SEJARAH

Sejak dulu Lamongan adalah wilayah langganan banjir besar. Sebelum ada sudetan Sedayu Lawas, Kecamatan Laren nyaris setiap tahun dilanda banjir. Banjir tidak cuma dalam hitungan beberapa minggu tapi sampai beberapa bulan, bahkan sampai akhir musim penghujan.

Selama banjir, moda transportasi andalan adalah prau ethek (perahu mesin). Banjir menenggelamkan tambak dan sawah di puluhan desa. Kalau sedang banjir, para petani padi beralih profesi mencari ikan. Di sawah yang kebanjiran, mereka sering mendapatkan ikan besar-besar yang melarikan diri dari tambak yang tenggelam.

Bagi orang dewasa, banjir adalah bencana. Tapi bagi anak-anak, itu serupa hari raya. Mereka libur sekolah. Setiap hari bluron, bermain sampan gedebok pisang, dan mancing ikan.

Salah satu banjir parah pernah melanda Desa Pangkatrejo dan Parengan tahun 1994, yang dulu masih masuk wilayah Kecamatan Sekaran. Kebetulan dua desa ini posisinya lebih rendah daripada permukaan air pasang Bengawan Solo dan diapit tanggul kiri kanan. Maka ketika tanggul Bengawan jebol, dua desa ini seperti perahu yang tenggelam.

pangkatrejo.blogspot.com

Air nyaris mencapai atap rumah. Orang-orang Laren yang hendak ke Pucuk harus naik perahu melewati Pangkatrejo dan Parengan.

Jalan Raya Laren-Gampang tenggelam. Mereka yang berani melewatinya harus berhadapan dengan resiko hanyut ke Bengawan karena aliran bah sangat deras.

pangkatrejo.blogspot.com

Jauh sebelum itu, Lamongan pernah dilanda banjir besar pada tahun 1966. Bencana ini diawali oleh jebolnya tanggul di Desa Truni, Babat sehingga ada yang menyebutnya “Banjir Truni”. Ini banjir besar karena secara bersamaan melanda Kecamatan Babat, Pucuk, Karangbinangun, Laren, Karanggeneng, Glagah, bahkan hampir masuk ke Lamongan Kota.

Kereta api di Babat sampai berhenti beroperasi. Orang-orang Laren sampai mengungsi ke utara ke Kecamatan Brondong dan Paciran.

Di Facebook ada yang membagikan video banjir besar waktu itu. Tapi kami belum bisa memverifikasi apakah benar ini banjir besar di Lamongan tahun 1966. Mungkin ada yang bisa membantu? Atau punya foto banjir zaman dulu?

Lintang Panjerino.