KRIUK KRIUK, REMPEYEK CINTA RASA

KULINER, WISATA


Surya 2

Mbak TriApakah Anda pernah atau bahkan sering dibuat kesal oleh rempeyek yang karena begitu alotnya sampai membuat sakit gigi? Jika iya, setidaknya hal seperti itu tidak perlu terjadi jika rempeyek yang Anda makan buatan Mbak Tri. Selain rasanya yang enak, rempeyeknya juga sangat renyah. Dijamin, sekali gigit langsung”kriuk!!”

 

Rempeyek Cinta Rasa, begitu Mbak Tri menamai produknya. Tak hanya sekadar memberi image bahwa rempeyek buatanya mengutamakan kualitas rasa, tapi juga membuat kita jatuh cinta begitu pertama kali mencobanya. Sama seperti rempeyek-rempeyek lain, bahan dasar yang digunakan Mbak Tri yakni tepung beras, telur, bumbu komplet (bawang putih, ketumbar, kemiri, kencur, kunyit, garam, dan kunir, tanpa bawang merah), dan air kapur sirih. “Itu bae. Tidak ada bumbu-bumbu lain,” jaminnya dengan logat khas Pantura. Sekadar tahu, bae dalam bahasa Indonesia memiliki arti “saja”. Lalu apa yang membuat rempeyek gawean wong Sedayulawas, Brondong, Lamongan ini enak dan sangat renyah? 

Rahasianya, wanita 40 tahun ini membuat rempeyek dengan penuh perhitungan. Semua bahan harus ditimbang sebelum diaduk menjadi satu. Tidak boleh asal-asalan. Kebiasaan ini sudah merupakan kewajiban setiap kali Mbak Tri akan membuat rempeyek. Alasannya simpel, menurutnya, rasa dan renyahnya rempeyek sangat ditentukan oleh komposisi bahan yang digunakan.

Bahan Untuk mendapatkan komposisi yang pas itu, ia banyak belajar dari pamannya yang pernah bekerja kepada pengusaha keturunan Tionghoa sebagai pembuat rempeyek juga. Pertama kali Mbak Tri membuat rempeyek, sang paman yang menjadi supervisornya. Mencicipi rempeyek serta menyarankan bahan yang perlu ditambah atau perlu dikurangi. “Tapi itu sembilan tahun lalu. Sekarang ya sudah tidak lagi, saya sudah hafal,” akunya.

Kacang tanah dan kacang hijau 

Mula-mula ia menimbang semua bahan tadi menggunakan timbangan pasar. Sebagai contoh, untuk 11 kg tepung beras, telurnya harus 1,5 kg, begitu juga bahan yang lain harus menyesuaikan. Setelah semua bahan dicampur, tinggal menambahkan topping saja dan siap untuk digoreng.

Mbak Tri hanya memakai dua jenis topping, yakni kacang tanah – yang sudah dipotong kecil-kecil – dan kacang hijau. Cara memasak keduanya pun sama, dengan meratakan satu irus adonan pada tepi-tepi  wajan yang berisi minyak goreng. Hanya saja, persiapan sebelum menggorengnya yang berbeda. Untuk  kacang tanah, saat dicampurkan dengan adonan, Mbak Tri menambahkan daun bawang agar rasanya lebih enak. Sedangkan kacang hijau, harus direndam semalam dulu supaya tidak alot. Rempeyek kacang hijau tidak menggunakan daun bawang. “Rempeyek kacang hijau rasanya nggak cocok kalau dicampur daun bawang,” ujar Mbak Tri yang mengaku lebih suka rempeyek kacang hijau.

di Dapur Agar rempeyek bisa terbentuk rata (luas dan tipis), saat digoreng ujung bagian atas harus menempel dengan wajan dan tidak boleh terendam dalam minyak goreng. Nanti ketika sedikit kering, adonan ini baru boleh ditenggelamkan. Setelah sekitar 5 menit “menyelam” di dalam wajan, rempeyek siap diangkat dan ditiriskan untuk kemudian dibungkus. 

Mbak Tri juga mengingatkan, jika ingin rempeyek renyah, harus memperhitungkan campuran air kapur sirihnya. Terlalu sedikit air kapur sirih membuat rempeyek jadi alot. Namun jika terlalu banyak juga tidak membuat rempeyek semakin renyah dan enak, tapi justru rasanya jadi pahit. “Pokoknya harus pas!” tegasnya. 

Rempeyek Cinta Rasa ini dikemas dalam dua ukuran, yaitu kemasan besar dan kemasan kecil. Kemasan besar yang berisi rempeyek seberat 450 gram, dijual seharga 12.500 per bungkus untuk topping kacang tanah dan Rp 13.500 untuk topping kacang hijau. Sedangkan kemasan kecil, berisi rempeyek 50 mg, dijual Rp 2.000 saja per bungkus dan berlaku untuk kedua macam topping. 

Rempeyek di WajanTahan 2 bulan

Setiap hari, mulai dari pukul 09.00 sampai pukul 14.00, Mbak Tri dibantu ibu dan seorang adiknya memproduksi sekitar 40 bungkus rempeyek ukuran besar dan 120-an bungkus rempeyek ukuran kecil di dapur belakang rumahnya. Ia tidak perlu menjajakan rempeyek sebanyak itu ke toko-toko atau ke warung-warung. Sebab pemilik toko dan pemilik warung itu sendiri yang datang mengantre rempeyek buatan Mbak Tri.

Karena kebanyakan pelanggannya adalah tetangga sendiri, rempeyek ini cukup sulit dijumpai di pusat oleh-oleh tempat wisata seperti WBL, Mazola, dan makam Sunan Drajat yang berjarak cukup jauh dari Desa Sedayulawas. Satu-satunya cara paling mudah untuk mendapatkan “Cinta Rasa” adalah dengan langsung datang ke rumah Mbak Tri, di Desa Sedayulawas, Gang Kamboja. Gang ke  rumahnya agak menyempit, masuk belokan pertama arah kanan dari pertigaan gang. Tanyakan saja nama Mbak Tri di sana, pasti semua kenal.

Satu kelemahan rempeyek buatan Mbak Tri adalah warnanya yang tidak begitu menarik. Wajar saja, sebab ia hanya menggunakan kunir sebagai pewarna alami. Jadi warna kuningnya tidak begitu nampak. Jika kita bandingkan dengan warna rempeyek yang memakai pewarna sintetis jelas warna rempeyek Mbak Tri kalah “menggoda”. Tapi bagi Anda yang mementingkan masalah kesehatan, kelemahan ini justru merupakan sebuah kelebihan. Seperti kita tahu, banyak pewarna yang dipakai pada makanan mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya jika dikonsumsi oleh tubuh.

RempeyekSelain gurih dan renyah, rempeyek Cinta Rasa juga tahan lama. “Asal disimpan di tempat yang kedap udara, dua bulan juga masih renyah. Tapi kalau diangin-anginin atau malah dikipasin, sehari saja ya sudah melempem,” canda ibu satu anak ini sambil tertawa.

Tidak hanya enak dijadikan camilan, rempeyek Cinta Rasa juga cocok untuk teman makan. Terlebih jika nasinya nasi jagung. Ah, saya jadi ingin nyanyi:

“PEYEK MBAK TRI… PEYEK MBAK TRI… PEYEK MBAK TRI, NASI JAGUNG…
SAMPAI MATI… SAMPAI MATI… SAMPAI MATI, CINTA RASA TETAP DISANJUNG”

(Maaf bonek, lagunya saya plesetin, hehehe..)

Silakan bagikan, klik ikon di bawah

4 comments

Leave a Reply