Rocky Gerung, Ade Armando, dan Wabah Flu Akal

OPINI

“Rocky Gerung diusir oleh Developer Sentul City.”

Berita lokal di Bogor ini menjadi berita nasional karena melibatkan orang yang sangat terkenal. 

Kita semua tidak tahu duduk persoalannya. Juga tak punya urusan dengan mereka. Tapi lucunya, kita semua sudah punya keyakinan. Yang pro-Jokowi bilang, “Mampus lu! Tanah orang diserobot! Dungu!” Sebaliknya, yang anti-Jokowi yakin Rocky Gerung pasti benar. 

Ini adalah contoh paling nyata bagaimana politik kebencian membuat akal kita masuk angin. Semua orang yang berseberangan politik dengan kita adalah penjahat. Titik.

Kita semua mengalami penurunan kesehatan akal secara berjamaah. Semua pihak. Pendukung Jokowi maupun yang anti.

Jauh sebelum terkenal di tivi dan yutub, Rocky Gerung adalah seorang intelektual muda yang brilian. Salah satu gagasannya yang menonjol adalah soal kesetaraan perempuan dan laki-laki yang secara rutin ia publikasikan di Jurnal Perempuan. Tulisan-tulisannya tajam dan bernas. 

Rocky adalah ahli retorika yang tiada duanya. Tak ada yang bisa menerangkan topik filsafat seenak Rocky. Sayang sekali, sejak era Cebong & Kadrun, ia selalu mengakhiri semua analisisnya dengan satu kata: Dungu! Apa pun analisisnya, kesimpulannya selalu begitu. Walaupun dikenal sebagai “profesor akal sehat”, sebetulnya ia punya andil menurunkan kesehatan akal banyak orang.

Tapi Rocky masih bisa dibilang mending karena dia mengkritik pemerintah. Sesuatu yang memang harus dilakukan, siapa pun presidennya, entah Jokowi atau misalkan Anies nanti. 

Di kubu sebelah, kita bisa melihat akal yang masuk angin secara jelas pada diri Ade Armando, sama-sama dosen Universitas Indonesia. Dulu Ade Armando adalah intelektual muslim yang cendekia. Ia banyak menulis isu-isu agama. Pernah menjadi wartawan Republika, bahkan memimpin majalah pemikiran Islam, Madina, milik Paramadina, yang salah satu anggota dewan redaksinya adalah Anies Baswedan.

Tapi itu dulu. Duluu… sekali. Sejak wabah virus kampret menyebar di Indonesia, Ade Armando hanya punya satu rumus, “Jokowi pasti benar sebab Anies Baswedan adalah joker”.

Sekarang, sungguh lucu membayangkan Ade Armando melakukan rapat redaksi dengan Anies Baswedan. “Eh, lu jangan main setuja-setuju aja, Wan Abud. Kasih argumen, dong!”

Rocky dan Ade Armando adalah orang-orang yang cerdas. Dosen di universitas nomor satu di Indonesia. Tapi toh itu tak membuat mereka imun dari wabah flu akal. Semua bisa kena. Apalagai kita yang intelektualitasnya pas-pasan. Gampang nggumun. Gampang percaya dengan isi grup WA. 

Satu-satunya vaksin yang bisa menghindarkan kita dari flu akal ini adalah vaksin anti-kebencian! Jangan berlebihan benci kepada Jokowi, Anies Baswedan, Rocky Gerung, Ade Armando, atau siapa saja. Sebab kebencian selalu membuat kita tidak bisa bersikap adil. 

Jokowi tidak mungkin benar terus atau salah terus. Begitu juga Anies Baswedan. Mereka adalah penguasa. Orang yang memegang amanat dan uang rakyat. Mereka memang harus dikritik. Bukan dipuja-puji, apalagi dijilat pantatnya.

Silakan bagikan, klik ikon di bawah

Leave a Reply