat karena resepnya sudah mengalami adaptasi dari resep asli bingka.
Nama kue ini disebut di dalam kamus kuno Melayu-Belanda, Maleisch Nederdutisch Woordenboek, terbitan tahun 1869. Bingka: kue berbahan tepung beras, santan, telur, dan gula kelapa yang dimasak dengan cara dipanggang atau dikukus. Kamus ini menyebut bingka sebagai bahasa Jawa. Artinya wingko sudah dikenal di Jawa paling tidak sejak pertengahan abad ke-19.
Wingko Loe Lan Ing Babat dinyatakan ada sejak 1898. Artinya, sebelum wingko populer sebagai makanan khas Babat, orang Jawa sudah mengenal cemilan ini.
Penggunaan santan dan gula kelapa di resep bingka jelas merupakan pengaruh Nusantara yang tropis. Kelapa adalah pohon khas wilayah tropis. Dengan kata lain, bingka di Jawa sudah mengalami perkawinan budaya. Sekarang resep wingko menggunakan parutan kelapa. Tampaknya adaptasi resep ini, selain untuk memperbaiki teksturnya, juga untuk membuat wingko menjadi lebih awet sebagai buah tangan. Resep wingko Loe Lan Ing sendiri tidak menggunakan telur dan sepenuhnya vegetarian.
Sekarang wingko sudah bertransformasi menjadi banyak varian. Yang original berbahan beras ketan. Sekarang ada juga wingko yang berbahan singkong. Ini juga jelas pengaruh Nusantara. Ada juga yang ditambah aneka rasa: cokelat, nanas, durian, kopi, dan sebagainya. Yang terakhir ini jelas pengaruh generasi Pop Ice.
Dinasti Wingko Babat Loe Lan Ing
Walaupun mungkin awalnya wingko bukan makanan khas Babat, sejarah wingko tak bisa dilepaskan dari Babat. Yang memopulerkan makanan ini adalah Loe Soe Siang. Ia adalah generasi pertama perantau dari Tiongkok ke Babat pada masa Hindia Belanda.
Usaha jualan wingko ini kemudian dilanjutkan oleh anak laki-lakinya yang bernama Loe Lan Ing. Nama anak laki-lakinya inilah yang kemudian menjadi merek dagang wingko itu sampai sekarang.
Di koran Belanda, Soerabaijasch Handelsblad, terbitan 6 Agustus 1934 bahkan ada tulisan yang menyebutkan wingko ini sebagai ikon kuliner Babat pada masa itu. Para meneer Belanda yang sedang jalan-jalan di Babat memuji wingko ini enak.
Sementara Loe Lan Ing meneruskan usaha ayahnya di Babat, saudara perempuannya yang bernama Loe Lan Hwa, pindah ke Semarang. Di sana pada tahun 1946 ia mendirikan usaha wingko dengan merek Wingko Babat Cap Spoor. Karena kota Semarang lebih maju daripada Babat, walaupun usianya lebih muda, wingko cap Sepoor ini akhirnya lebih terkenal dari wingko Loe Lan Ing. Wingko Cap Spoor ini cepat terkenal karena dijual di stasiun Semarang yang memang lebih ramai daripada stasiun Babat. Inilah yang menyebabkan banyak orang mengira wingko Babat berasal dari Semarang.
Wingko Loe Lan Ing Babat Era Shopee
Sekarang pengusaha wingko di Lamongan bukan lagi monopoli warga keturunan Tionghoa. Tapi di masa lalu, para pengusaha wingko adalah bagian dari dinasti Loe Soe Siang. Wingko merek Loe Lan Ing milik anaknya. Sementara wingko merek Kelapa Muda Gondokusumo Hadi milik anak dari Loe Lan Ing, yang bernama Go Kok Hien. Gondokusumo adalah versi Indonesia dari nama Go Kok Hien.
Pengindonesiaan ini untuk mengikuti aturan Orde Baru yang melarang penggunaan nama Cina. Merek Loe Lan Ing sendiri sempat diindonesiakan menjadi LLI, singkatan dari Lunak, Lezat, Istimewa. Tapi pada akhirnya konsumen tetap mengingat nama Loe Lan Ing.
Sekarang merek wingko di Lamongan ada banyak sekali. Tapi yang paling klasik tentu saja tetap Loe Lan Ing. Walaupun zaman sudah modern, Loe Lan Ing masih mempertahankan proses memasak seperti zaman dulu, yakni menggunakan tungku batu dan kayu bakar. Di luar proses produksinya, Loe Lang Ing adalah perusahaan masa kini yang menjual produknya lewat Tokopedia, Shopee, GoFood, dan Grab Food.
Loe Lan Ing barangkali adalah satu-satunya merek asli Lamongan yang bisa bertahan sampai satu abad, melewati lima generasi. Benar-benar legenda hidup.