ALAM
link-surya1
IMG_5416
SEBUAH pohon Bunga Kupu-kupu unik itu membuat saya penasaran. Di antara barisan Mahoni yang kurus tinggi, pohon tersebut tampak seperti akar yang menjalar ke atas, bergumul menjadi satu membentuk batang berdiameter sekitar 75 centimeter. Sementara batang-batang kecilnya menjalar belasan meter ke pohon-pohon lain mirip jaring. Tampak seperti akar yang tumbuh di atas batang.
Pohon itu berada di Dusun Widhe, Desa Sendangharjo, Kecamatan Brondong, Lamongan. Ia berdiri di hutan berbukit seluas 6,2 hektare milik PT Perhutani. Warga dusun sekitar menyebutnya Trinil. Di hutan yang sama, ada puluhan Bunga Kupu-kupu tumbuh. Tapi hanya satu yang berbentuk unik. Perhutani menjadikan hutan tersebut sebagai titik area wisata swafoto tiga bulan terakhir.
Nama ilmiah pohon itu Bauhinia lingua. Famili Caesalpiniaceae. Usianya di bawah 30 tahun. Akhir tahun 80-an, Perhutani membabat habis pohon-pohon di sana. Rencananya lahan akan ditawarkan kepada warga untuk berkebun atau bercocok tanam. Namun saat itu tak ada warga yang berminat. Alhasil, badan usaha milik negara untuk urusan hutan itu menanam kembali pohon-pohon Mahoni pada 1987. Diprakirakan, Trinil tersebut tumbuh dari biji-biji yang terlepas dari pembabatan ketika itu.
20171126150630_IMG_5451
Ketika musim libur, ratusan orang datang ke sana untuk melihat uniknya Trinil. Pohon ini jadi menarik karena disebut mirip Whomping Willow — pohon yang berdiri di halaman sekolah film Harry Potter. Dilihat sekilas, Trinil memang mempunyai kemiripan dengan pohon di film itu, terutama pada sisi batang. Namun bagian atas pohon berbeda jauh.
“Kalau hari libur, sehari bisa sampai 1.400-an orang yang datang. Kalau hari biasa, paling 400 orang,” kata Ali Rohman (19). Ali adalah pemuda asli Dusun Widhe yang banyak menghabiskan harinya di hutan itu. Ali bangga karena merasa viralnya Trinil unik itu tak lepas dari campur tangannya.
Ali menemani saya berkeliling hutan tersebut pada suatu hari Minggu bulan November lalu. Ia menunjukkan beberapa pohon Trinil normal yang tumbuh bersampingan dengan Mahoni-Mahoni lain. Kecuali bentuk batangnya yang mirip akar, tanaman-tamanan ini tampak biasa-biasa saja.
Warga ramai datang ke sana untuk memuaskan rasa penasaran. Bukan hanya mobil dan motor berplat S (karasidenan Bojonegoro) saja, tapi juga plat W (Gresik dan Sidoarjo) dan L (Surabaya). Warga luar kota umumnya mampir setelah berwisata ke Wisata Bahari Lamongan (WBL) atau wisata religi Sunan Drajat. Kebetulan, lokasi pohon Trinil hanya berjarak sekitar 3 kilometer (km) dari akses Jalan Daendels atau Jalan Raya Pos. Tak jauh dari tempat wisata pantura lain.
Ali bercerita kepada saya, Trinil unik itu sudah lama diketahui keberadaannya oleh warga sekitar. Hutan menjadi tempat utama warga mencari pakan hewan. Selain Mahoni, ada banyak pohon lain yang tumbuh di sana. Termasuk juga tanaman belukar. Awalnya, Trinil unik ini berdiri di antara belukar padat. Dari jarak seratusan meter saja ketika itu, kata Ali, batangnya yang unik tak kelihatan mencolok. Pada 2015 lalu, ia iseng memotret pohon tersebut dengan telepon selular. Ia bagikan foto itu ke Facebook. Tak banyak yang respons, hanya pemuda karang taruna desa yang tertarik akan keunikan pohon itu.
Pemuda-pemuda sekitar kemudian memviralkan pohon tersebut lewat media sosial yang sama dua tahun kemudian atau Agustus 2017. Klaim sebagai pohon mirip Whomping Willow menarik banyak khalayak. Setelah itu, pihak Perhutani pun mencetuskan kawasan Wana Wisata Akar Langit di sana.
Lalu, apakah pohon itu sekadar unik dari penampakannya saja?
IMG_5374
Saya mencoba menemui perwakilan Perhutani yang bertugas di hutan tersebut. Kantornya berada tak jauh dari lokasi Trinil unik. Sebenarnya di lokasi yang sama ada puluhan Trinil yang tumbuh. Tapi pohon-pohon itu berdiri dengan satu batang kecil. Kelilingnya tak lebih dari dua genggaman tangan. Juga tak hanya di hutan tersebut, Trinil umum tumbuh di kawasan hutan kecamatan dan kabupaten lain.
Setelah pohon tersebut viral, Perhutani meminta Kebun Raya Purwodadi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengeceknya pada 20 Oktober 2017. Hasilnya, pohon tersebut memang unik dan jarang ditemui.
