Bagaimana wajah Lamongan seribu tahun yang lalu? Lamongan masuk kerajaan mana? Apa agama orang Lamongan pada masa itu?
Jawaban semua pertanyaan ini ada di Candi Pataan, Sambeng.
Pada awal tahun 1000-an Masehi, Pulau Jawa dikuasai oleh raja-raja lokal yang berdiri sendiri-sendiri. Belum ada satu kerajaan besar yang menyatukan mereka.
Di Sumatera, ada kerajaan besar Sriwijaya tapi pada masa itu gurita kekuasaannya di Jawa mulai surut. Di Jawa Timur, ada seorang raja lokal bernama Airlangga yang kerajaannya meliputi wilayah kecil Sidoarjo dan Pasuruan sekarang.
Airlangga berusaha memperluas kekuasaannya ke arah Kediri, Tulungagung, Trenggalek. Tapi di sana ia memperoleh perlawanan sengit dari raja-raja setempat. Airlangga bahkan sampai harus mundur ke utara, ke wilayah yang sekarang masuk Lamongan selatan.
Di pengungsian ini ia diterima dengan baik oleh penduduk setempat. Wong Lamongan memang baik-baik, loman-loman.
Di wilayah yang kini masuk Desa Pataan Sambeng, ia membangun pertapaan. Dari tempat persembunyiannya ini Airlangga berusaha membangun lagi kekuatannya. Setelah cukup kuat, ia kembali ke Sidoarjo dan membangun kembali kerajaannya yang sempat hancur.
Sedikit demi sedikit ia berhasil memperluas kekuasaannya ke arah Kediri-Trenggalek-Tulugangung lagi. Ke utara sampai meliputi wilayah Lamongan dan Tuban. Sebagai bentuk terima kasih kepada Pataan, Airlangga menjadikan tempat ia bertapa itu sebagai wilayah istimewa yang bebas pajak.
Bagi Airlangga, Candi di Pataan adalah tanah suci karena dari tempat inilah ia memperoleh kekuatan spiritual dan bisa merebut kembali kerajaannya. Bahkan setelah itu ia berhasil membangun Kerajaan Kahuripan yang lebih besar dari sebelumnya. Setelah bertapa dari Lamongan, Airlangga praktis menjadi penguasa Jawa Timur.
Kahuripan adalah kerajaan Hindu-Buddha. Jadi, masyarakat Lamongan pada masa itu kemungkinan besar beragama sinkretisme Hindu-Buddha.
Pada saat itu Islam belum masuk wilayah Lamongan. Airlangga memerintah di abad ke-11 (tahun 1009-1042). Sementara Sunan Giri dan Sunan Drajat berdakwah di abad ke-15 sampai 16.
Pada saat ditemukan oleh ahli sejarah Lamongan, Supriyo (Yoks Kalachakra), posisi bangunan utama Candi Pataan berupa gundukan tanah yang dilahap akar trembesi. Tampaknya, setelah era Hindu-Buddha selesai, dengan masuknya agama Islam, candi ini dibiarkan begitu saja terbengkalai sampai dilahap akar tumbuh-tumbuhan.
Ada ahli sejarah yang berpendapat bahwa pusat kerajaan yang dipimpin Airlangga berada di wilayah Ngimbang-Sambeng. Tapi sebagian besar ahli sejarah berpendapat pusat Kerajaan Kahuripan ada di wilayah Sidoarjo.
Lamongan memang tidak punya kerajaan. Tapi tanpa andil orang Lamongan, mungkin Airlangga nasibnya akan sama sekali berbeda.
Wong Lamongan memang terlalu baik hati sehingga biasa menjadi tempat pelarian. A shoulder to cry on. Setelah itu ditinggalkan dan dilupakan. Lho lho lho… kok jadi curcol? Wah, maaf, salah kamar.