IWAK LAUT NASI JAGUNG DE PRAH
“Iwak peyek, iwak peyek, iwak peyek nasi jagung...” Penggalan lagu Trio Macan tersebut, selain memopulerkan kembali grup vokal mereka, tampaknya juga membawa nasi jagung kembali terngiang di telinga kita. Apakah Anda sudah pernah makan nasi jagung? Jika Anda belum pernah makan nasi berwarna kuning ini, berarti Anda harus mampir di Warung De Prah.
Makanan ini dulu sangat mudah ditemui di Lamongan, karena dulu harga beras masih sangat mahal, juga karena jagung lebih mudah ditanam dan lebih cepat panen saat musim kemarau. Hal ini membuat nasi jagung menjadi alternaif pilihan sebagai makanan pokok. Jagung bisa dicampur dengan beras atau dimasak sendiri tanpa beras.
Namun saat ini, nasi jagung sudah menjadi makanan langka. Selain harga beras yang mulai terjangkau, juga karena pembuatannya tidak semudah menanak nasi putih.
Saat berada di Lamongan, lebih tepatnya lagi di daerah pantai utara (pantura) Paciran, jangan lewatkan untuk mampir ke Warung De Prah. Warung yang berada di seberang Wisata Bahari Lamongan (WBL) sekitar 300 meter ke arah barat ini, menyajikan menu andalan nasi jagung.
Warung yang buka tiap hari mulai pukul 09.00 sampai 17.00 WIB ini, setiap hari ramai oleh pembeli. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang ingin bernostalgia dengan makanan jadul ini, tapi tidak jarang juga pembeli yang baru ingin mencoba makan nasi jagung.
Warung yang sudah ada lebih dari setengah abad ini, menyajikan hidangan aneka ikan laut dan beberapa sayuran plus sambel terasi sebagai pelengkap nasi jagungnya. Ikan-ikan yang disediakan antara lain ikan kuningan, ikan keting, dan ikan asin. Biasanya ikan-kan ini dimasak dengan cara digoreng. Sedangkan sayuran yang tersedia yaitu sayur lodeh, sayur asam, dan sayur sop. Tidak begitu variaif memang, tapi menu tersebut sudah sangat cocok jika dipadukan dengan nasi jagung.
Jika kebanyakan warung makan kini lebih suka memasak nasi mengunakan rice cooker karena lebih praktis, nasi jagung Warung de Prah masih dimasak di atas tungku kayu bakar. Ini dilakukan untuk tetap menjaga tekstur nasi jagungnya agar terasa sama dengan nasi jagung yang dikenal oleh orang-orang dulu.
Di warung ini, jagung dicampur dengan beras, tidak dimasak sendiri. Proses memasak nasi jagung hampir sama dengan memasak nasi putih biasa. Beras yang terlebih dahulu dibersihkan dengan air, kemudian ditanak di dalam dandang. Saat nasi telah setengah matang, baru jagung yang sudah dihaluskan dicampurkan ke dalamnya lalu diaduk-aduk hingga matang betul. Ingat, jagung yang dicampurkan adalah jagung yang sudah dihaluskan, bukan jagung yang masih berupa biji-bijian utuh. Ini karena jagung yang sudah dihaluskan akan lebih mudah tercampur dengan nasi dan lebih mudah untuk dimakan.
Namun, nasi jagung ini tidak bisa pulen seperti nasi putih pada umumnya. Nasi jagung memiliki tekstur cenderung lebih keras. Tapi karena itu juga nasi jagung ini membuat kita merasa kenyang lebih lama.
Warung De Prah memang cukup ramai. Kalau kita datang telat, lauk dan sayurnya mungkin tinggal sedikit. Jadi, agar lebih leluasa memilih lauk dan sayur, ada baiknya Anda datang lebih pagi, sekitar pukul 09.00 saat warung ini mulai buka. Jangan sampai kecewa gara-gara menu ikan dan sayurnya tinggal sedikit.
Makan nasi jagung di Warung De Prah juga tidak akan membuat kita kehabisan banyak uang, karena harganya juga cukup murah. Untuk seporsi nasi jagung dengan sayur dan satu ikannya, kita hanya perlu membayar Rp 5.000 saja.
Jika tertarik untuk mencoba makan nasi jagung, atau ingin mengenang masa lalu dengan makanan zaman dulu ini, Warung De Prah tampaknya perlu untuk dikunjungi.
3 comments
aq langganan jeh
Hehehe, sering ke sana mas?