BERITA

Persela baru saja mendatangkan pemain baru, Jabar Sharza. Wong adoh, Afghanistan. 

Lho di Afghanistan juga ada balbalan? Kirain cuma ada Taliban.

Jabar adalah potret luka perang generasi muda Afghanistan. Ia lahir di Kabul, ibukota Afghanistan, 6 April 1994. Pada saat itu Afghanistan sedang dilanda perang saudara di antara kelompok mujahidin. 

Sebelumnya para mujahidin itu berjuang bersama-sama mengusir Uni Soviet. Dengan bantuan Pakistan dan Amerika yang khawatir Asia Tengah akan menjadi wilayah komunis, mereka berhasil mengusir Soviet. Tapi rupanya mereka tidak bisa berkompromi dengan saudara sendiri.

Di tengah kecamuk perang saudara inilah muncul kelompok militan yang dipelopori oleh para mahasiswa. Kita mengenal kelompok ini dengan nama Taliban. Thalibun dalam bahasa Arab artinya orang-orang yang menuntut ilmu (mahasiswa). 

Ketika Jabar berusia dua tahun, Taliban menguasai penuh Afghanistan. Mereka memang tidak begitu peduli dengan dunia olahraga tapi mereka juga tidak melarang sepakbola, asal pemainnya laki-laki dan memakai celana panjang.

Pada tahun 2000, ketika Jabar berusia enam tahun, tim sepakbola Afghanistan mengadakan pertandingan melawan tim dari Pakistan. Para pemain Pakistan datang ke Afghanistan datang mengenakan celana pendek. Taliban menahan mereka dan menggunduli kepala mereka.

Tahun 2001, ketika Jabar berusia tujuh tahun, Amerika menginvasi negara ini. Dalih mereka, Taliban menyembunyikan Osama bin Laden, dalang serangan 11 September. Kalah persenjataan, akhirnya Taliban tumbang. 

Afghanistan kemudian menjadi negara sekutu Amerika. Di bawah pengaruh Amerika, sepakbola negara ini bangkit. Amerika menguasai Afghanistan selama 20 tahun. Jabar melewati masa remaja dan beranjak dewasa di masa ini.

Di Afghanistan, ia berhasil mencapai posisi pemain inti di tim nasional yang punya julukan garang, Singa Khurasan. Khurasan adalah sebuah wilayah luas yang membentang di Iran-Afghanistan. 

Tak hanya bermain di timnas, ia juga bermain di Eropa walaupun bukan di liga utama. Karier internasionalnya ia jalani di Denmark. Sebelum pindah ke Republik Bandeng Lele, ia sempat bermain untuk tim Finlandia. 

Di tengah prahara yang tak henti-hentinya melanda Afghanistan, Jabar adalah satu dari sedikit orang Afghan yang bernasib baik. Ketika banyak orang Afghanistan datang ke Indonesia sebagai gelandangan, ia datang sebagai gelandang serang. 

Bahkan di usianya yang 27 tahun ini, kabarnya, ia masih bojoable. Wah, bahaya ini. Bajul-bajul Joko Tingkir bisa kalah saingan.