“Pohon induk Trinil….sering dijumpai di daerah lain. Akan tetapi yang bentuk dan ukurannya seperti di lokasi Wana Wisata Akar Langit merupakan yang terbesar, sangat unik, dan satu-satunya di Indonesia,” begitu yang terterang dalam Laporan Hasil Identifikasi Pohon di Wana Wisata Akar Langit yang dikeluarkan PT Perhutani. Tim Kebun Raya Purwodadi-LIPI juga mengidentifikasi 26 tumbuhan lain yang tumbuh di hutan yang sama.
Pohon Bunga Kupu-kupu bukan tanaman parasit atau benalu. Hanya saja puluhan rantingnya menjalar ke berbagai sisi membuat rimbun. Pohon-pohon di sekitarnya bisa mati karena tak mampu berfotosintesis. Maka tak heran, beberapa Mahoni di dekat Bunga Kupu-kupu itu mati.
IMG_5381
Secara administratif, Trinil unik itu berada di petak 35C KRPH Lembor. Lebih luas lagi, wilayah tersebut masuk KBH Tuban. Satu dari tiga rekomendasi hasil identifikasi adalah agar pohon tersebut disterilkan radius 10 meter (m). Namun kenyataannya, para pengunjung bisa mendekat kurang dari 2 m tumbuhnya batang. Pagar dipasang cukup dekat dengan batang pohon. Pengunjung bahkan bisa menyentuhnya.
“Kalau jaraknya segitu (10 m), kasihan pengunjung yang jauh-jauh datang,” kata Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KPRH) Lembor, Andik Setijono. Untuk mengindari kerusakan atau matinya pohon unik itu, pihaknya menimbun akar yang menonjol ke atas tanah agar tak terinjak pengunjung. Ini sebenarnya masuk dalam rekomendasi kedua surat tersebut. Rekomendasi ketiga, yakni pemberian label pada pohon-pohon yang sudah di identifikasi. Pohon Trinil itu dan beberapa pohon lain sudah dipasangi tulisan identifikasi dari kertas kecil. Khusus Trinil, tulisan nama itu tercentel di salah batang pohon. Pengunjung yang tak jeli tak mungkin menemukannya.
KRPH Lembor berencana mengembangkan kawasan tersebut sebagai area wisata yang lebih luas. Total hutan di wilayah tersebut adalah 19,8 hektare. “Di sisi selatan, di Petak 35D, ada Trinil yang bentuknya unik-unik. Di Petak 35E ada Goa Genuk, Goa Gangsir, dan Goa Lowo,” Andik menjelaskan potensi-potensi yang akan dikembangkan. Goa yang disebut adalah cekungan dari dalam bebatuan yang tak terlalu dalam. Spot-spot buatan untuk berswafoto para pengunjung juga menjadi perhatian. Salah satunya, penataan bambu bentuk kapal di atas bukit. Para pengunjung bisa berfoto di sana dengan latar pemandangan area bawah hutan.
Nama Bunga Kupu-kupu kemungkinan diambil dari bentuk daunnya. Daun pohon tersebut berbentuk memiliki dua ujung lancip — mirip sayap kupu-kupu. Jika Anda memasukkan kata kunci “Bunga Kupu-kupu” di mesin pencari Google, hasilnya tak akan memuaskan. Hasil teratas yang muncul adalah Oxalis triangularis. Bentuk tanaman ini. sangat berbeda dengan pohon Trinil. Hasil yang akan lebih memuaskan jika Anda memasukkan kata kunci: Bauhinia glabra.
Ketertarikan saya pada Trinil unik ini membawa saya bertanya kepada Farid Kamal Muzaki, Dosen di Labolatorium Ekologi Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Saya mengirim beberapa foto pohon tersebut kepada Kamal. Awalnya, ia pun mengira bahwa pohon tersebut adalah Monkey Ladder — nama lain dari
Bauhinia glabra.
“Sepertinya itu kumpulan dari batang-batang tanaman menjalar (liana) yg saling tumbuh melilit sehingga tampak seperti ‘satu pohon’, padahal ada banyak individu tanaman disitu,” kata dia. “Saya juga baru lihat ada yang seperti itu tumbuhnya”.
20171126151929_IMG_5460
Bunga Kupu-kupu, menurut Kamal, memiliki banyak penampakan. Dalam ilmu biologi, kondisi ini disebut polimorfus. Secara ekologi dan habitat, Bauhinia lingua secara umum sama dengan Bauninia glabra.
Tanaman ini pun bisa ditanam, sebagaimana prinsip semua jenis tanaman. Namun jenis Bunga Kupu-kupu agak sukar untuk ditanam karena termasuk tumbuhan merambat. Tumbuhan ini juga mayoritas tumbuh sendiri-sendiri di daerah karst (pergunungan kapur).
Semua narasumber saya menyebutkan, batang tanaman ini umum dijadikan kerajinan. Salah satu yang ada meski tak populer di daerah Lamongan, yakni sebagai dekorasi pernikahan. Bentuk luar batangnya yang tak beraturan menarik untuk dipoles jadi hiasan.
Perkenalan saya dengan Trinil unik ini membuat saya berpikir, mungkinkah pohon ini dapat ditanam di pekarangan rumah?
Barangkali suatu saat akan ada teknik yang mewujudkannya.