PilkadaLamongan sudah usai. Walaupun tidak sepenuhnya KOMPAK, warga Lamongan sudah ber-KARSA untuk memilih YES-BRO sebagai bupati dan wakilnya. Tidak sepenuhnya KOMPAK karena pasangan YES-BRO hanya meraih 42,5%, tidak sampai separuh dari keseluruhan suara.
Akan tetapi, inilah demokrasi. The winner takes it all, the loser standing small. Yang menang akan mengambil semuanya. Yang kalah tak dihitung apa-apa. Kalau tak puas, KOMPAK dan KARSA boleh ikut bertanding di kompetisi berikutnya.
Sebagai warga biasa, mari kita jujur saja, pilkada ini seperti memilih kucing di dalam karung. Pilkadarung. Seberapa kenal kita dengan pasangan YES-BRO, KOMPAK, atau KARSA?
Kita mungkin lebih kenal dengan Anies Baswedan atau Ridwan Kamil daripada ketiga pasangan ini. Padahal Anies dan RK adalah kepala daerah nun jauh di sana, tak berurusan dengan KTP dan KK kita.
Kita mungkin cuma tahu bupati Lamongan ke depan adalah pejabat penting di masa Bupati Fadeli sekaligus CEO Persela. Selebihnya, apa yang kita ketahui?
Media massa lokal tidak banyak memberitakan tentang pemerintahan daerah kita. Beda halnya dengan media massa nasional yang tiap hari “membelejeti” apa saja tentang Gubernur DKI.
Kita tahu besarnya anggaran DKI untuk membeli lem Aibon tapi kita tak tahu apa-apa soal anggaran Pemda Lamongan. Kita tak banyak tahu tentang para pejabat Lamongan yang mengurusi hidup kita. Apakah mereka menyelewengkan kekuasaan?
Di akhir masa jabatan Bupati Fadeli, berseliweran berita tentang dugaan korupsi pejabat Lamongan. Akan tetapi semua masih belum terang.
Tampaknya Lamongan masih butuh waktu lama untuk menjadi daerah dengan pemerintahan yang terbuka, yang semua warganya bisa melihat dengan transparan semua kebijakannya. (LP)