Gerabah Lamongan, Hidup Enggan Mati Eman

MEGILAN

Foto: Cobek Gampang

Sebagian besar dari kita, orang Lamongan, mungkin secara tidak sadar makan tanah liat dari Desa Gampangsejati Kecamatan Laren. Sejak zaman dulu desa ini terkenal sebagai penghasil cowek (cobek kecil) dan layah (cobek besar). Alat dapur dari desa ini dijual ke mana-mana: desa tetangga, hingga Surabaya, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi. 

Penjual gerabah zaman Belanda di Surabaya.

Di pasaran sekarang ada aneka cobek. Ada yang berbahan tanah liat seperti cobek Gampang. Ada yang berbahan batu gunung, yang terkenal misalnya dari batu Gunung Merapi. Ada pula yang berbahan semen. Yang terakhir ini tidak bagus buat kesehatan karena materi semen pasti akan terkikis dan bercampur dengan bumbu. Cobek tanah, walaupun terkikis sampai habis, tak masalah karena bahannya tanah liat. Tiap hari kita mungkin makan tanah dari cobek dalam jumlah sangat kecil. 

Cobek batu omahwatoe

Emak-emak milenial zaman sekarang banyak yang enggan mengulek bumbu di cobek. Lebih suka pakai blender. Praktis. Tinggal pencet ON, dalam hitungan detik bumbu sudah halus. 

Sebetulnya cobek punya kelebihan. Bumbu yang diulek di cobek menghasilkan masakan yang lebih enak. Ini bukan mitos tapi bisa dijelaskan dengan ilmu fisika-kimia. Blender sekadar mencacah-cacah rempah sampai ukuran kecil. Sementara ulek dan cobek melindas rempah sampai saripatinya keluar. Itu sebabnya bumbu ulek lebih terasa daripada bumbu blender.

exs garage

Begitu pula, kacang tanah yang disangrai di wajan tanah matangnya lebih enak karena panasnya stabil dan suhunya tidak begitu tinggi. Beda dengan wajan logam yang suhunya bisa sangat tinggi dan menyebabkan kacang mudah gosong. 

Kebetulan tanah bantaran Bengawan Solo di Desa Gampangsejati sangat cocok untuk kerajinan tembikar. Dua desa tetangga yang tipe tanahnya serupa, yaitu Ketintang (Laren) dan Gedangan (Maduran), juga merupakan sentra pengrajin tembikar. 

Setelah dibentuk menjadi cobek atau wajan, tembikar basah ini dijemur sampai kering, lalu dibakar. Dulu sebelum zaman elpiji, ketika hutan di Desa Gampang masih rimbun, warga setempat mencari kayu bakar gratis di hutan. Masuk hutan bawa parang, keluar membawa sepikul kayu bakar. Sekarang harga kayu bakar cenderung naik sementara harga cobek cenderung stagnan. 

Karena anjun (membuat cobek) tak begitu menguntungkan secara ekonomi, sekarang tidak banyak yang menekuni profesi ini. Maklum, cobek bukan kategori barang dagangan fast moving. Beli satu buah bisa dipakai berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Bahkan penjual lele Lamongan sendiri banyak yang menggunakan cobek batu karena lebih kuat dan awet.

Cobek Gampangsejati
FB Aniek
FB Cobek Gampang
Silakan bagikan, klik ikon di bawah

Leave a Reply